Mengganggu NU, Membahayakan Indonesia dan Islam Dunia

0
918

Surabaya, Cyberdakwah — Kiprah dan sumbangsih NU bagi eksistensi negeri ini sangat besar. Karena NU, kebhinekaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia tidak menimbulkan perpecahan.
KH Masdar Farid Mas’udi mengingatkan hal ini pada diskusi berkala yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Jawa Timur di Meeting Room Jatim Expo Surabaya, Ahad (19/4/2015).
Dalam pandangan Rais Syuriah PBNU ini, dengan Islam yang toleran, menghargai perbedaan dan tidak memaksakan diri sendiri, maka keanekaragaman yang ada di Indonesia bisa terjaga dengan baik. “Bayangkan kalau Islam garis keras yang menguasai negeri ini, maka kondisinya akan berbeda,” tandas Kiai Masdar di hadapan awak media dan akademisi.
Bahkan Kiai Masdar memprediksi, jangankan kalangan Islam garis keras berkuasa, kekuatannya agak dominan saja, maka yang akan terjadi bukan kondisi yang harmonis, namun perpecahan di mana-mana.
Kiai Masdar mengajak semua kalangan untuk menyadari akan hal ini. “Utamanya para warga dan pengurus NU di semua tingkatan,” terangnya. Karenanya, hal mendesak yang harus dilakukan adalah melakukan penyadaran kepada para pegiat NU.
“Mereka harus diingatkan bahwa memimpin dan menjadi pengurus NU itu harus dengan ketulusan dan jauh dari kepentingan sesaat,” katanya mengingatkan.
Bagi siapa saja yang berusaha merusak NU, baik mereka adalah kelompok politisi, pemerintah serta kalangan internal NU sendiri, maka dosanya tidak hanya kepada jam’iyah ini. “Mereka berdosa kepada Islam, bangsa Indonesia serta Islam dunia,” ungkap Masdar.
Bagi Masdar, sangat mudah bagi bangsa ini untuk melakukan tindakan destruktif bahkan memisahkan dengan NKRI. “Kita memiliki ratusan ribu pulan yang memungkin untuk bisa terpecah-belah,” katanya. Demikian juga pada saat yang bersamaan, negara dipastikan tidak akan mampu menanggulangi perpecahan yang akan terjadi.
Kondisi negeri ini tetap kondusif tidak lain lantaran Islam yang dianut dan dijalankan mayoritas bangsa ini adalah ala Nahdlatul Ulama. “Ini diakui atau tidak, namun kenyataan menandaskan hal ini,” katanya.
Dalam forum berkala bertajuk “Mengawal Suksesi Kepemimpinan NU” itu, Kiai Masdar juga menjelaskan kepemimpinan yang menjaga identitas NU adalah yang tawadhu, wira’i, zuhud, tidak politis (tidak “hubbud-dun-ya”), dan tasamuh (toleran).
Tampil juga sebagai narasumber adalah Masdar Hilmy PhD, Wakil Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya. Kegiatan dipandu oleh Wakil Ketua ISNU Jatim, Zainul Hamdi atau Inung. (s@if)

Tinggalkan Balasan