Sudahkah kita mencintai sesuatu dengan benar?

0
266

Sudahkah kita mencintai sesuatu dengan benar?

Ibnul Qayim Al jauziyah membagi jenis cinta berdasarkan keimanan pada Allah menjadi 4 kategori:

1. Cinta kepada Allah

Cinta pada konteks ini adalah keinginan untuk taat kepada yang dicintai. Ibnu Arafah mengatakan, ā€œcinta menurut istilah orang arab adalah menghendaki sesuatu untuk meraihnyaā€. Cinta kepada Allah berarti cinta seorang hamba kepada Allah yang diwujudkan dengan menaatiNya dan mengikuti serta ridha terhadap segala perintahNya.

Orang yang mencintai Allah belum tentu orang yang beriman. Mengapa? Karena orang musyrikpun mencintai Allah, tetapi ia juga mencintai sesembahan selain Allah. Allah SWT berfirman: ā€œDan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. . .ā€ (QS. Al Baqarah: 165).

2. Mencintai apa-apa yang dicintai Allah

Orang yang mencintai apa-apa yang dicintai Allah bukan hanya mencintai apa yang dicintai Allah, tapi juga berusaha merealisasikan yang dicintai Allah tersebut dan berusaha mencari dan mendapatkan cintaNya.

Ketika Allah mencintai orang yang bertaubat dan mensucikan diri (QS. Al Baqarah: 222) dan mencintai orang-orang yang berbuat baik (QS. Al Baqarah: 195), orang tersebut akan berupaya mencintainya dan merealisasikan perbuatan tersebut dalam kehidupannya.

3. Cinta dan benci karena Allah

Cinta karena Allah adalah mencintai sesuatu karena keimanannya kepada Allah dan ketaatan kepadaNya. Rasulullah Saw bersabda: ā€œsiapapun tidak akan merasakan manisnya iman, hingga ia mencintai seseorang tidak karena yang lain kecuali karena Allah semataā€ (Hadist dari Anas bin Malik yang dikeluarkan oleh Bukhari). Benci karena Allah adalah membenci sesuatu karena Allah. Ketika Allah membenci kekufuran dan perbuatan maksiat, orang yang benci karena Allah juga akan membenci kekufuran dan kemaksiatan tersebut.

Itulah sikap orang yang cinta dan benci karena Allah. Ia mencintai dan membenci sesuatu didasari ketundukannya pada Allah, bukan karena hawa nafsunya.

4. Mencintai sesuatu seperti kecintaannya pada Allah

Jenis cinta seperti ini adalah cintanya orang-orang musyrik. Mereka mencintai sesembahan selain Allah, sama seperti cintanya kepada Allah. Sebagaimana firmanNya: ā€œDan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. . .ā€ (QS. Al Baqarah: 165).

Cinta jenis ini juga terjadi pada orang yang mengaku muslim dan mencintai Islam, tapi ia juga mencintai aturan dan paham yang bertentangan dengan Islam. Ia mengaku muslim dan mencintai Islam, tetapi menerapkan aturan selain Islam dan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Islam.

ā€œKatakanlah: ā€œjika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.ā€ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasikā€ (QS. At Taubah: 24).

Sudahkah kita mencintai sesuatu dengan benar?

Sumber : Gaul Fresh

Tinggalkan Balasan