Teman Kita yang Sesungguhnya Bernama “Amal”
Saat kematian itu datang, seolah menjadi kesedihan semua orang.
Kerabat, teman, saudara, anak, istri, boleh jadi larut untuk bersedih hati.
Boleh jadi karena kehilangan seseorang.
Ada yang rela tak makan.
Mengunci diri di kamar.
Menangis meraung raung.
Meratap sejadi jadinya.
Namun kenyataan yang sebenarnya bisa jadi tak “seheboh” itu.
Tunggu sebulan atau dua bulan lagi.
Semuanya sudah beraktifitas seperti biasa.
Yang sebelumnya menangis sejadi jadinya.
Akan tertawa.
Yang tidak makan.
Akan makan juga.
Yang kesepian ditinggalkan, akan punya keramaiannya.
Dan waktu yang berjalan mampu membiasakan seolah lupa nama dan kehilangan.
Sedangkan yang merasakan kematian.
Ia benar benar merasakan sepi.
Dan tak berteman.
Istrinya? Teman dekatnya? Ortunya? Istri simpanannya? Teman nakalnya? Kenalannya? Semua tidak ada yang bisa menemaninya.
Hanya Amal,,, amal baik memperlihatkan surga sehingga ia bahagia bisa berjumpa Rabbnya dalam senyum dan tawa.
Atau malah amal buruk yang menakutinya dengan neraka atas siksa dari Rabbnya.
Lalu sampai kapan kita dengan dalih “teman” kita berani larut dalam dosa dosa. Sedang “teman” kita tak bisa memberi keringanan sedikitpun atas hukum dari Rabb kita??
Kalaupun berteman, bertemanlah yang itu seperti perjalanan ke surga.
Jika mereka yang bukan mengajak kita.
Maka kitalah yang mengajak mereka.
Maka itulah pertemanan yang sebenarnya.
Tak sulit untuk memulai sebuah kebaikan,
namun tak mudah untuk mempertahankan nya.
Hanya orang-orang yang jujur kepada Allah dan diberikan taufiq Allah yang dapat mempertahankan kebaikan.
Semoga istiqamah.
Aamiin