Yuk Belajar Dari Kisah Panda
Dalam meraih cita-cita sobat pasti aja ada yang tidak senang dengan kita, ada yang iri kalau kita bisa meraih sukses. Sehingga orang tersebut dengan segala cara ia ingin kita jatuh, tidak disukai teman-teman kita, dll. Sebagai manusia, ada kalanya kita tak kuat menanggung cobaan dan mungkin ada sebagian kita putus asa.
Bagi Sobat yang sedang mengalami itu semua, ingat lah film Kung Fu Panda ini. Dalam ceritanya tokoh ini (si Panda) digambarkan pernah mengalami keputusasaan, lalu datanglah kura-kura tua bernama Master Oughway memberikan petuah bijak. Ia berujar, āYesterday is a history. Tomorrow is mistery, but today is a gift.ā (Kemarin adalah masa lalu. Besok adalah misteri, tapi hari ini adalah anugerah).
Maksudnya, putus asa adalah reaksi ketakutan akan masa lalu dan masa depan. Rasa takut telah membutakan harapan karena kita lupa masih ada masa sekarang. Pada masa ini, kita masih dikaruniai hidup, pertanda kita masih bisa berbuat sesuatu. Hari ini bukanlah kebetulan tapi sebuah anugerah. Artinya ada campur tangan Allah SWT yang mengatur semua kejadian.
Kisah panda yang sederhana tadi dapat menjadi bahan renungan untuk semua orang yang sedang mengalami musibah. Ada saatnya kita melihat sisi luar dari ini, yakni berhenti sejenak dan bercermin. Cara itu sebagai upaya untuk melihat adanya hubungan kualitas antara hari ini dan hari esok. Berhenti sejenak adalah memandang hari ini merupakan tanda masih adanya kesempatan. Bercermin berarti introspeksi perilaku diri sebagai bekal hari esok. Panda berhasil menemukan kehebatan dirinya justru dari kelemahannya. Tubuh panda yang Gemuk memberikan kontribusi positif berupa energi ekstra untuk melawan musuh. Hobi makan yang tabu bagi para pendekar pada umumnya, justru dia jadikan sebagai motivasi untuk menguasai ilmu. Jika panda saja berhasil bangkit dari keterpurukan. Maka, tugas kita saat menghadapi hal serupa adalah menemukan puzzle. Kepingan puzzle tadi ada pada diri masing-masing
Selain itu, sudah saatnya kita tidak lagi memandang sesuatu sesuai standar manusia, yakni fokus pada materi. Tetapi menciptakan standar pribadi yang bersifat ruhiyah. Mari kita introspeksi, kelemahan apa saja yang ada di dalam diri ini yang bisa dioptimalkan. Jadikan musibah sebagai kesempatan melakukan yang terbaik. Meski akhirnya kembali pada kemauan diri. Sebab, untuk melalui proses ini membutuhkan bahan bakar bernama kesabaran.
Sumber : Gaul Fresh