7 Langkah bagi Kakek dalam Menyukseskan Cucu-cucunya

0
648

7 Langkah bagi Kakek dalam Menyukseskan Cucu-cucunya

Menjadi kakek/nenek yang memahami sunnah dalam mendidik cucu juga tidak mudah. Semua ada langkah-langlahnya. Berikut beberapa step untuk menjadi kakek/nenek sukses mendidik cucu:

1. Menyambut dengan Kasih Sayang

Pada suatu hari Nabi sedang berkhutbah, lalu Al Hasan dan Al-Husain (yang masih kecil) datang memakai dua baju –mungkin baju baru-. Baju keduanya tersebut kepanjangan, sehingga keduanya tersandung-sandung jatuh bangun tatkala berjalan. Maka Nabi pun turun dari mimbar lalu menggendong keduanya dihadapan beliau (di atas mimbar).
(HR At-Thirmidzi no 2969 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Lihatlah ini, bagaimana seorang kakek begitu sayang pada cucunya. Beda halnya yang teradi pada saat ini, kadang ketika sepasang suami istri bersama anaknya yang masih kecil datang bertamu ke rumah kakeknya, malah tidak disambut dengan hangat. Tidak ada pelukan kepada cucunya. Tidak ada gendongan. Apalagi ciuman. Sang kakek hanya sibuk melamun, bahkan ada menonton TV saja.

Pada kondisi yang lain, ada juga kakek yang tidak acuh jika cucunya terluka ketika jatuh
, bahkan mengatakan, “Siapa suruh! Kakek kan sudah bilang tadi… Sekarang, rasakan itu!”

Astagfirulloh. Mari kita belajar dari Rosululloh shollallohu alayhi wasallam sebagai seorang kekek. Beliau mendekep dan menggendong cucunya. Bahkan sampai beliau pada kondisi sibuk (berkhutbah), beliau tetap menyambut dan menggendong cucunya.

2. Menggendong dan Mencium Cucu

Dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, “Rasulullah shollallohu alayhi wasallam keluar menemui kami bersama al-Hasan dan al-Husain. Kedua-duanya beliau gendong di atas pundak beliau. Sekali-kali beliau mencium al-Hasan dan sekali kali mencium al-Husain, hingga beliau sampai di hadapan kami.

Seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, engkau kelihatannya sangat mencintai keduanya.”

Rasulullah shollohu alayhi wasallam berkata, “Barangsiapa mencintai keduanya, berarti ia telah mencintaiku. Dan barang-siapa membuat keduanya marah, berarti ia telah membuatku marah.”
(HR. Ahmad No. 1160)

Begitu eloknya pemandangan ini, beliau shollallohu alayhi wasallam seorang kakek dan juga pemimpin ummat, tetapi tetap masih menggendong dan mencium cucunya. Hal itu tentunya tidak meruntuhkan kewibawaan beliau shollallohu alayhi wasallam, tetapi demikianlah bentuk cinta kakek kepada cucunya.

Dimana hari ini kakek yang mencontoh Rosululloh shollallohu alayhi wasallam?

Dimana hari ini para kakek yang menggendong cucunya di atas pundak-pundaknya?

Ataukah para kakek itu hanya sibuk menghabiskan waktunya di kursi malas?

3. Ungkapan Cinta

Dari Al-Bara` bin ‘Azib, dia berkata, “Aku melihat Al-Hasan bin ‘Ali di atas pundak Nabi shollohu alayhi wasallam dan beliau doa,

‘Ya Alloh, sesungguhnya aku mencintainya, maka cintailah dia.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Perlu kiranya para kakek jujur pada hatinya, apakah ia benar-benar cinta kepada keturunannya? Apakah ada rasa cinta kepada cucunya?

Jika itu tak ada, sulit sekali dibayangkan betapa hancurnya mental dan jiwa seorang kakek itu.

Ketahuilah, sejelek-jeleknya cucu kita, seaktif-aktifnya dia, dia tetap keturunan kita yang harus disayangi. Perhatikanlah doa nabi di atas, masya Alloh begitu indahnya pemandangan dan doa nabi shollallohu alayhi wasallam saat itu.

4. Senantiasa Mendoakan Kebaikan

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyelimuti ‘Ali, Fâthimah serta kedua anaknya (Hasan dan Husain) dengan sebuah selimut, kemudian beliau bersabda,

‘Ya Alloh, mereka adalah ahli bait putriku dan kesayanganku. Ya Alloh, hilangkanlah kotoran dari mereka, dan sucikanlah mereka dengan sesuci-sucinya.’

[Syiar a’lam Nubala (III/282-283), hadits ini dikatakan oleh adz Dzahabi rahimahullah bahwa isnad-nya jayyid (baik)]

Jangan pula seorang kakek itu lupa mendoakan kebaikan kepada cucunya, baik itu di waktu antara adzan dan iqomah, di 1/3 malam terakhir, dan di waktu-waktu mustajab lainnya.

Seperti pada kisah di atas, betapa apiknya seorang kakek bersama cucunya dalam selimut, kemudian Nabi shollallohu alayhi wasallam mendoakan mereka.

Jangan lagi ada kakek yang risih sama cucunya, hilang kebersamaan bersama cucunya, apalagi mengusir cucunya di saat-saat yang berharga.

5. Peduli dengan Cucu

Suatu hari beliau shollallohu alayhi wasallam sedang sujud –tatkala beliau mengimami para sahabat-, maka datanglah Al-Hasan bin Ali bin Abi Thoolib.

Lalu –sebagaiman sikap anak-anak-, Al-Hasanpun menaiki pundak Nabi yang dalam kondisi sujud. Nabipun melamakan/memanjangkan sujudnya. Hal ini menjadikan para sahabat heran, (mereka berkata :

“Wahai Rasulullah, engkau telah memperpanjang sujudmu, kami mengira telah terjadi sesuatu atau telah diturunkan wahyu kepadamu).

Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada mereka,

“Bukan, akan tetapi cucuku ini menjadikan aku seperti tunggangannya, maka aku tidak suka menyegerakan dia hingga ia menunaikan kemauannya.”
(HR Ahmad No 16033 dengan sanad yang shahih, An-Nasaai no 1141 dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Dalam kondisi bagaimanapun, hendaknya seorang kakek mempersiapkan kondisi fisiknya yang fit.

Kita tahu bersama, dunia anak adalah aktif dan energik. Maka, seorang kakek, harus legowo. Lihatlah nabi shollallohu alayhj wasallam, bahkan di saat beribadah pun, beliau ‘menerima’ keberadaan cucunya.

Jangan lagi ada kakek yang mengusir cucunya di kondisi apapun. Semisal berkata, “Pindah sana duluu, jangan mengganggu kakek!”

Astagfirulloh! Ini pemandangan yang sangat miris. Mari kita ubah perilaku yang buruk itu.

6. Motivator Kebaikan

Dari Al-Hasan, dia mendengar Abu Bakrah berkata, “Aku mendengar (ceramah) Nabi di atas mimbar, sedangkan Al-Hasan berada di sampingnya, beliau sesekali melihat kepada manusia dan sesekali kepada Al-Hasan, dan bersabda,

“Anakku ini adalah sayyid dan semoga Alloh akan mendamaikan dengannya dua kelompok dari kalangan muslimin.”
(HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari, VII, hal. 463, hadits no. 3746)

Masya Alloh! Peristiwa ini sangat berharga pelajarannya.

Motivator. Yah, itulah karakter yang wajib dimiliki seorang kakek. Ia memotivasi dan menginspirasi cucunya.

Para kakek setidaknya ia berkata pada cucunya atau pada orang-orang sekitarnya:

“Kelak kamu akan jadi penghafal Qur’an, Nak!”

“Anakku ini, adalah calon ulama besar!”

“Cucuku ini kelak insya Alloh akan mengislamkan Rusia dan Amerika!”

Na’am. Itu hanyalah beberapa gambaran sederhana rangkaian motivasi kepada cucu.

Tak jamannya lagi, bahkan sudahi bertutur kasar pada cucu. Semisal: “Bodoh”, “Nakal”, “Anak syaiton”, dsb.

Mari kita belajar dari Nabi shollallohu alayhi wasallam sebagai seorang kakek yang sukses mendidik cucu-cucunya.

7. Memfilter Makanan Cucu

Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Al Hasan bin Ali Radhiyallahu ‘anhum (ketika masih kecil) mengambil sebiji kurma dari harta zakat, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, “Cih, cih!” (perintah untuk
mengeluarkan dan membuangnya)

Kemudian beliau menegaskan, “Tidakkah engkau tahu bahwa kita tidak boleh memakan harta zakat?”
[HR Bukhari (1491) dan Muslim (1069)]

Kadang masih ada kakek yang merokok. Padahal, itu sudah jelas keharomannya. Lebih parahnya, ia menggendong cucunya sambil merokok. Akhirnya, sang cucu menjadi perokok pasif. Naudzubillah.

Ada juga kakek yang tidak peduli dengan apa yang dikunyah cucunya. Makanan apapun yang diambil cucunya, entah itu dari dalam rumahnya atau rumah tatangga, ia tidak menghiraukannya.

Padahal, bisa saja itu sudah basi/kadaluarsa. Atau bisa jadi itu diambil diam-diam dari tetangga. Maka, semua ini harus menjadi perhatian. Karena jangan sampai makanan yang syubhat, harom, atau yang tidak sehat itu masuk ke dalam perut anak. Hal itu akan mengganggu pertumbuhan dan wataknya kelak.

Simaklah kisah di atas, betapa perhatiannya Rosululloh shollallohu alayhi wasallam dalam menjaga cucunya. Masya Alloh.

—Semoga 7 hal ini menjadi perhatian bagi para kakek, nenek, apalagi orangtua. Selamat menjadi kakek yang sukses.

(Oleh: Abu Hanin)

Tinggalkan Balasan