Akhi, jangan ajak Aku Pacaran lagi !
Senja di ufuk barat itu berhasil menghantarkanku pada indahnya kerinduan malam. Kala itu sungguh masih terngiang jelas gambaran indahnya hubungan terlarang, berlabel pacaran.
Satu percakapan yang sampai saat ini masih kuingat adalah ketika kita pernah terlibat perang emotikon yang begitu dahsyat, sehingga kita berhasil membuka gerbang awal perzinaan. Oh, akhi.. mengertilah aku tak kuasa! Cukup sekali itu saja aku merasakannya. Aku tak ingin terlarut-larut banyak masalah karena dosaku sendiri.
Benar-benar sedikitpun aku tak pernah berfikir akhi, tentang apa yang akan terjadi setelah kita melewati proses pacaran ini. Sungguh ribuan cobaan datang menghampiriku silih berganti. Aku rela khi, untuk berbohong kepada semua orang, demi hubungan kita yang terlabel pacaran. Aku rela khi dimusuhi ribuan teman, tak lain lagi memang hanya karena kita pacaran, Dan akupun rela khi, mengorbankan waktu, tenaga dan harta apalagi, kalau bukan demi hubungan kita?
Sungguh sangat konyol hal ini terjadi. Kadang aku tak sanggup akhi, untuk menerima semua kenyataan ini. Aku tak sanggup, jika harus merelakan semua, hanya karena antum khi ! . Tapi sebaliknya, antum hanya perhatian diawal saja. Mana janji antum khi? Janji setia antum? Sungguh khi, jika aku mau berfikir sangatlah tidak relevan pengorbananku dan dirimu. Kau umbar janjimu semanis madu, ketika peperangan emotikon pertama! Sekarang, justru kau memilih dia, setelah puas datang kepadaku.
Sebelum lebih jauh melangkah. Coba khi, ingat-ingatlah kembali secuil perjanjian kita. Bahwa sebelum memulai hubungan ini, kita telah berjanji untuk saling menjaga dan menghormati. Mengingat, banyak sahabatku yang juga mencintai dirimu khi. Tapi nyatanya apa? Sekarang kau hianati ini semua, sehingga engkau tega mencampakkanku dalam keadaan mengadu domba.
Ah, sudahlah khi.. Cukup sampai sini saja sandiwara kita…
Detik ini juga kuberanikan diri untuk memutuskanmu khi. Aku yakin, ini merupakan jalan terbaik yang harus kulakukan. Tak ada pilihan lain selain kita putus!
Ya Allah, sungguh aku benar-benar telah salah melangkah. Ternyata, semua aturan telah Engkau siapkan untuk mengatur hamba-Mu. Lihatlah, betapa sayangnya Allah kepada hambanya, hingga kita telah dibekali hukum agar tidak ada kerusakan di dalamnya.
Seperti perintah untuk menjauhi zina “Dan Janganlah Kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (TQS. Al-Israa [17] : 32) ,
Perintah untuk menghukum pelaku zina “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina maka deralah tiap-tiap sesorang dari keduanya deratus kali dera, dan janganlah mrasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (TQS. An Nur [24]: 2)
Tapi kadang, manusia suka seenaknya, tak mau berpedoman dengan hukum yang telah dibuat-Nya.
Mungkin dalil itu telah cukup khi, untuk dijadikan dasar atas keharaman hubungan kita. Tak hanya itu, Nabi pun juga melarangnya! Maka maafkan aku akhi, sungguh aku tidak ingin berbagi dosa investasi kepada kawan-kawanku karena ulah ku, aku juga tidak ingin mengotori Indonesia karena hubungan terlarang diantara kita, dan aku juga tidak akan menandingi aturan Yang Maha Esa.
Karena jodohmu, adalah cerminan dirimu khi. Maka cukup sekali saja akhi. Jangan ajak aku pacaran lagi..!
Sumber : Gaul Fresh