Banyak Kitab Kuning Dibajak, Nahdliyin Harus Waspada

0
603

Surabaya, Cyberdakwah — Warga NU, khususnya para kiai dan ustadz hendaknya ekstra hati-hati saat membaca dan menjadikan kitab kuning sebagai pengantar dalam kajian di pesantren dan lembaga pendidikan. Karena disinyalir mulai banyak kitab kuning yang telah dibajak untuk kepentingan tertentu.
Penegasan ini disampaikan oleh Ketua PW Lajnah Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Jawa Timur, Ahmad Najid, Sabtu (2/5/2015). Karena dalam telaahnya, banyak kitab klasik karangan sejumlah kiai diproduksi ulang oleh pihak lain dengan berkepentingan untuk mengeruk keuntungan. Lebih dari bukan sekadar masalah kerugian secara finansial, yang paling dikhawatirkan pembajakan kitab ini berpotensi merusak isi kitab jika dicetak ulang secara sembarangan.
Bagi alumnus pasca sarjana ilmu tafsir di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ini, pembajakan terhadap kibat kuning di lingkungan kaum nahdliyin ini sebenarnya terjadi sejak lama. Banyak penerbit, terutama penerbit kecil, mencetak ulang kitab kuning tanpa meminta izin penulis atau ahli warisnya. “Bahkan ada yang tidak mencantumkan nama pengarangnya,” ujarnya.
Sekedar memberikan contoh, Gus Najib, sapaan akrabnya menceritakan anak dari seorang kiai yang menulis sebuah kitab yakni Manhaj Dzawin Nadzor (Syarah Alfiah As-Suyuti) karangan Syaikh Mahfudz At-Termas. Kitab tersebut dicetak ulang oleh salah satu penerbit dan beredar di pasaran. Tapi, terjadi banyak kesalahan cetak. “Saya tanya teman saya, dia bilang tidak tahu karena tidak pernah minta izin,” ungkapnya.
Keluarga Najib juga merasakan pembajakan tersebut. Yakni kitab Tanwirul Hija fii Nadzmi Safiinatun Najah, karya KH Akhmad Qusyairi bin Siddiq, kakak mantan Rais Aam PBNU KH Ahmad Shiddiq. “Dan banyak sekali kitab-kitab klasik NU yang dibajak di pasaran,” tandas pengajar di Pesantren Salafiyah Pasuruan ini.
Najib mengatakan, ada beberapa faktor kitab klasik jadi korban pembajakan. Di antaranya kurangnya kesadaran kaun santri pada pentingnya hak kekayaan intelektual (HAKI). Selain itu, cara berpikir ikhlas di lingkungan kiai, dalam menyebarkan ilmu.
“Kiai kan tidak berpikir finansial dari kitab yang diproduksi. Yang penting dari kitab yang dikarang, ilmu bisa sampai ke pembaca,” kata Najib. Nah, kurang sadarnya HAKI dan keikhlasan kiai ini disalahgunakan, lanjutnya.
Karena itu berbarengan dengan momentum Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas, LTN NU Jatim akan mengambil sikap untuk menyelamatkan khazanah intelektual karya ulama NU, terutama kitab klasik. LTN juga meminta PBNU memerhatikan masalah ini, juga mendesak pemerintah memfasilitasi penertiban masalah pembajakan kitab kuning.
“Kami akan menginventarisir kitab-kitab apa saja yang dibajak. Selanjutnya, kami akan berupaya untuk memfasilitasi penulis atau ahli waris untuk mengurus hak cipta kitab ke instansi terkait,” pungkas Gus Najib. (s@if)

Tinggalkan Balasan