Pendidikan adalah proses untuk menjadikan manusia seutuhnya. Pendidikan juga yang membuat kita semakin bermakna dan menemukan jati diri seorang hamba maupun bangsa. Tetapi, bagaimana jika pendidikan tidak bisa mencetak anak didiknya sepeti harapan para orang tua dan agama? Disinilah andil semua pihak diperlukan agar masa depan bangsa tidak hancur oleh kepentingan dan eovoria dunia masakini. Pendidikan islam menjadi garda terdepan untuk menanamkan ilmu yang berorietasi pada kepentingan dunia-akhirat.
Jakarta, NU Online, Maju dan tidaknya pendidikan Islam di Indonesia tergantung bagaimana komitmen Pemerintah terhadap lembaga pendidikan tersebut. Komitmen ini penting mengingat lebih dari 90 persen madrasah di Indonesia misalnya, dikelola oleh masyarakat atau swasta.
Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Yahya Umar menjelaskan, bahwa madrasah swasta harus mendapat perhatian yang lebih ketimbang madrasah negeri. Sebab, mayoritas madrasah di negeri ini berstatus swasta.
“Berikan yang mereka butuhkan,” katannya saat memberikan materi dalam acara persiapan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) MAN Insan Cendekia, di Hotel Horison, Bogor, Sabtu (09/05) seperti dilansir oleh situs kemenag.go.id.
Perhatian itu, lanjut Yahya, salah satunya dengan memberikan bantuan penguatan pendidikan, baik sarana prasarana maupun peningkatakan kapasitas SDM. Terkait ini, Yahya menilai pemberian bantuan dengan pola “hujan gerimis”, hanya bersifat stimulus, kurang strategis dalam peningkatan kualitas pendidikan madrasah.
“Kebijakan model hujan gerimis yang merata seperti itu harus dihapuskan,” tukasnya.
Mantan Dirjen Pendis ini berharap, kebijakan pengembangan madrasah ke depan lebih mendahulukan lembaga swasta, mendahulukan yang tidak mampu, mengutamakan pelaku pendidikan dan, mengutamakan kualitas.
“Lebih baik model jet sprey, fokus dan kencang tapi semprotannya fokus,” kelakarnya.
Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin dalam pembukaan acara menjelaskan bahwa cita dan visi Pendis dalam lima tahun ke depan adalah menjadikan madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi Islam sebagai primadona anak negeri karena mengedepankan kualitas dan mutu.
“Selain itu harus unggul, excellent dan kompetitif,” terangnya.
Selain itu, lanjut Kamaruddin, pendidikan Islam juga harus menjadi centre of excellent atau menjadi pusat kajian Islam di dunia, sehingga mampu menjadi referensi tempat belajar kajian keislaman.
“Pendidikan Islam juga harus menawarkan Islam karekteristik yang moderat dan demokratis, serta menghargai multikultural,” pungkasnya.