Dua Hal Akibat Rasa Sakit

0
635

Dua Hal Akibat Rasa Sakit

Jika kita memahami keagungan, kekuasaan dan kemuliaan Allah,
maka seharusnya kita malu untuk menyebut-nyebut amal shalih
dan kebaikan-kebaikan yang kita lakukan dihadapan orang lain.

Kecemasan (yang berlebihan) hanya akan membuatmu berhenti dari rasa syukur.

Dosa itu aib..
Terlihat buruk, namun tetap ada kebaikan didalamnya.

Sebab seseorang menjadi lebih cermat dan bijaksana dalam melangkah
menuju pelabuhan terakhirnya, saat ia mau mengambil pelajaran
dari kesalahan-kesalahannya.

Luka atau rasa sakit itu dapat mengakibatkan 2 hal :

1/ Meninggalkan rasa dendam
2/ Membuahkan pelajaran

Jika engkau mengerti bahwa manusia itu pasti dicoba, tentu rasa sakit seperti apapun akan dipilih untuk dijadikan pelajaran.

Jika engkau mampu untuk mengolah batin, tentu ia (rasa sakit) tidak akan dibiarkan mengendap didalam hati hingga menjadi penyakit kronis yang akan dibawa sampai mati.

Belajarlah untuk bersikap adil, dan sayangilah dirimu sendiri.

Bukankah merugi jika orang lain itu telah menyakitimu kemudian ia bertaubat dan diampuni,
sedangkan dirimu masih saja berkutat dengan rasa dendam yang bisa jadi hal tersebut justru akan merugikan dirimu sendiri “kelak”.

Jangan merugikan dirimu sendiri dengan sakit “disana dan disini”.

Bangkitlah!

Karena engkau bukanlah satu-satunya manusia yang tengah diuji.

————–
It’s better to cry than to be angry, because anger hurts others while tears flow silently through the soul and cleanses the heart

Hasan al Bashri pernah berkata mengungkapkan keprihatinannya.

Sangatlah jauh, sangatlah jauh …

Angan-angan telah menjerembabkan manusia dalam jurang kebinasaan. Bagaimana tidak ?

• Perkataannya tidak diikuti dengan perbuatan …
• Pengetahuannya tidak dilandasi dengan kesabaran …
• Dan keimanannya tidak diiringi dengan keyakinan …

Mengapa aku melihat banyak orang, namun tidak bisa menemukan mereka yang berakal sehat.

Aku mendengar perkataan, namun tidak satupun kutemukan kawan yang ramah.

Orang-orang datang dan pergi, mengetahui kemudian mengingkari, mudah menghalalkan kemudian mengharamkan.

Ketahuilah ….

Sejatinya kehormatan agama salah seorang dari kalian itu terletak pada tutur katanya.

Kamu ditanya, “Apakah kamu beriman kepada Hari Perhitungan?”

Lalu ia menjawab, “Iya!”

Namun ia tetap saja berbohong (mendurhakai) Pemilik Hari Pembalasan.

Hati itu laksana ‘wadah’ yang jika telah terisi dengan rasa takut kepada Allaah, maka ia tidak akan lagi menampung rasa takut kepada selainnya.

Lalu, kepada siapakah hatimu merasa takut?

Wahai orang yang perkataan dan pandangannya diperhitungkan, robeklah pakaian-pakaian kelemahan kalian dengan tangan kegiatan

Ambillah pelajaran dari orang-orang yang dekat, karena pelajaran itu sendiri akan mengeluarkan pelajaran-pelajaran yang baru.

Lihatlah darimana datangnya kerusakan itu, sebelum kamu menemui masa-masa yang penuh duka cita

(Ibnul Jauzi)

Sumber :  Novi Cahyanti

Tinggalkan Balasan