What’s the Biggest Mistake?

0
337

What’s the Biggest Mistake?

“The danger of small mistakes
is that those mistakes are not always small”

Allah swt. tidak hanya mengatur masalah bagaimana cara kita berdoa dan berinteraksi dengan-Nya, tapi juga bagaimana membentuk tatanan sosial di tengah-tengah masyarakat, yakni cara kita melakukan interaksi dengan orang lain, jauh berbeda dengan manusia yang kini terbiasa dengan campur baur antara laki-laki dan perempuan, living together, pesta bikini dan seks, ciuman dan berpegangan tangan di tempat umum, menyebalkan bukan? Bagi yang sehat akal dan nalurinya. Lebih dari itu, Allah swt. juga mengatur masalah privasi sekalipun, seperti penampilan (gaya berbusana) dan akhlak. Sederhana saja, agar kita senantiasa berada dalam koridor yang manusiawi sebagai manusia.

Bayangkan walaupun hanya untuk masalah seperti itu saja jika tidak diatur, hal sepele jadi brabe, pakaian di kamar mandi jadi ada di tempat umum, memancing naluri yang memang sudah ada, akhirnya bermula dari mata jatuh ke hati – bisa dijamin orang yang seperti itu pasti langka iman, buktinya mau meninggalkan hal-hal yang diperintahkan Tuhannya – kenal, tukaran nomor ponsel lalu saling berkomunikasi, disini sudah jatuh hukuman pada pola hubungan antar manusia, lebih dari itu suasana yang diciptakan apalagi disela-sela syaitan yang senantiasa hadir dan berpesta dalam setiap kemaksiatan, lebih memanas, mendorong satu sama lain lebih dekat dan jatuh pada perzinahan, muncul masalah baru, kehamilan yang tidak diinginkan istilahnya, lalu dosa berikutnya aborsi, fatal kan?

Akar permasalahan dari fakta dunia dewasa ini tak lagi bisa dipertahankan, harus ada paradigma baru pergerakan besar-besaran untuk kualitas yang besar. Sekarang coba perhatikan cerita ini. Aku memang lebih suka jika berpergian dan belanja kemana-mana itu sendiri, dan saat itu aku pergi untuk membeli beberapa keperluan. Ya, untuk bisa tiba di tempat perbelanjaan yang kutuju itu, aku harus melewati satu lorong yang dipadati dengan ruko-ruko berjejer, siang itu sepi dan sedikit kumuh, seperti kurang terurus. Sebenarnya bukan hanya itu jalan satu-satunya menuju kesana, tapi dari tempat pemberhentian bus ku saat itu, jalan itu yang terdekat.

Dengan percaya diri aku melewati ruko-ruko itu satu persatu, awalnya tampak biasa saja masih jauh jalannya kedepan sana, lurus saja, tapi makin ketengah aku makin penasaran untuk tahu ini sebenarnya lorong apa, apalagi bangunan setinggi dan sebesar ini kok sepertinya kayak gak ada kehidupan, sepi tertutup, hanya satu dua yang terbuka sedikit pintunya hingga aku bisa tahu sedikit banyak apa isi didalamnya ketika mataku tertarik menoleh kekanan dan kiri ruko-ruko disekelilingku itu. Salah satunya aku melihat meja penerima tamu, seperti hotel, oo ternyata iya benar, ketika aku melihat plank di atas pintunya bertuliskan tempat penginapan, diskotik dan tempat hiburan malam sejenisnya. Wow, sedikit lemas, ternyata itu baru satu, langkah-langkahku berikutnya melihat lagi dan lagi.

Pantas saja, mungkin di siang hari tempat ini lengang seperti tanpa kehidupan, ternyata tempat ini hidup khusus di malam hari. Aku langsung membayangkan perempuan-perempuan yang … menjajakan dirinya secara langsung maupun melalui germonya dengan berbagai kedok, berjejer dan bergantungan di jalan-jalan sekitar tempat itu. Sepengetahuan dan penglihatanku sebenarnya bukan satu tempat itu saja yang dipenuhi dengan suasana begitu, tapi banyak tempat, ya salah satunya adalah yang kulihat barusan.

Semakin banyak yang kulihat, aku semakin penasaran lagi, jalanku semakin pelan untuk semakin memperhatikan tempat itu dari satu bangunan ke bangunan berikutnya, sampai dibeberapa tempat berikutnya aku melihat beberapa pria duduk dan minum di warung kecil. Akhirnya, aku mempercepat langkahku, tapi aku berlagak biasa saja, wah seram juga tempat sepi ini meski di siang hari. Satu kesan, disgusting. Aku juga teringat dengan salah satu film yang bercerita tentang penculikan perempuan untuk diperdagangkan, semua dimulai dengan iming-iming uang, pekerjaan, kenikmatan duniawi, murah banget gak? Hanya karena baru kenal dan langsung memberi bantaun, lantas percaya begitu saja, lalu terjebak human trafickking, narkoba, pelacuran, kekerasan dan eksploitasi lainnya.

Hidup ini membuat kita senantiasa berburuk sangka pada siapapun bukan? Rasanya pada akhirnya hidup tidak akan pernah bisa aman. Karena memang tidak akan pernah ada jaminan demikian. Masalah kecil itu akan terus terkesan kecil kecuali jika kita bangun dari tempat duduk dan membuka mata menyusuri fakta di lapangan lalu melakukan perubahan nyata sehingga tak lagi jadi masalah terbesar.

Sumber : Gaul Fresh

Tinggalkan Balasan