Berlebaran di Korea, Muslim Indonesia Tetap Hidangkan Opor dan Ketupat

0
314

Berlebaran di Korea, Muslim Indonesia Tetap Hidangkan Opor dan Ketupat

Rasa syukur ini atas datangnya Idul Fitri juga dirasakan oleh Mualim Indonesia yang sekarang berada di Korea Selatan (Korsel). Rasa syukur itu terwujud dalam bentuk ibadah-ibadah yang sunah maupun wajib dijalankan selama hari raya Idul Fitri seperti sholat Ied secara berjamaah dan penunaian zakat fitrah. Mereka juga berusaha menghidangkan makanan khas Indonesia saat lebaran seperti opor dan ketupat.

Sholat sunah ‘Ied secara berjamaah di Korsel dilakukan baik di dalam masjid maupun di lapangan terbuka. Hal yang sangat mencolok dan menjadi perhatian adalah ketika sholat dilakukan di lapangan terbuka. Tak jarang warga non-Muslim Korsel yang sedang berlalu lalang melewati arena lapangan yang digunakan untuk shalat, terkagum melihat jumlah jamaah sholat ‘Ied yang begitu banyak.

Mereka sangat antusias dan memperhatikan dengan seksama ribuan jamaah yang sedang mendengarkan khotbah shalat Ied dan melaksanakan shalat secara khusu’. Jumlah jamaah yang begitu banyak membuat heran orang Korsel karena bagi mereka hanya sebuah konser musik yang mampu mengundang masa sebanyak itu berkumpul di sebuah lapangan terbuka. Kekaguman ini mudah-mudahan menjadi magnet penarik bagi warga non-Muslim Korsel untuk mengenal Islam lebih dalam.

Hari raya Idul Fitri belum menjadi hari libur nasional di Korsel karena jumlah Muslim yang masih minoritas. Hari raya Idul Fitri 1436 H yang jatuh di hari kerja membuat para WNI Muslim harus meminta izin berlibur. Surat Izin libur untuk merayakan hari raya Idul Fitri difasilitasi oleh Kedutan Besar Republik Indonesia melalui surat edaran yang ditujukan kepada perusahaan tempat bekerja atau kampus tempat belajar.

Keberadaan surat ini sangat membantu sekali dalam menjelaskan kepada warga non-Muslim Korsel akan pentingnya hari raya Idul Fitri bagi Muslim sehingga surat ini banyak digunakan oleh WNI di Korsel.

Meskipun terkadang tidak semua pekerja Indonesia mendapatkan izin untuk berlibur di hari raya Idul Fitri tapi sebagian perusahaan atau kampus sangat paham dengan makna penting Idul fitri sehingga tidak harus menyertakan surat izin, cukup dengan izin secara lisan.

Rasa syukur akan hadirnya Idul Fitri terwujud pula dalam ibadah penunaian zakat fitrah. WNI di Korsel mendapatkan kemudahan dalam menunaikan kewajiban ini karena adanya organisasi Komunitas Islam Indonesia (KMI) yang mewadahi 42 mushola Indonesia di Korsel dan lembaga sosial dari Indonesia yang bertindak sebagai amil zakat.

Amil zakat di Korsel sudah mengumpulkan zakat fitrah seminggu sebelum hari Idul Fitri hingga beberapa saat menjelang pelaksanaan shalat ‘Ied. Hasil zakat yang didapat langsung didistribusikan oleh para amil kepada para mustahiq zakat di Indonesia. Besar zakat fitrah di Korsel ditetapkan sebesar 8.000 won menyesuasikan dengan harga beras di pasaran.

Hal lain yang melengkapi Idul Fitri 1436 H bagi WNI di Korsel adalah silaturahim dan ramah tamah dengan saudara–saudara Muslim lainnya. Sebagai sesama perantau yang jauh dari keluarga, berkumpul dengan rekan seperjuangan menjadi obat rindu akan kampung halaman dan keluarga tercinta di rumah. Oleh karena itu, pasca sholat ‘Ied, mushola–mushola yang didirikan oleh orang Indonesia mengadaakan acara silaturahim lengkap dengan segala hidangan khas Idul Fitri di Indonesia, seperti ketupat, lontong, opor, rendang dll.

Dengan kegiatan ini Muslim Indonesia yang sedang berada di Korsel tetap merasakan nikmat dan khidmatnya Idul Fitri meski sedang berada di negeri minoritas Islam dan berjarak ribuan kilo meter dari kampung halaman.

Laporan Muhammad Roghib Ar-Romadhoni, tim Dakwah Al-Bahjah Korea Selatan sekaligus Mahasiswa di Yeungnam University-Korea Selatan

Sumber : NU Online

Tinggalkan Balasan