Tanya :
Saya di KBIH maupun Travel Umrah menerapkan ibadah umrah sebanyak-banyaknya setiap ada waktu longgar, baik sebelum atau sesudah haji, di bulan Ramadlan dan lainnya. Sebenarnya bagaimana hukumnya? Mengingat ada anggapan bahwa hal itu tidak ada dalilnya. H Salim Akbar.
Jawaban:
Ada sebuah hadis
تابعوا بين الحج والعمرة فإنهما ينفيان الفقر والذنوب كما ينفى الكير خبث الحديد والذهب والفضة وليس للحجة المبرورة ثواب إلا الجنة
(أخرجه أحمد (1/387 ، رقم 3669) ، والترمذى (3/175 ، رقم 810) وقال : حسن صحيح غريب . والنسائى فى الكبرى (2/322 ، رقم 3610) ، وابن حبان (9/6 ، رقم 3693) ، وأبو نعيم فى الحلية (4/110) . وأخرجه أيضًا : البزار (5/134 ، رقم 1722) ، وابن خزيمة (4/130 ، رقم 2512) ، والطبرانى (10/186 ، رقم 10406) .
artinya: “Iring-iringilah antara haji dan umrah, sebab keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran (karat) pada besi, emas dan perak. Dan haji mabrur tidak ada pahalanya kecuali surga” (HR Ahmad No 3669, Turmudzi No 810, ia berkata: Hadis ini Hasan Sahih. dan lainnya)
Dari hadis ini al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
وفي حديث الباب دلالة على استحباب الاستكثار من الاعتمار خلافا لقول من قال يكره أن يعتمر في السنة أكثر من مرة كالمالكية ولمن قال مرة في الشهر من غيرهم واستدل لهم بأنه صلى الله عليه و سلم لم يفعلها إلا من سنة
“Hadis ini adalah dalil disunahkannya memperbanyak melakukan umrah. Hal ini berbeda dengan ulama yang menilainya makruh dari kalangan madzhab Malikiyah, yang berargumentasi bahwa Rasulullah Saw hanya melakukan umrah 1 kali dalam setahun” (Fathul Baari 3/598, Namun pendapat yang menyatakan makruh dibantah oleh Ibnu Hajar)
Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar melakukan umrah 2x dalam setahun dimasa Zubair bin Awwam, juga Aisyah berumrah 2x dalam setahun. Dan Ibnu Qayyim meriwayatkan bahwa Sayidina Ali melakukan umrah berkali-kali dalam setahun (‘Aun al-Ma’bud Syarah Sunan Abi Dawud 5/329)
Syaikh Athiyah Mufti al-Azhar, Mesir, juga memfatwakan bolehnya umrah berkali-kali sebagaimana mayoritas ulama fikih. Beliau berkata di akhir fatwanya:
ولو أراد أن يهب ثواب العمرة للأموات فلا مانع من ذلك أبدا ، وكل قربة يهب الإنسان ثوابها إلى الميت يرجى انتفاعه بها ولم يرد ما يمنعه
Sumber : Santri.net