Surabaya, Cyberdakwah — Sejumlah Menteri Kabinet Kerja Republik Indonesia menghadiri Kongres Fatayat NU ke-15 di Asrama Haji Sukolilo. Salah satunya adalah Menteri Ristek dan Dikti, Muhammad Nasir. Ia yang tampil bersama Menteri Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi, memaparkan rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan.
Di hadapan peserta kongres, mantan Rektor Universitas Diponegoro Semarang ini memaparkan masih rendahnya pemberdayaan perempuan dan partisipasinya dalam kehidupan masyarakat. Saat ini, katanya, jumlah penduduk perempuan Indonesia sekitar 127 juta. “Tapi kalau dilihat dari sisi kesempatan pemberdayaannya masih rendah,” ucapnya, Sabtu (19/9) malam.
Sebagai indikator, Ketua Pimpinan Pusat Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) ini menjelaskan masih banyaknya jumlah wanita buta huruf, melebihi penduduk pria. Jumlah wanita buta huruf terbanyak pertama ada di Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah terbanyak kedua, dan Jawa Timur menempati urutan keempat. “Yang juga masih rendah tingkat partisipasi wanita di parlemen hanya 18 persen,” tambahnya.
Pada kesempatan tersebut M Nasir juga menyampaikan kepada para Fatayat NU agar bisa memanfaatkan program pemerintah dengan sebaik-baiknya.
“Di kementerian kami, ada banyak program beasiswa yang bisa dimanfaatkan bagi ibu-ibu atau para pemudi Fatayat NU,” tandasnya. Saya akan dukung Fatayat NU untuk terus mengembangkan dunia pendididkan, lanjutnya.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Umum PP Fatayat NU demisioner Ida Fauziyah mengakui indeks partisipasi wanita Indonesia masih rendah. Di parlemen, misalnya, hanya 18 persen saja dari 30 persen yang diharapkan. Menurutnya, problem utama adalah masih rendahnya pendidikan kaum hawa yang berpengaruh pada pembentukan mental perempuan agar berada di posisi sama dengan laki-laki. “Karena itu pemberdayaan pendidikan jadi prioritas Fatayat NU,” ucapnya. (s@if)