Secara bahasa : ar-Ruqyah (الرُّقْيَةُ) bentuk jamaknya Ar-Ruqaa (الرُّقَي) artinya Jampi, Mantera, Suwuk, Rapal. Imam Ibn al-Mandzur mengatakan:
قال ابن منظور: والرقية: العوذة، معروفة، والجمع رقى. وتقول: استرقيته فرقاني رقية، فهو راق … يقال: رقى الراقي رقية ورقيا إذا عوذ ونفث في عوذته“
Ruqyah: do’a perlindungan, jamaknya ruqaa. Kita katakan: Aku meminta ruqyahnya dan ia meruqyahku ia disebut raqi… Dikatakan : peruqyah meruqyah dengan suatu jampi artinya adalah ia meminta perlindungan dan menghembuskan nafas dalam do’anya.”
هي دعاء و تعويذ بقراءة شيءٍ من القرآن الكريم وأسماء الله وصفاته مع الأدعية الشرعية باللسانالعربي أو ما يعرف معناه مع النفث ؛ لرفع العلة والمرض او لجميع الحاجات المختلفة
“ Ruqyah yakni do’a dan perlindungan (penjagaan) denganmembaca ayat-ayat al-Qur’an al-Karim, Nama-Nama Allah dan Sifat-Sifat-Nya, disamping do’a-do’a syar’i yang menggunakan bahasa arab atau selain bahasa arab yang diketahui maknanya, disertai hembusan nafas; untukmenghilangkan penderitaan, penyakit atau untuk semua macam hajat.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan :
الرقية كلام يستشفى به من كل عارض
“Ruqyah adalah ucapan yang dibacakan untuk kesembuhan segala macam gangguan atau penyakit “
Ath-Thibi mengatakan :
ما يرقى به من الدعاء لطلب الشفاء
“ Doa apapun yang dibacakan untuk kesembuhan “
Al-Hafidz Ibnu Atsir mengatakan :
الرُّقْيَة : العُوذة التي يُرْقى بها صاحب الآفة كالحُمَّى والصَّرع وغير ذلك من الآفات
“ Ruqyah adalah perlindungan yang dibacakan kepada orang yang tertimpa penyakit seperti demam, kesurupan dan penyakit lainnya “.
Dari definisi secara bahasa dan istilah, maka apa yang dilakukan para sesepuh kita dahulu dan para kyai semisal membacakan doa dengan media air lalu diminumkan ke pasien atau menyemburkan hembusan nafas setelah berdoa atau memegang kepala dengan didoakan, adalah sudah termasuk ruqyah yang diperbolehkan. Dengan demikian metode ruqyah itu bermacam-macam, tidak hanya terpaku pada satu sifat saja. Bagaimanapun metodenya, asalkan bacaannya sesuai yang dianjurkan oleh syare’at dan tekhniknya juga tidak melanggar syare’at, maka sudah dianggap ruqyah syar’iyyah.
Metode dan Teknik Ruqyah Terkait metode dan tekhnik meruqyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menetapkan atau mewajibkan secara khusus metode atau tekhnik dalam meruqyah, oleh sebab itu dalam beberapa hadits, beliau sering kali terlihat meruqyah dengan berbagai macam cara, ada yang dengan usapan, tiupan, ludahan, sentuhan dan didoakan sebagaimana banyak disebutkan dalam hadits-hadits sahih. Dalam hadits sahih, Nabi pernah menanyakan ‘Auf bin Abdurrahman cara ia dan kawan-kawannya meruqyah, saat mereka menanyakan perihal tekhnik mereka dalam meruqyah di masa jahiliyyah. Setelah menampilkannya,maka Nabi bersbada :
لاَ بَأْسَ بِالرُّقْيَةِ مَالَمْ تَكُنْ شِرْكـا
“…Tidak mengapa ruqyah itu selama tidak mengandung kesyirikan.” (HR. Muslim).
Dalam mafhum hadits ini menunjukkan bahwa Nabi membolehkan metode ruqyah yang digunakan sahabat-sahabatNabi di masa jahiliyyah tersebut asalkan tidak ada unsur kesyirikannya sama sekali. Ini memberikan arti bahwa apapun metode dan tekhnik yang kita lakukan ketika meruqyah dengan kreatifitas apapun adalah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur kesyirikan dan tidak dengan sesuatu yang diharamkan. Dalam salah satu hadits yang lain riwayat Jabir, bahwasanya ia berkata
:نَهَى رَسُول اللَّه صلى الله عليه وسلم عَنْ الرُّقَى ، فَجَاءَ آل عَمْرو بْن حَزْم فَقَالُوا : يَا رَسُول اللَّه إِنَّهُ كَانَتْ عِنْدنَا رُقْيَة نَرْقِي بِهَا مِنْ الْعَقْرَب .قَالَ : فَعَرَضُوا عَلَيْهِ فَقَالَ: مَا أَرَى بَأْسًا ، مَنْ اِسْتَطَاعَ أَنْ يَنْفَع أَخَاهُ ، فَلْيَنْفَعْهُ“
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jampi-jampi (ruqyah yang diharamkan), lalu datanglah keluarga ‘Amr bin Hazm dan berkata, “ Wahai Rasul, dahulu kami memiliki tekhnik dalam meruqyah untuk meruqyah dari sengatan kalajengking “, Maka mereka menampilkan metode ruqyah tersebut dan Nabi bersabda, “ Itu tidaklah mengapa, barangsiapa yang mampu untuk memberikan manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah “.
Imam al-Qurthubi mengomentari hadits tersebut :
فيه دليل على جواز الرقى والتطبب بما لا ضرر فيه، ولا منع شرعيا مطلقا ، وإن كان بغير أسماء الله تعالى وكلامه لكن إذا كان مفهوما
“Dalam hadits tersebut menunjukkan kebolehan meruqyah dan mengobati dengan sesuatu yang tidak berbahaya dan tidak dilarang oleh syare’at secara muthlaq, meskipun dengan ucapan selain asma-asma Allah Ta’ala dan firman-Nya, akan tetapi bisa dipahami maknanya “.
Dalam hadits itu juga menunjukkan atas bolehnya memberikan manfaat kepada sesama muslim dengan sesuatu apapun dan cara apapun, selama tidak bertentangan dengan pokok-pokok Agama Islam. Dengan demikian, metode dan tekhnik dalam meruqyah tidak terpaku pada satu sifat saja, akan tetapi boleh dengan tekhnik bagaimanapun asalkan memenuhi kaedah-kaedahnya yang telah disebutkan.
Kunjungi www.facebook.com/muslimedianews Sumber MMN: http://www.muslimedianews.com/2015/06/fiqih-ruqyah-aswaja-pengertian-ruqyah.html#ixzz3pg7hPSg7
Wallahu a’lam bis showab
Sumber : Santri.net