Kudus selain dikenal dengan sebutan Kota Kretek, Kudus juga dikenal sebagai Kota Religius atau lebih medasar lagi dikenal dengan sebutan Kota Santri. Pasalnya, banyak di antara santri yang menuntut ilmu di kota tersebut karena adanya banyak ulama’kharismatik yang menjadi panutan masyarakat Kudus dan sekitarnya. Di antara sekian banyak ulama di kota Kudus, KH. Arwani AminAl-Qudsi adalah salah satu yang menjadi tauladan bagi masyarakat kudusdan sekitarnya. Sehingga murid-murid beliau mengumpulkan dan menulis nasihat-nasihat dan wasiat beliau untuk diwariskan kepada generasi mendatang.
Inilah Wasiat dan nasehat-nasehat KH. Arwani Amin Alqudsi
1. Dadi wong sing iso syukur (Jadi orang harus bisa bersyukur).
2. Nek ngaji jo dipekso sing penting usaha (Kalau belajar jangan terlalu dipaksakan, yang penting usaha).
3. Jo ngejar cepet, ngejaro lanyah (Jangan mengejar cepatnya, tapi kejarlah penguasaan).
4. Eleng, cobone wong dewe-dewe (Ingat, cobaan seseorang itu sendiri-sendiri).
5. Saben dino dungakno kyaimu (Setiap hari doakanlah guru/kyaimu).
6. Jo cepet sambat kabeh neng kene cobo (Jangan mudah mengeluh, semua mengalami cobaan).
7. Maqamku diziyarahi (Makamku ziarahilah).
8. Jo kakean guyon (Jangan kebanyakan bergurau).
9. Nek ibadah sing istiqomah (Kalau beribadah istiqamahlah).
10. Sholate sing ati-ati (Shalatnya yang hati-hati).
11. Nek hajat sing ati-ati (Kalau berhajat yang hati-hati).
12. Sing eman karo wong tuwo (Yang murah hati terhadap orangtua).
13. Jo podo sembrono (Jangan mudah tergesa-gesa).
14. Sopo gelem obah bakal mamah (Siapa yang mau bergerak jangan takut tidak makan).
15. Aku wekas karo sliramu: wiwit mongso iki sliramu saben-saben deres supoyo tartil. Mergo senejan mung setitik nanging tartil iku luwih utama lan manfaat tinimbang olih akeh nanging ora tartil. (Aku berpesan kepadamu: mulai sekarang setiap kali kamu ‘deres’ supaya ‘tartil’. Karena meskipun dapat sedikit tapi tartil itu lebih utama dan bermanfaat daripada dapat banyak tapi tidak tartil).
16. Mulo wiwit saiki dibiasaaken sing tartil senejan mung olih sa’juz rong juz sedino. Pengendikane sohabat Abdulloh bin Abbas mengkene “La an aqro-a surotan urottiliha ahabbu ilayya min an aqro-al qur-aana kullahu” (Makanya mulai dari sekarang dibiasakan yang tartil walau hanya dapat satu atau dua juz sehari. Sabda sahabat Abdullah bin Abbas begini: “Jika aku membaca satu surat dengan tartil adalah lebih aku sukai daripada membaca keseluruhan al-Quran.”).
17. Kejobo iku sing wis kelakon tur nyoto, yen kulinone deres tartil iku sa’mongso-mongso kepengin deres rikat temtu biso. Nanging sebalike yen biasane deres rikat bahayane iku yen deweke dikon deres tartil temtu ora biso jalan. Mulo sliramu yen ati-ati yen deres. Cukup semene wasiatku. (Selain itu hal yang sudah nyata, jika terbiasa deres tartil sewaktu-waktu ingin deres cepat tentu bisa. Tapi sebaliknya jika terbiasa deres cepat bahayanya jika disuruh deres tartil tentu tidak bisa jalan. makanya kamu hati-hati kalau deres. Cukup sekian wasiatku). (Tanda tangan beliau).
Keterangan:
• “Nderes” adalah kegiatan santri untuk menjaga hafalan al-Qurannya dengan cara mengulang-ulang setiap hari secara kontinyu, atau istilah Arabnya; Muraja’ah atau Takrir.
• “Tartil” adalah cara membaca al-Quran sesuai dengan tata aturan Tajwid beserta memperhatikan Makharijul Ahruf, sehingga tidak terjadi kesamaran kata ataupun hilangnya kata-kata tertentu dalam bacaan. Dan membaca tartil ini relatif susah bila dilafalkan dengan tempo cepat, harus pelan.
Sumber : Muslim For All