Beliau adalah Syeikh Ammar Bugis seorang ulama Jeddah yang juga seorang penghafal Al-Qur’an yang lahir di Amerika Serikat pada tanggal 22 Oktober 1986.
Nama Bugis di ambil dari nama kakeknya yang berasal dari Makassar, Sulawesi yaitu Syeikh Abdul Muthalib Bugis yang hijrah dari Sulawesi ke Mekkah dan mengajar tafsir di Masjidil Haram.
Sejak lahir kondisi beliau lumpuh total tidak bisa berdiri bahkan kepala pun tak bisa ditengokkan ke kanan dan ke kiri, begitupun dengan lidah yang menjulur keluar sejak lahir, namun siapa sangka banyak kelebihan yang beliau miliki.
Beliau sudah hafal Al-Qur’an sejak usia 13 tahun dalam 2 tahun, tak pernah patah semangat untuk banyak mempelajari Al-Qur’an, bahkan beliau pun mengajar sebagai dosen di Universitas Dubai.
Kehidupan beliau dengan serba keterbatasan menjadikan cerminan bagi kita agar lebih banyak bersyukur, lebih banyak belajar, lebih banyak beribadah, lebih dekat dengan Allah SWT.
Beliau bisa menjadi inspirasi bagi kita semua dengan cara pandang beliau dengan keterbatasannya yang sangat menyayangkan banyak kaum muslimin yang memiliki fisik yang sempurna tapi banyak yang tidak yakin dengan kemampuan dirinya, kurang yakin dengan jaminan Allah Yang Maha Kuasa.
Kesungguhan beliau dalam menjalani kehidupan yang terbatas terbukti atas di anugerahkannya seorang istri dan anak, sebuah keluarga kecil untuk beliau.
Bahkan dalam buku karangan beliau, beliau pernah menulis beberapa pertanyaan dalam judul “Qohir Almustahil”
Bagaimana saya mengungkapkan keinginan (menikah) ini ?
Kira kira seperti apakah reaksi mereka ?
Bagaimana saya akan menjalani kehidupan rumah tangga ?
Apakah saya layak menikah ?
Apakah ada perempuan yang bersedia menjadikan saya sebagai suami ?
Jawaban atas pertanyaan beliau, Allah jawab dengan dihadirkannya Ummu Yusuf sebagai pendamping hidupnya.
fenomena Syeikh Ammar ini menunjukkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Namun pikiran dan perasaan kita sendiri yang seringkali Membatasi diri kita, memustahilkan diri kita yang akhirnya itu semua menjadi do’a buat kita sendiri.
Dalam sebuah hadits, Allah SWT menyatakan bahwa :
“Ana ‘inda dzanni ‘abdi bii / Aku ini sesuai persangkaan hamba-Ku kepada-Ku” (HR.Bukhari & Muslim)
Artinya, Allah akan ‘’menuruti’’ persangkaan pikiran dan perasaan manusia akan takdirnya sendiri.
Sebagai contoh ketika banyak orang merasa mustahil bisa naik haji karena kondisinya miskin atau banyak utang. Yang akibatnya, malah mustahil beneran. Padahal, dengan bersandar pada Allah Yang Maha Kuasa, kemiskinan dan utang bukan hambatan untuk ke Tanah Suci.
Luar biasa, ditengah keadaan yang serba mustahil, Ammar sudah hafal 30 juz Qur’an sejak usia 13 tahun dalam waktu 2 tahun saja. Tentunya ini adalah kelebihan yang sangat jarang dimiliki oleh anak-anak zaman sekarang.
Allahu Akbar…
Sumber : Santri.net