Peran orangtua dalam mendidik anak di masa kecilnya sangat berpengaruh dalam kehidupannya ketika anak sudah menginjak dewasa kelak. Oleh karena itu, pahamilah dunia buah hati Anda, jangan hanya Anda yang menuntut untuk dipahaminya.
Banyak orang tua yang mencap anaknya nakal karena suka membangkang perintah kedua orang tuanya. Padahal jika kita teliti lebih dalam, Bisa jadi hal tersebut karena kesalahan kita dalam memberikan pengarahan dan pembelajaran pada anak.
Jangan-jangan kita telah salah memberikan cap pada buah hati kita. Jangan-jangan label nakal yang kita sandangkan pada anak selama ini, justru lahir dari ketidakpahaman kita akan dunia mereka.
Maka dari itu, mari kita pahami lebih dalam tentang dunia mereka. Jangan sampai kesalahan dalam mendidik anak, seperti pemberian label negatif, berakibat buruk pada masa depannya kelak.
Anak Belum Mengerti Bahasa Un-Definitif
Sering kali anak tidak melaksanakan hal-hal yang diperintahkan sang bunda. Misalnya ketika si anak diperintahkan agar sopan pada tamu yang datang berkunjung, anak tersebut malah berlarian kesana-kemari dan membuat suguhan yang disajikan berantakan. Ditambah lagi dengan keributan yang dia timbulkan. Maka dengan cepat orang tua mengambil kesimpulan bahwa anaknya nakal, bandel, tidak mau menurut dan lain sebagainya.
Padahal perlu digaris bawahi bahwa kemampuan berbahasa anak belum sepenuhnya sempurna. Tidak mau menurutnya anak akan perintah tadi bisa jadi karena anak belum paham makna kata ‘sopan’. Kata ini perlu penjelasan lebih detail agar anak mengerti apa yang dimaksudkan sang bunda.
Gantilah perintah tersebut dengan kata lain yang lebih jelas. Misalnya : “Jika ada tamu yang datang berkunjung, duduklah di sisi bunda yah”.
Anak Mempunyai Fokus Yang Tinggi Akan Hal Yang Disukai
Kejadian lain yang sering terjadi adalah ketika bunda berbicara, anak tidak mendengarkan sehingga bunda harus mengulangi perkataannya. Namun sayangnya nada bicara yang digunakan sudah berubah tinggi karena dipicu rasa kesal.
Jika bunda mengalaminya, jangan dulu berkesimpulan bahwa sang buah hati bandel. Tengok dulu benda dan hal-hal apa saja yang ada di sekeliling si buah hati. Mungkin saja ada benda atau hal lain yang lebih menarik perhatiannya sehingga seluruh fokus anak tertuju padanya.
Anak memiliki fokus perhatian yang tinggi akan hal-hal yang disukainya. Maka dari itu janganlah kita mengulangi perkataan yang ingin disampaikan pada anak dengan nada tinggi. Apalagi sampai marah-marah hanya agar kita didengarkan. Berikan sentuhan halus pada anggota tubuhnya, kemudian utarakan kalimat yang ingin Anda sampaikan. Niscaya anak akan mendengarkan apa yang Anda ucapkan.
Anak Pun Perlu Waktu Untuk Meredam Emosi
Dunia anak sering pula dibumbui dengan terjadinya pertengkaran antar teman bermain. Tentu saja perkara yang memicunya adalah hal-hal sepele. Pertengkaran tersebut bisa jadi diawali oleh buah hati kita. Dengan kata lain buah hati kitalah yang salah.
Reaksi kebanyakan bunda jika dihadapkan pada situasi tersebut, biasanya langsung memaksa anaknya untuk meminta maaf. Dan suruhan tersebut umumnya tidak dipatuhi sang anak. Maka timbullah kemarahan sang bunda dan langsung saja bunda berkesimpulan bahwa anaknya nakal.
Cobalah tempatkan diri dan emosi kita pada posisi anak. Jika kita jadi si anak, tentunya emosi kita waktu itu sedang tidak terkendali. Perasaan kesal terhadap rival bertengkar sedang kuat-kuatnya menguasai. Berilah waktu pada si anak untuk meredam emosinya terlebih dahulu. Permintaan maaf si anak tidak harus langsung saat itu juga kan.
Setelah emosinya mereda, berikan nasihat yang bijak tanpa memojokkan anak dengan total menyalahkannya. Insya Allah anak akan menuruti bunda untuk berani meminta maaf pada temannya.
Anak Perlu Bukti Real Bahwa Orang Tua Menyayanginya.
Pembuktian rasa sayang ini, jangan disalah artikan dengan memberikan segala apa yang diinginkan anak. Atau memberikannya barang-barang mahal tanpa diminta sekalipun. Tidak, sekali lagi tidak. Pembuktian kasih sayang bukan melulu tentang materi. Banyak anak yang hidup dengan berlimpah harta dari kedua orang tua tapi toh tetap mereka merasa hidupnya kurang kasih sayang.
Bukti real rasa sayang bisa diungkapkan lewat bahasa tubuh dan tutur kata yang lembut. Hal ini telah banyak dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Berikut beberapa diantara praktik Rasulullah SAW dalam mencurahkan kasih sayang terhadap anak:
1. Rasulullah SAW Tidak Menemani Bermain, Namun Ikut Bermain
Rasulullah SAW sering menghibur anak-anak dengan ikut bermain bersama mereka. Pernah beliau menyuruh putra-putra pamannya (Abbas R.A) diantaranya Ubaidillah, Abdullah dan lain-lain untuk berbaris. Kemudian beliau berkata: “Siapa yang bisa sampai lebih dahulu kepadaku, maka akan mendapatkan sesuatu”. Mereka pun berlomba-lomba berlari menuju beliau sambil tertawa riang.
2. Rasulullah SAW Sering Mencium Anak Kecil Sebagai Perwujudan Rasa Sayang
Aqraa bin Harits melihat Rasulullah SAW mencium cucunya Hasan R.A, kemudian dia berkata: “Ya Rasulullah aku mempunyai 10 orang anak, tetapi aku belum pernah mencium mereka”. Rasulullah SAW bersabda: “Aku tidak akan mengangkat engkau sebagai seorang pemimpin apabila Allah telah mengangkat kasih sayang dari hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki kasih sayang, niscaya dia tidak akan disayangi”.
3. Rasulullah SAW Rela Ghamisnya Terkena Air Kencing Ketika Memangku Anak Kecil
Sering kita berpikir dua kali jika hendak memangku anak kecil terutama jika anak tersebut bukanlah keturunan kita. Kita enggan jikalau anak tersebut kencing di pangkuan kita. Namun tidak demikian halnya dengan Rasulullah SAW.
Seorang anak kecil dibawa kepada Nabi SAW untuk dido’akan dan dimintakan nama. Anak tersebut dipangku oleh beliau. Tiba-tiba si anak kencing di pangkuan beliau. Maka orang-orang yang melihatnya sontak berteriak. Namun beliau berkata: “Jangan diputuskan anak yang sedang kencing, biarkanlah ia sampai selesai dahulu kencingnya”.
Beliaupun mendo’akan si anak dan memberi nama. Setelah itu beliau berkata pada orang tua si anak agar tidak usah merasa bahwa beliau tidak senang dengan air kencing anaknya. Setelah mereka pergi, beliau pun membasuh sendiri ghamis yang terkena kencing tadi.
4. Rasulullah SAW Tidak Memarahi Anak Kecil Yang Bermain-Main Dengan Barang-Barang Milik Beliau
Biasanya bunda atau siapa saja akan marah melihat sang anak menjadikan barang-barang miliknya sebagai benda mainan. Apalagi jika barang-barang tersebut adalah barang berharga atau barang kesayangan. Namun ingatlah bahwa jika barang kesayangan rusak, masih bisa kita memperbaiki atau menggantinya. Akan tetapi jika hati anak sudah terluka akibat kemarahan kita, maka kita akan susah memperbaikinya.
Ummu Kholid binti kho’id bin sa’ad Al-Amawiyah berkata, “Aku beserta ayahku menghadap Rasulullah dan aku memakai baju kurung (gamis) berwarna kuning. Ketika aku bermain-main dengan cincin Nabi Muhammad SAW. ayahku membentakku, maka beliau berkata, “Biarkanlah dia.” Kemudian beliau pun berkata kepadaku, “bermainlah sepuas hatimu, Nak!”.
5. Rasulullah SAW Sering Mengucapkan Salam Terhadap Anak Kecil
Adat masyarakat kita adalah bahwa yang muda harus menghomati yang tua. Adat ini tidaklah salah karena sesuai dengan aturan islam. Hanya saja di masyarakat kita jarang menerapkan sikap bahwa yang tua harus menyayangi yang muda. Sehingga banyak contoh kasus bahwa yang muda menjadi orang yang hanya disuruh-suruh oleh yang tua. Bahkan arus ucapan salam pun harus didahului oleh yang muda terhadap yang tua.
Nabi muhammad SAW sering berkunjung ke rumah para sahabat Anshar dan memberi salam pada anak-anaknya serta mengusap kepala mereka. Hal ini akan menjadikan anak-anak tersebut merasa dirinya dihargai, dimana efeknya mereka pun akan menghargai si pengucap salam tersebut.
6. Rasulullah SAW Sering Menenangkan Sendiri Anak Yang Sedang Menangis Atau Yang Terjatuh
Ketika Nabi Muhammad SAW. melewati rumah putrinya, Fatimah R.A, beliau mendengar Husain, cucunya sedang menangis, maka beliau berkata kepada Fatimah R.A, “Apakah engkau belum mengerti bahwa menangisnya anak itu menggangguku”. Lalu beliau memangku Husain di atas lehernya dan berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah dia”.
Lalu pernah pula ketika Rasulullah SAW. sedang berada di atas mimbar memberikan nasihat pada orang-orang, Hasan cucunya terjatuh. Lalu beliau turun dari mimbar dan membawa anak tersebut.
Ini sebenarnya gambaran untuk para ayah, yang umumnya jika anaknya terjatuh atau menangis mereka bukan segera menghampiri, menggendong dan menenangkannya, akan tetapi mereka berteriak-teriak menyuruh ibu si anak untuk segera membuat anaknya diam karena merasa pekerjaan yang tengah dilakukannya terganggu oleh tangisan tersebut.
7. Rasulullah SAW Berlama-Lama Dalam Sujud Karena Lehernya Ditunggangi Oleh Cucu Beliau
Rasulullah SAW pernah lama sekali bersujud dalam sholatnya, padahal waktu itu beliau sedang mengimami para sahabat. Selesai sholat para sahabatpun bertanya: “Wahai Rasulullah apakah ada sesuatu kejadian atau Anda sedang menerima wahyu?”. Rasulullah SAW menjawab: “Tidak ada apa-apa, tetapi aku ditunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesah-gesah sampai dia puas”.
Jadi jika kejadian serupa menimpa bunda yang tengah sholat, janganlah sehabis sholat bunda memarahi anak yang bermain-main itu.
Demikianlah beberapa hal terkait metode mendidik anak ala Rasulullah agar menjadi shalih. Semoga kita selalu diberikan kesabaran dalam mendidik anak-anak kita sehingga mereka menjadi anak shalih yang bisa mendoakan kita ketika sudah tiada. Aamiin..
Sumber : Serambi.mata