Peringatan 17 Agustus tahun ini di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, ribuan santri Sukorejo memperingati hari kemerdekaan dengan mengaji dan tahlil di Masjid Ibrahimy tapi tahun ini dilanjutkan dengan upacara di depan kantor pesantren. Upacara tersebut langsung dipimpin KHR. Ach. Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pesantren Sukorejo. Ribuan santri tetap bersarungan atau berjubah mengikuti upacara bendera.
Kegiatan tersebut memberikan pesan dan mengingatkan kembali, bahwa Pondok Pesantren Sukorejo tetap setia mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). “Para santri tidak boleh lepas dari patriotisme semangat membela tanah air. Karena dengan membela tanah air berarti kita membela berlangsungnya pengamanan agama. Karena menjadi tidak mungkin kita dapat menjalankan syari’at dengan aman dan tentram saat negara kita tidak aman,” dawuh Kiai Azaim ketika memberikan amanat pada upacara tersebut.
Kiai Azaim juga berpesan agar para santri mengawal negeri ini menuju ridha Allah, karena itu para santri harus mengisi kemerdekaan dengan cara rajin belajar sehingga kelak mereka mampu mengawal negeri ini dengan baik. “Jangan serahkan negeri ini kepada para koruptor pengkhianat bangsa yang hanya berbuat untuk kepentingannya sendiri,” imbuhnya.
Berikut, amanat Kiai Azaim kepada ribuan peserta upacara peringatan 17 Agustus di Pondok Sukorejo:
Pertama, kita harus memperbaiki niat dalam memperingati hari ulang tahun kemerdekan negara tercinta Republik Indonesia. Jangan sampai mencoreng perjuangan para syuhada dan ulama pahlawan yang telah gigih berjuang berkorban jiwa dan raga untuk sajadah negeri ini, negeri tempat kita beribadah. Ingat bahwa yang diperjuangkan para pahlawan bukan hanya tanah dan bangunan. Tetapi, yang diperjuangkan adalah tanah tempat kita mendirikan sholat. Negeri tempat kita beribadah kepada Allah. Maka keamanan, ketertiban dan stabilitas nasional yang telah diperoleh dari kemerdekaan merupakan bagian karunia yang wajib kita syukuri bersama.
Kedua, Pelajarilah dengan baik sejarah agar kita tidak salah memahaminya. Dipilihnya hari kemerdekaan bukanlah sebuah kebetulan, melainkan dengan perencanaan yang sangat matang. Dengan membaca sejarah, kita akan tahu bahwa kemerdekaan Indonesia 17 agustus 1945 bertepatan dengan bulan Ramadhan, dimana terdapat sejarah besar dalam perjalanan umat Islam pada bulan Ramadhan. Kemenangan pasukan Rasulullah atas pertolongan Allah dalam pertempuran Badar terjadi di bulan Ramdhan. Semangat inilah yang kemudian diambil oleh para pejuang kemerdekaan untuk melepaskan negeri ini dari jerat penjajahan. Selain itu terdapat makna, mengapa 17 Agustus 1945 dipilih sebagai waktu ikrar proklamasi oleh Bapak Bangsa, Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta. Ini semua bukanlah kebetulan akan tetapi ada filosofi yang terkandung di dalamnya. Jika kita dapat menganalisis, bahwa angka 1 ditambah 7 sama dengan 8 yang merupakan jumlah dari Khulafaur Rosyidun dan Imam madzhab yang empat. Kemudian makna 1945 yang jika ditambahkan angka 4 dan 5 maka berjumlah 9. Lantas ada apa dengan angka 9 yang itu juga merupakan jumlah huruf dari nama negara kita INDONESIA. 9 merupakan jumlah auliya’ yang berajasa dalam perjuangan menyebarkan agama Islam di indonesia khususnya tanah Jawa.
Ketiga, bahwa para santri tidak boleh lepas dari patriotisme semangat membela tanah air. Karena dengan membela tanah air berarti kita membela berlangsungnya pengamanan agama. Karena menjadi tidak mungkin kita dapat menjalankan syari’at agama dengan aman dan tentram saat negara kita tidak aman. Seperti yang terjadi dibeberapa negara saudara kita di Timur Tengah.
Keempat, Inilah saatnya kita bersyukur kepada Allah dengan cara santri. Mengisi kemerdekaan dengan menimba ilmu, tafaqqu fiddin. Sehingga kelak pada saatnya nanti kalian akan menjadi anak-anak bangsa yang akan menggantikan para pemimpin negeri ini di masa depan. Kawal negeri ini, kawal menuju ridho allah. Jangan serahkan negeri ini kepada para koruptor penghianat bangsa yang hanya berbuat demi kepentingan diri sendiri.
Kelima, mulai saat ini harus terus belajar dengan sungguh-sungguh agar ilmu yang diperoleh manfaat dan barokah untuk agama, nusa dan bangsa.
Keenam, Jangan pernah melupakan perjuangan ulama dan syuhada dengan senantiasa bertawasul dan mendoakan beliau. Sehingga sambungan ruhani kita tidak pernah terputus dengan orang-orang yang telah berjasa kepada bangsa dan agama. Bangsa yang baik dan besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan jasa pahlawannya.
Ketujuh, doa kita haturkan kepada para ulama dan syuhada, semoga beliau para ulama dan syuhada ulama pejuang pembela kemerdekaan ini mendapatkan pahala yang diridhoi oleh Allah SWT serta dicatat amal sholih dan diampuni salah dan doanya. (Sumber: sukorejo.com)