Tanggal 25 November selalu kita peringati sebagai hari miladnya Persatuan Guru Republik Indonenesia (PGRI). Ya ,PGRI yang lahir pada tanggal 25 November 1945 merupakan salah satu organisasi yang tertua yang tetap eksis sejak zaman perjuangan kemerdekaan sampai saat ini. Salah satu tujuan dibentuknya organisasi tersebut adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dari segi pendidikan. Kalau kita lihat dengan seksama ,mungkin semuanya akan sepakat bahwa amatlah mulia tujuan pembentukan organisasi tersebut.
Bagaikan sebuah rumah tangga,berbagai permasalahan selalu saja datang menghadang yang tentunya diperlukan sebuah jalan yang bijak untuk menyelesaikannya. Salah satu isu yang begitu mendesak penyelesaiannya adalah peningkatan profesionalisme guru. Ada suatu peribahasa klasik yang dialamatkan untuk para guru yaitu’ Guru adalah pahlawan tanpa jasa’. Sebagian dari guru mungkin kurang setuju dengan pendapat ini karena besar dugaan peribahasa ini dapat merendahkan kedudukan guru sebagai pendidik. Namun, ada juga guru yang beranggapan bahwa peribahasa itu justru menjadi penyemangat bagi mereka untuk tetap bekerja dengan penuh keikhlasan . Salah satu musisi terkenal tanah air, Iwan Fals, sengaja menciptakan sebuah lagu dengan judul ‘Umar Bakri’ yang menggambarkan keprihatinan beliau terhadap nasib para guru tanah air.
Seiring pergantian rezim pemerintahan dari orde baru ke zaman reformasi dan pergantian kepala negara sejak presiden Gusdur sampai Presiden Jokowi,kesejahteraan para PNS khususnya guru semakin ditingkatkan. Sebagai contoh presiden menetapkan Undang-Undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang membawa pengaruh positif bagi kesejahteraan guru. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah tentang profesionalisme guru. Undang-undang Guru dan Dosen (UU no.14 tahun 2005) menyatakan bahwa guru profesional adalah guru yang mampu berperan untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dengan menggunakan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu. Kenyataannya, masih banyak kita jumpai guru-guru kita yang masih terkendala dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi peserta didik.
Salah seorang pakar pendidikan Indonesia, Profesor Sudarnoto (2009), menyatakan bahwa profesionalisme guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan dan prestasi siswa. Dalam penelitiannya , Professor Sudarnoto menemukan bahwa 36% prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor kualitas (profesionalisme guru), 23 % dipengaruhi oleh manajemen, waktu belajar (22%), dan sarana fisik (19%). Untuk itu sudah sepatutnya pemerintah selaku pengambil kebijakan menjamin keberlangsungan program pengembangan guru secara berkelanjutan (continuous professional development ) sehingga guru-guru itu mampu melakukan reorientasi dan revitalisasi tugas dan fungsinya sebagai pendidik dengan sebaik-baiknya.
Tentunya peningkatan profesionalisme guru tidak serta merta harus bertumpu kepada pemerintah, tetapi para guru sendiri itu sendiri juga mempunyai andil yang sama besarnya. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan konsep-konsep sederhana menjadi guru profesional yang penulis dedikasikan sebagai kado spesial untuk para guru di hari jadinya yang ke 71. Konsep-konsep tersebut, penulis rangkum dari pendapat seorang pakar pendidikan dunia bernama Professor Hugh Socket. Menurutnya setidaknya ada lima hal yang harus dimiliki oleh seorang guru agar menjadi profesional, yaitu 1) Character, 2). Commitment to change and continous improvement, 3). Subject knowledge , 4) Pedagogical Knowledge, dan 5). Beyond the classroom
1. Character
Character adalah sifat yang seharusnya melekat pada seorang guru seperti sabar, siap membuat putusan, berani dan rasa simpati dan empati akan sangat menentukan untuk menjadikan seseorang guru menjadi profesional. Dalam hal ini seorang guru yang profesional memiliki kematangan dan ketenangan setiap saat walaupun banyak masalah yang dia hadapi. Dia juga peduli, sabar, dan senantiasa memiliki rasa percaya diri di dalam kelas yang didasari pada suatu keyakinan yaitu dia harus menjadi model bagi anak-anak didiknya.
2. Commitment to change and continous improvement
Seorang guru yang profesional senantiasa melakukan refleksi terhadap metode-metode pengajaran yang digunakan di dalam kelas. Perubahan dan pergantian metode pengajaran mutlak diperlukan demi memenuhi tuntutan siswa .Idealnya ,guru harus berkomitment mencari model atau trend pembelajaran terkini dalam pendidikan dan membaca sejumlah peluang untuk pengembangan diri dengan terlibat dalam sejumlah aktifitas yang mendukung peningkatan profesionalismenya. Disamping itu, seorang guru profesional bisa saja menggagaskan sejumlah ide perubahan yang dianggap perlu. Satu hal lagi yang amat penting, guru profesioanl senantiasa memposisikan dirinya sebagai pembelajar seumur hidup (lifelong learner).
3. Subject knowledge
Dalam hal ini,seorang guru seharusnya menyadari betapa pentingnya menjadi master terhadap pelajaran yang dia asuh. Untuk itu,sudah sepatutnya sebelum memasuki ruangan kelas, dia mempersiapkan diri sebaik mungkin terhadap materi yang akan dia sampaikan. Dengan adanya internet yang dapat dengan mudah diakses oleh siswa saat ini, menjadikan siswa sangat aktif untuk mencari materi pelajaran yang akan disampaikan dan mempersiapkan sejumlah pertanyaan –pertanyaan yang mungkin amat menyulidkan (complicated) bagi siguru. Untuk itu, sudah sepatutnya guru mengantisapi pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan persiapan sebaik mungkin (well-prepared).Sebagai tambahan, dalam hal ini seorang guru yang profesional hendaklah inovatif, kreatif, dan evaluatif, memastikan bahwa kurikulum dapat dijalankan dengan efektif serta yang tak kalah pentingnya adalah selalu memotivasi siswa untuk belajar dan bekerja keras demi mencapai impian yang mereka dambakan.
4. Pedagogical Knowledge
Setelah memiliki pengetahuan dan penguasaan pelajaran yang diajarkan. Selanjutnya, seorang guru dapat dikatakan profesional bila dia mengetahui metode atau cara ajar yang efektif buat anak-anaknya karena dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman anak. Sering kita mendengar anak didik yang mengeluh terhadap metode ajar gurunya,padahal sang guru memiliki latar belakang pendidikan yang begitu mumpuni seperti S1, S2,bahkan S3. Namun hal itu tidak dapat menjamin kalau dianya memiliki keterampilan dalam mengajar. Untuk itu, sudah sepatutnya seorang guru untuk senantiasa kreatif dan inovatif dalam menemukan metode pengajaran yang cocok untuk anak didiknya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, seorang guru bisa mencari atau membrowsing sejumlah metode pengajaran yang efektif yang dengan mudah mereka dapatkan dari internet seperti you tube, jurnal-jurnal internatisional dan juga berbagai media sosial.
5. Beyond the classroom
Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki kecakapan tidak hanya di dalam kelas tapi juga di luar kelas. Hal ini sangat penting karena dapat menjadi aspek penunjang profesionalisme seorang guru. Dalam hal ini ,seorang guru harus mampu bekerja sama dengan para koleganya, orang tua dan masyarakat sekitar. Sungguh naif kalau seorang guru hanya cakap di dalam kelas , karena siswa menjadikannya sebagai model baik di dalam maupun di luar kelas. Kenyataannya, kadang-kadang kita melihat ketimpangan yang dilakukan oleh para guru pada waktu mereka kembali kemasyarakat. Malahan ada juga guru-gutu kita yang menjadi tersangka atas tindakan –tindakan pidana yang dilakukan. Untuk itu, seorang guru perlu menyadari betapa mulia pekerjaan yang mereka lakukan yang harus mereka imbangi dengan perilaku sehari-hari mereka ketika mereka berbaur dalam masyarakat. Tentunya hal ini bukanlah urusan yang mudah, tetapi yakinlah dengan adanya komitmen yang kuat, seorang guru akan memiliki kecakapan di dalam dan diluar kelas.
Dr. Erizar,M.Ed
Akademisi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh / Pemerhati pendidikan
Email: eri_zar@yahoo.com