Antara Do’a & Corona

0
419

Dalam hadits riwayat Salman al-Farisi radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

«لا يردُّ القضاءَ إلَّا الدُّعاءُ»

Artinya, tidak bisa menolak takdir kecuali doa.

Dalam ilmu balaghah, ungkapan yang menggabungkan nafi dan istitsna’ seperti pada ungkapan hadits di atas menghasilkan makna “hanya” (hashr). Jadi, hanya doa yang bisa menolak bencana, sedang lainnya tidak.

Saya membayangkan, andai Allah subhanahu wata’ala berkenan memvisualkan doa dan bencana, niscaya pergulatan antara keduanya akan terlihat seru bangets. Bencana seperti virus corona turun ke bumi, lalu doa beraksi menerjangnya, bergulat dan berjibaku dengannya. Tinggal seberapa kuat doa kita menghadapinya. Jika doa kita lebih kuat darinya, maka bencana tidak jadi turun. Mengenai hal ini, Imam Ibn al-Qayyim berkata:

والدُّعاء من أنفع الأدويةِ، وهو عدوُّ البلاء، يدافِعه ويعالجه ويمنع نزولَه، ويرفعه أو يخفِّفه إذا نزل، فالدُّعاء عدوُّ البلاء

“Doa adalah obat yang paling bermanfaat. Doa juga musuh bagi bencana. Dia menolaknya, bergulat dengannya dan mencegahnya turun. Jika bencana telah terlanjur turun, maka doa mengusirnya atau, paling tidak, meringankannya. Jadi doa itu musuhnya bencana”.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga bersabda:

«وإنَّ البلاء لينزِل فيتلقَّاه الدُّعاءُ، فيعتلجان إلى يوم القيامة»

“Boleh jadi bencana turun, lalu disambut oleh doa, lalu keduanya pun bergulat hingga hari kiamat”.

Masih ragu akan keampuhan dan dahsyatnya doa dalam menanggulangi persoalan hidup…??

Penulis: Ustadz M. Ali Syahbana

Tinggalkan Balasan