Islam Moderat vs Islam Kaffah

0
970

Setelah virus radikalisme, ekstrimisme dan terorisme merebak meluas di Indonesia dan di berbagai Negara lain, muncul wacana membumikan “Islam moderat” sebagai penanggkalnya. Menurut pengusungnya, hanya Islam Moderat yang relevan dengan keindonesiaan yang sangat plural dari seluruh aspeknya, ras, agama, geografi, dan budaya.

Tawaran ini, mendapat cibiran serius bagi penolaknya. Islam moderat menurutnya adalah Islam setengah-setengah, tidak utuh, penakut, tidak serius, dan lain-lain. Olehnya mereka menawarkan “Islam Kaffah”. Menurutnya, hanya Islam Kaffah yang sejalan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.

Menurut amatan saya, kedua istilah itu “Islam Moderat dan Islam Kaffah” sama-sama tidak tertulis secara terang di dalam al Qur’an. Sepertinya ada kekeliruan membaca.

Ayat 143 surah al-Baqarah yang menyebut kata “wasathan” yang kemudian dijadikan kata sifat “wasathiyyah” yang berarti moderat, sesungguhnya bukan sifat dari Islam sehingga disebut “Islam Moderat”, melainkan sifat dari “ummah” yang berarti “ummatan wasathan“-ummat yang moderat. Jadi yang moderat/wasathan bukan Islamnya, melainkan “prilaku ummatnya”.

Demikian pula istilah “Islam Kaffah”. Kata Kaffah disebut sebayak 5 kali dalam al-Qur’an. Yang sering dijadikan rujukan istilah “Islam Kaffah” adalah ayat 208 al-Baqarah “ya ayyuhalladzina amanu udkhulu fis silmi kaffah-wahai orang yg beriman masuklah kalian ke dalam as-silmi seluruhnya”. Kata kaffah ini apakah “taukid/menguatkan” dhamir dalamudkhulu, yang berarti masuklah kalian seluruhnya kedalam Islam? Ataukah mentaukidi lafad as-silmi, yang berarti masuklah kalian kedalam “Islam seluruhnya”. Bagi yang membaca 3 ayat lainnya yang menggunakan kata kaffah, yaitu di surat Taubah Ayat 122 dan 31 serta as Saba’ ayat 28, akan segera memahami bahwa kata “Kaffah” adalah Taukid/hal dari dhamir udkhulu sehingga maknanya “masuklah kalian seluruhnya ke dalam Islam”.

Jadi Islam Moderat dan Islam Kaffah, kedua istilah ini sama-sama tidak dikenal dalam al Qur’an.

Lalu yang moderat apanya? Yang moderat adalah “ummatnya”, dalam arti bagaimana umat Islam menyikapi secara moderat doktrin doktrin agamanya. Mengapa perlu moderat? Sebab al-Qur’an dan dan as-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam bagaikan “lautan” yang menyediakan apa saja. Ayat yang Menyuruh Perang dan membunuh ada, yang nyuruh damai ada, yang nyuruh membalas ada, yang nyuruh memaafkan dan taubat banyak. Yang nyuruh masuk Islam ada, yang menyarankan kebebasan memilih agama juga ada. Yang galak ada, yang ramah sekali ada. Ayat manakah yang mau diikuti?

Tentu saja jawabannya, mengikuti semuanya. Nah mengikuti semuanya itu butuh penyikapan secara moderat. Jika mengikuti ayat perang, ayat bunuh, ayat qishas, ayat potong tangan, ayat cambuk, maka Islam kelihatan galak. Sebaliknya, jika mengikuti ayat pemaafan, ayat pertaubatan, ayat ramah, maka Islam kelihatan tidak berdaya. Nah di sinilah membutuhkan penyikapan yang moderat bagi ummatnya.

Bagaimana supaya umat memiliki penyikapan yg moderat? Ulama sudah menyiapkan metodologi bagaimana memahami Islam. Insya Allah akan ditulis dalam kesempatan yang lain.

Jadi jangan rebutan Islam Kaffah maupun Islam Moderat, karena keduanya tidak dikenal dalam al Qur’an dan as Sunnah. Yang penting bagaimana kita sebagai umat islam bersikap wasathiyyah, menjadi ummatan wasathan. Wallahu A’lam (mahadaly-situbondo)

Tinggalkan Balasan