Nikmat Dan Pertanggungjawaban

0
779

Oleh: Imam Syafi’i

setiap segala kenikmatan Allah yang diberikan kepada kita, kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah swt.

Allah swt. berfirman:

[ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8) [التكاثر/8

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)”. (Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 1096).

Ada tiga topik pembahasan dalam ayat tersebut;

pertama, mengenai bentuk kenikmatan apa saja yang akan di pertanggungjawabkan kelak. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa kenikmatan yang dimaksud adalah yang melekat pada diri seseorang, berupa kesehatan jasmani, pendengaran, dan penglihatan, ini di dasarkan pada firman Allah swt.

[إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36) [الإسراء/36

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 429)

Sementara menurut ulama’ yang lain mengatakan, bahwa segala kenikmatan di dunia ini kelak akan dimintai pertanggungjawaban, Pendapat ini mengacu kepada keumuman ayat tersebut.

Kedua, mengenai obyek sasaran atau khitob dalam ayat tersebut. Ada yang mengatakan bahwa tuntutan pertanggungjawaban hanya diperuntukkan kepada orang-orang kafir, karena merekalah yang telah lalai, dan pendapat lain bahwa ayat tersebut ditujukan kepada semua makhluk Allah swt.

Ketiga, mengenai kapan pertanggungjawaban itu kelak ditanyakan. Pendapat pertama yaitu pada waktu perhitungan amal (yaumul hisab), sementara pendapat kedua mengatakan yaitu pada saat akan disiksa di neraka sebagai celaan dan ancaman kepada mereka. (Fakhruddin ar-Razi, Tafsir al-Kabir Wa Mafatihul Ghaib, jld. 17, hal. 192)

Terakhir, seberapa besar nikmat yang Allah berikan kepada kita selaku hambanya? dalam al-Qur`an Allah swt berfirman:

[وَآَتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا [إبراهيم/34

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya”. (Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, hal. 429)

Patut kita renungkan, sudahkah nikmat yang tidak terhitung banyaknya kita pergunakan dengan semestinya, dan sudah siapkah untuk mempertanggungjawabkan nikmat  yang Allah  berikan kepada kita kelak di akhirat? Nastaghfirullah al-adhim

Sumber Gambar: cdn.muslimummah.co

Tinggalkan Balasan