TIDAK terasa kita sudah berada di penghujung bulan Ramadhan. Sebentar lagi bulan yang penuh berkah itu akan meninggalkan kita, padahal baru kemarin rasanya ia menyapa.
Ia berjalan seperti angin, berjalan begitu cepat. Sedangkan kita terlalu dingin dan lambat meresponnya, apalagi tahun ini bulan Ramadhan tidak seperti tahun sebelumnya.
Ramadhan kali ini jauh dari masjid, banyak aktivitas dilakukan di rumah, tapi berbahagialah kalau memang bisa memaksimalkan ibadah meski di rumah karena kondisi hari ini sedang menghadapi wabah Covid-19.
Ironisnya, pandemi Covid 19 ini hanya menjadi kambing hitam, apalagi di wilayah biru, banyak yang tidak ke masjid, tapi pasar dan kedai kopi membludak.
Artinya kita menghabiskan Ramadhan begitu saja, tak ada yang istimewa. Padahal seandainya kita tahu betapa banyak hikmah dari hadirnya bulan ini sungguh kita akan berharap semua bulan yang lain menjadi Ramadhan karena keutamaannya, pahala ibadah yang tiada batas, pahala sunat menjadi wajib dan di dalamnya juga terdapat lailatul qadar.
Kalau kita umpamakan hari-hari akhir Ramadhan ini seperti babak final dalam sebuah kompetisi, di mana para peserta semakin sedikit. Hanya mereka yang telah lolos dari babak sebelumnya yang tersisa, tentu mereka yang memiliki kualitas.
Mungkin kita bisa melihat di sekitar kita, perbandingan shaf-shaf shalat jelas berbeda, baik itu shalat fardhu maupun shalat Tarawih. Bahkan uniknya lagi, akhir-akhir ini orang lebih banyak menuju ke pasar kaget atau pusat perbelanjaan dibandingkan dengan ke masjid/meunasah, padahal tempat itu lokasinya tidak jauh dari masjid. Entah karena kondisi yang sudah lama ini menjadi sebuah tradisi atau bukan, yang jelas ini bukanlah tradisi yang harus dipertahankan.
Bermacam ragam orang dalam menikmati bulan Ramadhan, kita jauh-jauh hari sebelum masuknya Ramadhan sudah banyak mempersiapkan bermacam target, jadwal, kegiatan dan pogram-pogram selama Ramadhan, sekarang kita mencoba untuk evaluasi terhadap realisasi pogram-program tersebut, melihat target yang tercapai atau tidak tercapai.
Sebelum Ramadhan pergi, agar kita bisa fokus pada waktu yang tersisa, kembali mengejar ketertinggalan hari-hari yang telah berlalu. Targetkan untuk khatam Al-Qur’an, walaupun tersisa hanya beberapa hari lagi, jangan biarkan Ramadhan pergi begitu saja. Sedangkan kita menjadi bagian orang yang tidak menikmati keutamaan Ramadhan dan kelak kita akan menyesal, padahal Ramadhan merupakan momentum peningkatan kebaikan dan menjadi ladang amal bagi kita.
Mungkin, hari ini kita tidak bisa seperti sahabat Rasulullah SAW atau para ulama dahulu yang menangis tersedu karena berpisah dengan Ramadhan, padahal sehari-hari mereka begitu fokus dan khusyuk memanfaatkan setiap detik waktu Ramadhan apalagi di 10 terakhir, mereka fokus, i’tikaf, mengurangi tidur, semakin rajin dalam ketaatan, mereka biarkan kelelahan dalam ketaatan. Bagi mereka, waktu Ramadhan itu sangat terbatas, jadi mereka tidak sia-siakan. Sementara kita, masih jauh dan sangat jauh, kadang seakan menjalani rutinitas Ramadhan hanya sebatas kewaijban, baca al-Qur’an juga kurang, amaliah-amaliah lainnya juga seperti biasa.
Dalam sebuah hadits dijelaskan bagaimana Rasulullah SAW bersunggung-sungguh menghidupkan sepuluh hari terakhir dengan segala kebaikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ummul Mu’minin Aisyah r.a “Rasulullah SAW sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).
Semestinya hadis di atas bisa menjadi motivasi untuk kita dalam menghidupkan kebaikan di babak final melebihi dari biasanya, bukan membiarkan kesempatan itu terbuang begitu saja. Ada satu poin yang sangat penting ketika memasuki babak final dari Ramadhan ini, di sana ada satu malam yang lebih utama dari seribu malam, yatu Lailatul Qadar, untuk itu semestinya harus lebih rajin dan fokus.
Sebelum Ramadhan pergi kita harus menyelesaikan pogram-pogram atau target-target yang belum terlaksanakan, walaupun waktu yang tersisa begitu singkat, seperti mengkhatam Al- Qur’an, perbanyak shadaqah dan lain-lainnya. Sehingga sebelum Ramadhan pergi kita telah menyelesaikannya, dan kita mendapat ampunan dari Allah dan meraih titlel Master Of Taqwa (M .Tq).
Kini, waktu berpisah dengan Ramadhan semakin dekat, Ramadhan akan kembali datang pada tahun berikutnya, sementara kita belum tentu apakah akan kembali berjumpa dengan Ramadhan atau tidak. Hari-hari Ramadhan akan berakhir, lakukan yang sempurna pada saat berpisah dengannya. Semoga Allah mempertemukan kita kembali dengannya dan semoga kita mendapat ampunan sebelum Ramadhan pergi. Amin Ya Rabb . []
* Oleh: Muhammad Nasril, Lc. MA. (Kasubbag Ortala dan KUB Kanwil Kemenag Aceh)