Nabi Ibrahim adalah salah satu Nabi yang pertama kali bisa mendeskripsikan, menjelaskan, dan menguraikan ketuhanan secara sempurna. Mengenal dan menjelaskan secara sempurna mengenai Allah Tuhan semesta alam bukan perkara mudah. Namun ketika sampai pada tataran inilah akan jadi jalan untuk mengenal hakikat cinta.
Seorang Nabi adalah manusia yang pasti memiliki kelebihan dibanding manusia lainnya. Nabi Ibrahim yang mampu menjelaskan dan menguraikan ketuhanan secara sempurna itu, telah membawa pada pemahaman induk. Sebab itulah sebenarnya kita sendiri adalah termasuk milad Ibrahim, pengikut Ibrahim. Ajaran Nabi Muhammad sendiri, sebagaimana dijelaskan KH Buya Syakur Yasin, adalah ajaran yang juga mengikuti milad Ibrahim. Hal ini sangat terang difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an berbunyi,
قُلْ صَدَقَ اللّٰهُ ۗ فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ (٩٥)
Qul shadaqa allaahu faittabi’uu millata ibraahiima haniifan wamaa kaana mina almusyrikiina
Artinya: “Katakanlah: Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. Bantahan terhadap pengakuan Ahli Kitab tentang rumah ibadah yang pertama.” (Q.S. Ali Imran ayat 95).
Ayat ini menerangkan posisi Tuhan dalam kaitan dengan cinta nabi Ibrahim yang hanya kepada Allah saja. Nabi Ibrahim telah teruji dalam mencintai Allah. Sebab biasanya, dalam hal cinta, orang malas menguji cinta. Kaena itu, wahai perempuan jangan kau percaya dulu lelaki mengatakan I love you, diuji dulu. Kamu juga sama ada perempuan mencintaimu harus diuji dulu. Sejauh mana cintanya.
Bagiamanapun juga, ketika engkau sudah mengatakan cinta kepada lain jenis misalnya, dan Allah sudah menerima cintamu, satu yang harus diketahui: Allah itu Maha Cemburu. Sebagaimana perempuan yang sangat mencintai suaminya. Saat sang suami melirik saja kepada perempuan lain, maka sang istri pasti akan marah. Begitupula ketika hati kita terjadi penyelewangan, ada sesuatu yang lain selain Allah yang dicintai, maka percayalah bahwa Allah itu Maha Cemburu.
Rasa sayang Nabi Ibrahim kepada anak istrinya ternyata sangat luar biasa. Dari perilaku sehari-hari Nabi Ibrahim, sangat terlihat bahwa Nabi Ibahim sangat menyayangi Nabi Ismail. Bahkan mungkin melebihi batas kewajaran. Akhirnya, Allah mengujinya, memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya. Padahal itu hanya lah ujian, tetapi Nabi Ibrahim tetap melakukan perintah Allah padahal begitu sayang ia pada Nabi Ibrahim.
Maka itu, Nabi Ibrahim sangat sah dianggap pecinta. Sampai-sampai, anak dan istrinya ditinggalkan demi memenuhi perintah Allah. Hal itu adalah tentang ukuran cinta. Sebab, cinta adalah tanpa batas, apapun akan dilakukan demi cinta.
Namu demikian, ketika Nabi Ibrahim meninggalkan anak istrinya, Nabi Ibrahim tidak lupa untuk menitipkan anak istrinya itu kepada Allah. Karena itu adalah perintah-Mu, maka kutitipkan anak istriku pada-Mu. Nabi Ibrahim berdoa untuk menitipkan anaknya, sebagaimana terekam dalam Al-Qur’an sebagai berikut,
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ (٣٧)
Rabbanaa innii askantu min dzurriyyatii biwaadin ghayri dzii zar’in ‘inda baytika almuharrami rabbanaa liyuqiimuu alshshalaata faij’al af-idatan mina alnnaasi tahwii ilayhim waurzuqhum mina altstsamaraati la’allahum yasykuruuna.
Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Q.S. Ibrahim ayat 37).
Dari doa Nabi Ibrahim inilah sekarang terbukti. Kota Mekah kini menjadi tempat tujuan banyak umat manusia, terutama umat Islam untuk melaksanakan haji. Umat Islam bahkan merelakan harta terbaiknya demi bisa melihat ka’bah dan naik haji.
Artinya, ketika kita mencintai maka cukup pada satu. Cinta adalah tidak ada duanya. Sebab, jika orang memiliki dua lobang dalam hatinya, maka itu mustahil dan orang semacam itu sah dianggap sebagai orang munafik. Seperti kisah Nabi Ibrahim, tidak ada yang dicintainya lagi kecuali Allah. Ketika Allah menyuruh Nabi Ibrahim untuk menyembelih dan meninggalkan orang-orang yang sangat disayanginya, Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah itu dan menitipkan semuanya kepada Allah.
Hal ini sangat berbeda dengan kenyataan manusia sekarang. Jika orang menitipkan anaknya kepada orang kaya, mungkin orang tersebut akan senang. Tapi ketika orang menitipkan anaknya kepada Allah, ada secercah ketidakyakinan di dalam hatinya, ia masih bimbang. Itu terjadi pada orang yang akidahnya tidak begitu jelas, masih lebih mempercayai kekayaan dunia daripada kekayaan Allah.
Itulah hakikat cinta yang dapat kita pelajari dari kisah Nabi Ibrahim dan anak istrinya. Semua kisah dalam tulisan ini adalah bersumber dari ceramah KH Buya Syakur Yasin yang bisa kita petik hikmahnya untuk terus belajar dan memahami hakikat cinta. Semoga tulisan ini menjadi pengantar untuk kita mengenal dan mencintai Allah seutuhnya. Aamiin. (Laduni)