Suatu ketika, tiga kuli bangunan sedang bekerja memasang batu tembok sebuah gedung yang dalam proses pembangunan, mereka diajukan pertanyaan yang sama:
“Apa yang sedang anda lakukan?”
Seorang kuli yang pertama tampak heran dengan pertanyaan itu. Ia seolah-olah berfikir, sudah jelas sedang menyusun batu-batu, kok masih ditanya juga. Lalu ia menjawab,
“Saya sedang meletakkan batu-batu”.
Sementara yang kedua, ia menjawabnya sambil tersenyum kecil,
“Saya sedang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga”.
Dan kuli yang ketiga, ia tampak berfikir sebentar, lalu dengan mata yang menerawang ia menjawab,
“Saya sedang membangun tempat ibadah. Suatu saat nanti orang-orang akan beribadah dan nama Tuhan akan dimuliakan ditempat ini”.
Kuli pertama memberi jawaban yang realistis, memang benar saat ini ia sedang meletakkan batu-batu. Itulah rutinitas pekerjaannya.
sementara yang kedua memberi jawaban yang pragmatis. Setiap orang membutuhkan makan. Sebab itu ia bekerja dan perlu diberi imbalan atau upah untuk memenuhi kebutuhannya. Sebuah pekerjaan menyangkut urusan hidup.
Dan kuli yang ketiga memberi jawaban yang idealis. Jawabannya terdengar seperti membual, namun mengandung visi yang jauh kedepan. Ia menyadari bahwa ia hanya seorang pekerja kuli bangunan, namun ia memandang pekerjaannya bukan hanya sekadar mencari nafkah. Ia melihat dirinya sebagai bagian dari suatu yang luas nan integral.
Lantas jawaban manakah yang benar? Tentu tidak ada yang salah dari apa yang mereka ucpakan, jawaban mereka semuanya seratus persen benar. Namun ada satu nilai yang terdapat pada jawaban kuli yang terakhir, yang tidak dimiliki oleh kuli yang pertama dan kedua, “Hidup dengan visi”.
Menciptakan visi amat tergantung pada jawaban atas pertanyaan “apa yang saya inginkan?” yang akan memberikan arah dan mengantisipasi atau memanfaatkan peluang yang ada.
Visi anda tidak harus realistis dan tidak perlu mengkhawatirkan bahwa visi anda terlalu besar atau tampak tidak mungkin untuk dicapai, yang penting harus menginspirasi hidup anda.
Terakhir, kita renungi sabda nabi yang termaktub dalam kitab ta’limul muta’allim:
وَعَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ اَعْمَالِ الدُّ نْيَا وَيَصِيْرُ بِحُسْنِ النِّيَةِ مِنْ اَعْمَالِ الْاَخِرَةِ . وَكَمْ مِنْ عَمَلٍ يَتَصَوَّرُ بِصُوْرَةِ اَعْمَالِ الْاَخِرَةِ ثُمَّ يَصِيْرُ مِنْ اَعْمَالِ الدُّ نْيَا بِسُوْءِ النِّيَةِ
Dari Nabi SAW : “Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia lalu menjadi amal akherat, sebab niat yang bagus. Dan banyak juga amal perbuatan yang kelihatannya amal akherat namun menjadi amal dunia karena niat yang buruk”.
Oleh: Imam Syafi’i
Sumber Gambar: maxmanroe.com