Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj menegaskan, penting bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri memiliki prinsip yang kuat bahwa ilmu pengetahuan dan bahkan pekerjaan bisa diperoleh di luar negeri, tetapi tidak harus menyerap produk-produk budayanya. Karena budaya Indonesia menurutnya jauh lebih baik daripada budaya-budaya yang ada di luar negeri.
āHal yang dikhawatirkan kalau ada mahasiswa atau siapa pun yang berada di luar negeri lebih dari tiga tahun akan terpengaruh oleh lingkungan di sana, terpengaruh cara bertutur kata, cara berargumentasi, cara dialognya, cara dakwahnya,ā ucap Kiai Said dalam acara Silaturahim NU Sedunia ke-19 yang digelar secara virtual. Sabtu (25/7)
Sehingga, kata Kiai Said, saat mereka pulang ke tanah air akan tertolak oleh masyarakat karena jika budaya Timur Tengah atau gaya Arab dibawa ke Indonesia akan menjadi persoalan besar di tengah-tengah masyarakat yang sudah mempunyai karakter serta budaya khas yang berbeda dengan budaya luar negeri.
āBegitu pun dengan orang yang pulang dari Barat, jangan mentang-mentang sudah S3 dari Amerika, Eropa mau mempengaruhi masyarakat Indonesia dengan budaya Barat, hal itu akan tertolak,ā katanya.
Untuk itu, sambungnya, silakan belajar di Timur Tengah atau di Barat tapi ketika pulang hanya membawa ilmunya tidak membawa budaya negaranya karena masyarakat nusantara sudah hidup mapan dan terbentuk dengan pola pemikiran Islam ahlusunah wal jamaah ala Indonesia.
āBanyak saudara-saudara kita yang pulang dari Timur Tengah langsung mengatakan ini bid`ah, ini musyrik, ini sesat bahkan ada yang membawa ajaran khilafah,āungkap Kiai Said dalam acara yang mangangkat tema Penguatan Ukhuwah An-Nahdliyah di Tengah Covid-19 dan Ancaman Disintegrasi Bangsa Menuju Perdamain Dunia.
Kiai Said menambahkan, begitu pun dengan orang yang baru pulang dari Barat jangan menganggap rendah budaya nusantara sekaligus membanggakan budaya Amerika atau Eropa, misalnya menjadikan bahasa Inggris menjadi bahasa utama keluarga sampai keluarganya tidak mengerti bahasa apalagi budaya Indonesia.
āBisa bahasa Inggris bagus, tapi jangan melupakan bahasa Indonesia, yang paling bagus adalah lestarikan bahasa daerah, hormati dan gunakan bahasa Indonesia, kuasai bahasa asing,ā tandasnya.
Kiai asal Cirebon ini menjelaskan, budaya Islam Nusantara mempunyai nilai lebih yang tidak ada dalam budaya luar negeri misalnya di Indonesia ada budaya halal bihalal, walimatul khitan, budaya silaturahim, budaya saling menghormati terlebih kepada keluarga yang lebih tua dan kepada para guru.
āDi Indonesia, akan dianggap jelek jika ada anak lewat di depan orang tua atau di depan kiai tanpa membungkukkan kepalanya, di Arab hal itu tidak apa-apa,āujarnya.
Selain itu, di Indonesia ada budaya panggilan hormat kepada saudara yang lebih tua seperti kang, mas, abang, kakak dan sebagainya sementara di Arab hal itu tidak akan ditemukan karena di sana jika memanggil seseorang bahkan kepada saudara yang lebih tua biasanya dengan langsung menyebut namanya.
āDi sana lewat di depan orang yang sedang sholat bahkan melangkahi kepala orang yang sholat sudah biasa. Di Indonesia, orang yang tidak sholat pun tidak akan sampai hati melakukannya,āpaparnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Said menekankan pentingnya mempertahankan karakter dan budaya nusantara karena dengan begitu akan menunjukkan eksistensi sebuah bangsa, misalnya Jepang dan China yang berhasil masuk dalam jajaran negara maju namun tetap memegang teguh dan bangga terhadap budayanya.
āDi Jepang itu teknologinya sudah modern tapi budayanya tetap terjaga, di China walaupun sudah modern dan maju tapi ciri khas sehari-harinya tidak berubah, mereka tetap bangga dengan bahasanya, tulisannya dan pernak-perniknya,āpaparnya.
Selain itu, di tengah berbagai persoalan yang melanda umat Islam, Kiai Said juga berpesan kepada para pengurus PCINU untuk mencoba menawarkan gagasan Islam Nusantara kepada dunia Islam sebagai solusi alternatif. (arrahmah)