Dakwah adalah kegiatan untuk mengkomunikasikan kebenaran Ilahiah (agama Islam) yang diyakininya kepada pihak lain. Dengan kata lain, dakwah pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lain;lebih baik menurut tolok ukur ajaran Islam. Dakwah merupakan proses merubah seseorang maupun masyarakat (pemikiran, perilaku, perasaan) dari kondisi yang buruk ke kondisi yang lebih baik. Secara spesifik, dakwah diartikan sebagai aktifitas menyeru atau mengajak dan melakukan perubahan kepada manusia untuk melakukan kema’rufan dan mencegah kemungkaran.
Keharusan tetap berlangsungnya dakwah Islamiyah di tengah-tengah masyarakat itu sendiri, merupakan realisasi dari salah satu fungsi hidup setiap Muslim, yaitu sebagai penerus risalah Nabi Muhammad saw, untuk menyeru dan mengajak manusia menuju jalan Allah, jalan keselamatan dunia akhirat. Dalam melaksanakan tugas untuk mengajak manusia ke jalan Allah Swt, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Seringkali jalan yang ditempuh tidak mulus, selalu menemukan hambatan dan rintangan. Oleh karenanya, diperlukan penyampaian dakwah melalui cara-cara yang hikmah dengan pembelajaran yang baik dan tegas dalam membela kebaikan, sebagaimana maksud firman Allah swt dalam Al-Qur’ān surat An-Nahl ayat 125 yang merupakan perintah-Nya agar dalam menyeru manusia menuju kepada agama Allah swt dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula.
Permasalahan dakwah dalam mayarakat dewasa ini rasanya sudah keluar dari subtansi dan tujuan dakwah itu sendiri, sebagian masyarakat akan berupaya hadir walaupun banyak rintangan, untuk mendengar dakwah dari da’i pulan/pulen karena dakwahnya enak didengar banyak lucunya, walaupun kadangkala mengejek, menghina dan menzhalimi pihak lain. Padahal hat itu akan menebar permusuhan dan kebencian sesama Islam, atapun kadangkala da’i banyak menceritakan cerita-cerita israiliat (dongeng) mengatasnamakan sejarah Islam masa lalu. Artinya, dakwah diukur dengan tingkat kesenangan perasaan mad’u melalui hiburan-hiburan yang disampaikan oleh da’i, akan tetapi jauh dari subtansi dan tujuan dakwah itu sendiri.
Pendekatan Dakwah Provokatif
Kurangnya penyadaran terhadap mad’u dalam pelaksanaan dakwah yang berlangsung selama ini tentunya juga disebabkan oleh berbagai macam faktor, dengan tidak menafikan persoalan dampak globalisasi dan informasi serta pendekatan dakwah yang belum sesuai dilakukan oleh da’i terhadap mad’u yang bersifat pada informatif belaka, tanpa adanya sebuah perencanaan yang sistematis dan terukur. Pada dasarnya sifat dakwah yang seperti ini tepatnya pada kalangan cendikiawan, sehingga jelas keadaan dakwah belum sesuai dengan keinginan mad’u, apalagi sebahagian da’i dalam berdakwah mengunakan pendekatan komunikasi provokatif.
Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily provocative artinya yang merangsang untuk bertindak, sedangkan provocation artinya penghasutan, provokasi, pancingan, melakukan karena dihasut, atau digertak-gertak. Komunikasi yang bersifat provokatif ini jika dikaitkan dengan dakwah dapat dikatakan suatu model penyampaian yang dapat mengajak mad’u untuk membenci orang lain, karena baik langsung atau tidak langsung biasanya mengandung unsur penghasutan.
Apabila dilihat kondisi objektif dalam masyarakat sadar atau tidaknya masih banyak sekali da’i yang mempraktekkan pendekatan komunikasi provokatif seperti itu. Hal ini mungkin saja da’i yang memiliki latar belakang fanatik mazhab, sehingga dalam penyampaian dakwahnya menganggap yang tidak sesuai dengan mazhabnya sesat. Atau, persoalan khilafiah lainnya disampaikan dengan berat sebelah bahkan memberikan penekanan hanya menurut satu mazhab, misalnya mazhab Syafi’i atau Hambali atau lainnya. Atau lebih parahnya, demi kepentingan kelompok tertentu.
Ajakan provokatif sama halnya dengan provokasi yang mengkondisikan orang lain dengan keterpaksaan untuk menerima pendapat dan seruan yang sedang disampaikan. Komunikasi provokatif yang biasanya disampaikan da’i melalui metode ceramah disamping akan menimbulkan kebencian di kalangan masyarakat, juga tidak dapat memberikan penyadaran yang mendalam terhadap mad’u setelah selesai mengikuti dakwah.
Pendekatan Dakwah Persuasif
Aktivitas dakwah erat kaitannya dengan komunikasi persuasive, karena kesamaannya yang menekankan pada perubahan sikap atau keyakinan dari komunikan. Oleh karenanya, dalam dakwah dibutuhkan suatu pendekatan yang tepat terhadap objek dakwah, sehingga komunikasi dakwah menjadi efektif. Pendekatan komunikasi persuasif diharapkan dapat memberikan hasil yang positif, karena persuasif itu sendiri merupakan salah satu metode komunikasi sosial dan dalam penerapannya menggunakan teknik atau cara tertentu, sehingga dapat menyebabkan orang bersedia melakukan sesuatu dengan senang hati, dan tanpa merasa dipaksa oleh siapapun. Kesediaan itu timbul dari dalam dirinya.
Komunikasi persuasif dapat dilakukan secara antar persona dimana seorang komunikator dalam hal ini para da’i berupaya untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku komunikan yaitu masyarakat dengan sejumlah alasan-alasan dan bukti yang nyata mengenai pentingnya memahami dan menjalankan ajaran-ajaran Islam. Dengan begitu, tujuan yang ingin dicapai, menciptakan masyarakat yang memiliki kesan dan sadar dengan sepenuh hati melalui kegiatan dakwah dan akan membawa hasil yang baik.
Tujuan komunikasi persuasif secara bertingkat ada dua yaitu: pertama, mengubah atau menguatkan keyakinan (believe) dan sikap (attitude) audiens. Kedua, mendorong audiens melakukan suatu tertentu yang diharapkan. Artinya dalam proses komunikasi persuasif, disarankan agar pembicara memfokuskan tujuan pembicaraannya kepada satu tujuan saja, apakah untuk mengubah atau menguatkan sikap kepercayaan audiens, ataukah untuk mendorong dan mengharapkan perilaku sesuatu dari audiens.
Dakwah persuasif dalam menjaga perdamaian
Perdamaian yang terwujud selama ini merupakan anugerah Allah Swt yang tidak terhingga nilainya, apalagi diawali dengan musibah yang sangat dasyat menguncangkan dunia yaitu gempa bumi dan tsunami pada tanggal 26 Desember Tahun 2004. Bantuan berdatangan dari seluruh penjuru dunia, baik dalam bentuk fisik dan tenaga, juga tidak ketinggalan dari dalam negeri sendiri.
Sejenak menatap Aceh dalam konflik pada masa lalu, sungguh bagaikan mengangkat luka lama yang sulit terobati, bagaimana tidak setiap hari nyawa melanyang, gedung-gedung sekolah dibakar, fasilitas umum musnah, ketakutan yang mencekam dan lebih ironisnya lagi kegiatan dakwah diawasi, materi dakwah tidak boleh menyudutkan salah satu pihak (Pemerintah atau GAM) dan tidak sedikit da’i yang menghembuskan nafas terakhirnya menghadap Allah Swt pada ujung senjata karena kecurigaan pihak-pihak tertentu sebagai cuak atau mata-mata pihak tertentu. Oleh karenanya menjaga dan mengisi kedamaian yang sudah ada menjadi kewajiban kita semua.
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator dalam menyampaikan pesan, yakni kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Upaya tabligh (menyampaikan) Islam kepada masyarkat adalah salah satu media komunikasi dakwah yang digunakan Rasulullah saw dengan pesan berantai.
Pendekatan komunikasi persuasif dan peran da’i dalam menyampaikan dakwah ajaran Islam. Seorang da’i tidak memaksakan kehendaknya, baik pemaksaan ide ataupun pemahaman dalam salah satu persoalan hukum agama Islam, apalagi berkaitan dengan furu’iyah dalam fiqh. Hal ini perlu dihindari agar tidak terjadi persengketaan yang akan berujung pada perkelahian dan permusuhan, akan tetapi da’i memposisikan sebagai seorang pribadi yang cerdas dalam memahami masalah sesuai dengan psikologi mad’u, namun tetap mengedepankan prinsip kebenaran sebagai dalil-dalil yang qat’i ataupun kesepakatan para jumhur ulama.
Kesimpulan
Kegiatan dakwah sebagai upaya mengajak umat Islam kepada jalan Allah untuk melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangannya, maka perlu dilakukan oleh para da’i dengan upaya-upaya yang bijaksana dan mengedepankan nilai-nilai subtansi dari dakwah itu sendiri, bukan sebaliknya melahirkan kebencian terhadap kelompok lain akibat komunikasi provokatif sehingga dapat merusak perdamaian yang telah diwujudkan selama ini, padahal sebagaimana kita ketahui bahwa perdamaian itu sangat mahal harganya.
Pendekatan dakwah melalui komunikasi persuasif sebagai satu upaya bagi setiap da’i dalam memelihara dan menjaga perdamaian dan mempererat kembali jalinan silaturahim sesama muslim walaupun ada perbedaan diantaranya. Karena Pendekatan komunikasi persuasif merupakan salah satu metode komunikasi sosial dan dalam penerapannya menggunakan teknik atau cara tertentu sehingga dapat menyebabkan orang bersedia melakukan sesuatu dengan senang hati, dengan suka rela dan tanpa merasa dipaksa oleh siapapun.
Author: Muhammad Yani, S.Pd.I., M.Ag., Ketua MGMP PAI SMA Provinsi Aceh dan Guru PAI Pada SMAN 1 Peukan Bada, Img: mindaaktif.