Masih Tetap Ingin Menulis!

0
350

Menulis selalu berkaitan dengan membaca. Apa yang saya tulis pada setiap pagi sebenarnya adalah hasil bacaan yang saya lakukan pada hari itu. Saya berusaha membaca, yaitu membaca keadaan, lingkungan, peristiwa-peristiwa yang terjadi silih berganti. Selama ini saya rasakan, tidak semua orang tertarik pada kegiatan itu, sehingga harus ada sebagian, ——-termasuk saya, melakukannya.

Banyak orang menganggap bahwa apa saja yang dilihat  adalah sebagai hal biasa atau sesuatu yang seharusnya terjadi. Saya memandang  sebaliknya, apa saja  adalah menarik untuk dipahami lewat kegiatan  membaca. Tentu, hasil bacaan dan pemahaman itu  belum tentu benar. Akan tetapi, apapun hasilnya, saya tulis, dengan harapan,  jika ternyata  keliru, ada pihak-pihak lain yang membetulkan atau setidaknya,  mereka tidak akan melakukan kesalahan yang sama.

Di alam ini, setidaknya, terdapat ayat-ayat qawliyah dan ayat-ayat kawniyah. Keduanya  seharusnya dibaca secara terus menerus. Kegiatan membaca saya rasakan menjadi sedemikian penting, untuk memahami keberadaan dan sekaligus kekuasaan Tuhan. Karya-karya Tuhan sedemikian indah, dahsyad, dan maha sempurna. Namun ternyata,  tidak semua orang tertarik untuk melihat, membaca, dan apalagi merenungkannya.

Sederhana ialah  hanya sekedar membaca. Akan tetapi pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Membaca memerlukan ketelitian dan keterlibatan mata, telinga, pikiran,  dan juga hati. Semua piranti manusia itu  harus digunakan tatkala  sedang membaca. Bahkan, kelengkapan itu  tidak mencukupi manakala apa yang dibaca berukuran sedemikian kecil.  Alat pembesar atau microscup kemudian harus digunakan. Dengan alat itu, sesuatu yang kecil menjadi besar dan kemudian berhasil dilihat dan dibaca.

Kegiatan membaca menjadi lebih sulit lagi, manakala jumlah, ukuran, dan jenis yang dibaca itu  sedemikian banyak. Sementara piranti yang digunakan terbatas, baik terkait dengan jangkauan, kemampuan, sisi-sisi yang bisa dibaca,  dan seterusnya. Akhirnya, membaca  benar-benar bukan perkara mudah. Itulah mungkin sebabnya hingga menjadikan tidak semua orang tertarik untuk melakukannya.

Semakin sulit lagi adalah membaca perilaku manusia. Perilaku manusia  selain berbeda-beda,  juga berubah-ubah.  Tidak saja wajahnya yang berbeda, manusia juga memiliki suara, pikiran, perasaan yang berbeda-beda. Bahkan perbedaan itu ada pada setiap orang. Tidak pernah ada di dunia ini dua orang yang benar-benar sama. Akibatnya, manusia menjadi rumit dan sangat tidak mudah dipahami. Oleh karena itu,  tatkala ada orang yang salah paham terhadap manusia adalah hal wajar.

Tugas membaca, sekalipun terasa sulit, harus dilakukan.   Wahyu  pertama yang diturunkan di dalam al Qur’an adalah berisi perintah membaca. Tugas membaca yang dimaksudkan itu semestinya adalah meliputi  membaca tulisan-tulisan yang ada di dalam buku atau kitab  maupun   membaca alam dan kehidupan sosial. Bacaan  yang tertulis di dalam buku  disebut ayat-ayat qawliyah, sedangkan  yang tidak atau belum tertulis yaitu ayat-ayat kawniyah.

Hasil bacaan itu akan lebih bermanfaat  jika dibagi dalam bentuk tulisan.  Tentu,  hasil bacaan itu tidak   selalu benar. Keterbatasan alat baca, yaitu mata, pikiran, telinga,  dan hati akan berpengaruh pada hasil bacaan itu. Selain itu,  sifat subyektivitas, irrasionalitas,  dan keterbatasan lain  yang dimiliki oleh setiap orang akan mempengaruhi terhadap kualitas hasil bacaan dan tulisannya. Akan tetapi apapun, perintah Tuhan,  yaitu  agar selalu membaca,  dan selanjutnya berbagi lewat tulisan,  harus  selalu ditunaikan.  Atas anjuran  itulah,  saya berniat  masih ingin  membaca dan juga menulis. Wallahu a’lam.

 Oleh: Imam Suprayogo Satu (Catatan) pada 16 Juni 2013 pukul 6:50

Tinggalkan Balasan