Menulis selalu berkaitan dengan membaca. Apa yang saya tulis pada setiap pagi sebenarnya adalah hasil bacaan yang saya lakukan pada hari itu. Saya berusaha membaca, yaitu membaca keadaan, lingkungan, peristiwa-peristiwa yang terjadi silih berganti. Selama ini saya rasakan, tidak semua orang tertarik pada kegiatan itu, sehingga harus ada sebagian, ——-termasuk saya, melakukannya.
Banyak orang menganggap bahwa apa saja yang dilihat adalah sebagai hal biasa atau sesuatu yang seharusnya terjadi. Saya memandang sebaliknya, apa saja adalah menarik untuk dipahami lewat kegiatan membaca. Tentu, hasil bacaan dan pemahaman itu belum tentu benar. Akan tetapi, apapun hasilnya, saya tulis, dengan harapan, jika ternyata keliru, ada pihak-pihak lain yang membetulkan atau setidaknya, mereka tidak akan melakukan kesalahan yang sama.
Di alam ini, setidaknya, terdapat ayat-ayat qawliyah dan ayat-ayat kawniyah. Keduanya seharusnya dibaca secara terus menerus. Kegiatan membaca saya rasakan menjadi sedemikian penting, untuk memahami keberadaan dan sekaligus kekuasaan Tuhan. Karya-karya Tuhan sedemikian indah, dahsyad, dan maha sempurna. Namun ternyata, tidak semua orang tertarik untuk melihat, membaca, dan apalagi merenungkannya.
Sederhana ialah hanya sekedar membaca. Akan tetapi pekerjaan itu ternyata tidak mudah. Membaca memerlukan ketelitian dan keterlibatan mata, telinga, pikiran, dan juga hati. Semua piranti manusia itu harus digunakan tatkala sedang membaca. Bahkan, kelengkapan itu tidak mencukupi manakala apa yang dibaca berukuran sedemikian kecil. Alat pembesar atau microscup kemudian harus digunakan. Dengan alat itu, sesuatu yang kecil menjadi besar dan kemudian berhasil dilihat dan dibaca.
Kegiatan membaca menjadi lebih sulit lagi, manakala jumlah, ukuran, dan jenis yang dibaca itu sedemikian banyak. Sementara piranti yang digunakan terbatas, baik terkait dengan jangkauan, kemampuan, sisi-sisi yang bisa dibaca, dan seterusnya. Akhirnya, membaca benar-benar bukan perkara mudah. Itulah mungkin sebabnya hingga menjadikan tidak semua orang tertarik untuk melakukannya.
Semakin sulit lagi adalah membaca perilaku manusia. Perilaku manusia selain berbeda-beda, juga berubah-ubah. Tidak saja wajahnya yang berbeda, manusia juga memiliki suara, pikiran, perasaan yang berbeda-beda. Bahkan perbedaan itu ada pada setiap orang. Tidak pernah ada di dunia ini dua orang yang benar-benar sama. Akibatnya, manusia menjadi rumit dan sangat tidak mudah dipahami. Oleh karena itu, tatkala ada orang yang salah paham terhadap manusia adalah hal wajar.
Tugas membaca, sekalipun terasa sulit, harus dilakukan. Wahyu pertama yang diturunkan di dalam al Qur’an adalah berisi perintah membaca. Tugas membaca yang dimaksudkan itu semestinya adalah meliputi membaca tulisan-tulisan yang ada di dalam buku atau kitab maupun membaca alam dan kehidupan sosial. Bacaan yang tertulis di dalam buku disebut ayat-ayat qawliyah, sedangkan yang tidak atau belum tertulis yaitu ayat-ayat kawniyah.
Hasil bacaan itu akan lebih bermanfaat jika dibagi dalam bentuk tulisan. Tentu, hasil bacaan itu tidak selalu benar. Keterbatasan alat baca, yaitu mata, pikiran, telinga, dan hati akan berpengaruh pada hasil bacaan itu. Selain itu, sifat subyektivitas, irrasionalitas, dan keterbatasan lain yang dimiliki oleh setiap orang akan mempengaruhi terhadap kualitas hasil bacaan dan tulisannya. Akan tetapi apapun, perintah Tuhan, yaitu agar selalu membaca, dan selanjutnya berbagi lewat tulisan, harus selalu ditunaikan. Atas anjuran itulah, saya berniat masih ingin membaca dan juga menulis. Wallahu a’lam.
Oleh: Imam Suprayogo Satu (Catatan) pada 16 Juni 2013 pukul 6:50