Di sela-sela sinar mentari yang menerobos masuk melewati rongga-rongga atap rumah. Aku sendiri dalam lamunan yang menerawang nan jauh ke masalalu. Aku tahu masa lalu adalah kenangan. Namun, hasratku untuk membuka kenangan itu membawaku mengingatnya. Tak terasa air mataku membasahi pipiku.
ā Andai aku tak berdusta akan perasaan ku padamu..ā gerutuku sambil menyeka air mataku dengan tangan.
Dear,,,
Aku sangat merindukan kehadirannya lagi. Aku ingin dia mencintaiku lagi seperti dulu. Aku ingin bertemu dengannya dalam dekapan Illahi. Aku berharap dia menjadi lelaki sholeh. Amin ,,,
Seketika teringat perjuangannya dalam mendapatkan perhatianku. Membuatku ingin kembali ke masa lalu, mencoba merajut cinta suci. Maklum, dulu aku pernah mendustai diriku untuk tidak mencintainya. Namun kenyataannya, aku semakin mencintainya. Lebih tepatnya aku malu mengakui bahwa aku juga mencintainya. Yang lebih parah aku tak mensyukuri anugerah terindah yang telah Dia berikan padaku. Dan kini aku tertatih mengharapkan cintanya hadir lagi dalam hidupku. Kuhela nafas panjang, mencoba untuk tegar, namun air mata bercucuran membasahi pipiku.
****
Kutengahdahkan kepalaku, terlihat bintang bertebaran menghiasi langit gelap dan berlomba menjadi yang terbaik dalam memancarkan sinarnya. Sedangkan rembulan tampak tersenyum karena kemilau sinarnya tak tertandingi dengan berjuta-juta bintang. āMasya Allah.. sunguh indah ciptaan Mu iniā ucapku dengan kagum. Tiba-tiba suara adzan isyaā bergema, segera ku ambil air wudhu dan ku langkahkan kakiku menuju langgar terdekat. Sesampai dipersimpangan jalan, terkenang wujudnya yang sedang menungguku untuk berjalan bersama menuju langgar. Namun, aku malah berlari dan menjauhinya, āmengapa aku berlari.. padahal aku sangat senang bertemu dengannyaā¦ā. Kuhela napas panjangku dan kubuang, mencoba untuk tegar. Ya Allah, aku tahu laki-laki baik untuk wanita baik dan wanita baik untuk laki-laki baik sesuai dengan firmanMu dan aku percaya jika jodoh, pasti kami akan Engkau satukan dalam ikatan suci. Ā Segera kuberlari menuju langgar karena sholat isyaā akan dimulai.
***
Setiba dilanggar, segera kutempati shof yang kosong dan membenahi mukenah yang menutupi lekuk tubuhku. Aku rapatkan shof kemudian sholat isyaā. Selesai sholat, aku perhatikan jamaaah laki-laki yang berada didepan jamaah perempuan. Maklum tempat sholat sebagian jemaah wanita terletak diteras langgar sehingga langsung dapat melihat jamaah laki-laki. Saat itu, terlintas kekecewaan dalam hati karena dia tidak datang ādimanakah dirimu kasihā¦?ā. Namun, kekecewaan itu lebih menyayat hati ketika melihat jamaah laki-laki yang semakin hari semakin berkurang. Padahal dikampung ini, mayoritas beragama Islam. āDimanakah dirimu kaum adam? Apa yang kalian lakukan sekarang?ā, hatiku bertanya sekaligus sedih.
āYa Allah jadikanlah dia lelaki pemimpin dan penegak agama Mu sehingga dapat membimbing kaum adam di kampung ini menuju jalan lurus Mu..aminā pintaku pada Tuhan setelah selesai sholat witir. Segera kulangkahkan kakiku menuju rumah dan masih berharap aku dapat bertemu dengannya walau sekilas. Aku perhatikan sekelilingku, tetapi hanya kekecewaan yang kudapat. Terlintas pikiran buruk āmungkin dia sudah merelakanku pergi dan tidak akan pernah kembali padakuā. Aku hanya terdiam dan terus memikirkan hal itu sampai tiba di kamar tidurku.Ā Segera ku buka dan baca kitab suci Al-quran berharap diberikan ketenangan dalam dadaku karena aku ingat bahwa Allah SWT telahberfirman; āHai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.āĀ (Surat Yunus:57). Beberapa menit kemudian, rasa kantuk mulai mengerogoti tubuhku, kututup kitab suci ini dan kucoba melangkahkan kakiku mengambil air wudhu, kemudian membaringkan tubuhku di pembaringan ini. Sebelum kututup mataku aku berdoāa āYa Allah aku merindukannya, aku mencintainya, aku berharap Engkau jadikan dia lelaki sholeh. Amin..ā.
***
āDekā¦ dimana laptopku? Kamu meminjamnya?ā tanyaku pada Duwi sambil kedua tanganku mencari-cari laptop. āngk, mbk ā¦ā bales duwi. Akupun terus mencari laptop itu, beberapa menit kemudian aku menemukannya tertutupbuku-buku ngaji. Segera ku tekan tombol power, setelah itu kutancapkan modem jaringan tanpa lelet. Dengan aku klik connet, seketika seluruh dunia ada digenggaman tanganku āsubhanAllahā¦ā. Terpikir, untuk membuka keywords muslimah sedang jatuh cinta di google, kemudian ku tekan enter. Secepat kilat berbagai macam pilihan tlah muncul. Dan kutemukan kisah cinta yang membuatku takjub. Semua umat islam pasti tahu terutama orang-orang yang sedang jatuh cinta dalam diam. Kisah cinta kedua insan manusia beriman yangĀ menyimpan rapat-rapat sampai setanpun tidak tahu. SubhanAllah hanya Allah SWT yang tahu, cinta adalah anugerah dariNya yang apabila dijaga tanpa mengumbar hawa nafsu maka akan menjadi cinta yang suci. Atau dapat dikatakan cinta dalam diam sepasang muslim sejati antara Fatimah putri Nabi Muhammad SAW dan Sayidina Ali. Dan mereka baru tahu setelah menikah bahwa mereka saling mencintai. āOh indahnya.. kisah ini, apakah aku bisa seperti itu..ā, tanyaku sambil terbayang wajahnya.
Aku ingin memiliki cinta suci seperti kisah cinta Fatimah dan Sayidina Ali āapakah aku bisa duhai kasihkuĀ ..ā. Kupandangi dunia sekitarku, sungguh miris melihat gadis jaman sekarang yang merelakan keperawannannya hanya untuk memuaskan nafsu birahi dengan mengkambing hitamkan cinta. Sampai ada kabar gadis berjilbab telah hamil di luar nikah. ā Astagfirulloh.. apakah itu cinta atau hawa nafsu?ā, hatiku bertanya-tanya.
***
Saat hari mulai terik, langit kebiruan menjelma menjadi putih. Seketika tak terasa panas yang menyengat tubuh sejak tadi. Aku duduk di depan teras rumah. Kupandangi lalu lalang kendaraan bermotor. āWah.. semakin hari kendaraan semakin banyak, pastinya berdampak pada macet, kalau jalan raya tidak ditambah atau diperbaikiā¦ā, kritikku sambil mengucek mataku. Tiba-tiba terdengar suara kendaraan berhenti di depan rumahku. Mataku terbelalak tak percaya akan siapa yang kulihat. Dia menuju ke arahku, terlihat senyum manis di bibirnya, jantungku mulai berdebar-debar. āNisaā¦ā, ucapnya. āheheruā¦ā, tergagap aku bicara dan seketika kutundukan kepalaku. āada apa ā¦ā, tanyaku penasaran. Diapun menyodorkan kertas yang dibungkus plastik kearahku. āAku mengharapkan kedatanganmu Nisaā¦ā, dengan senyum manisnya diapun pergi meninggalkanku. Aku hanya dapat melihat pungungnya, terucap kata pelan mengiringnya pergi āaku merindukanmuā¦ā. Diapun berlalu, kupandangi sekaligus kubaca kertas yang dibungkus plastik itu. Tubuhku gementar dan satu tetes air mataku jatuh membasahi pipi. Seketika aku berlari menuju kamar dan kupeluk surat itu. āYa Allah terimah kasih telah Engkau pertemukan aku dengannya ..ā, aku tersenyum bahagia.
***
Hari yang kutunggu telah tiba, sang surya terbenam seperti biasa di ufuk barat petanda kiamat belum datang. Awan berwarna kuning keemasan. Terdengar suara kendaraan bermotor berhenti didepan rumahku. Segera kuberlari menghampiri suara itu. āAyo naiklahā¦ā, ucap gadis berkerudung merah itu. Setelah berpamitan dengan kedua orang tuaku, aku pergi menuju acara yang kutunggu. Aku diboceng gadis berkerudung merah itu. āNis kamu tambah cantik ajaā¦ā, ucapnya dengan membenahi kaca sepion sebelah kiri. Aku bales dengan senyuman manisku. Sesampai ditempat tujuan, kubenahi busana yang kukenakan mulai dari jilbab, kemeja, rok dan sandal. Dengan harapan dia akan terpesona melihatku. Kulangkahkan kaki menuju rumah berwarna hijau itu dengan pintu terbuka lebar, āAssalammualaikumā¦ā, ucapku. āwaalaikumsalamā¦ā, terdengar suara berbarengan. Aku dan gadis berkerudung merah itu segara masuk kerumah itu dan duduk ditempat yang masih kosong. Terlihat senyum bahagia di wajah teman-temanku. Maklum sudah beberapa tahun tidak pernah bertemu dan kini dipertemukan di bulan yang berkah ini. Mataku yang dari tadi mencari-cari keberadaan dia, mulai gelisah. āapa kau tak datang, padahal kau yang mengundangku dan mengharapkan kedatanganku ke acara iniā¦ā, bisikku.
Beberapa menit kemudian, suara salam terdengar. Kuarahkan mataku ke sumber suara itu. Sungguh bahagia hatiku, ketika melihatnya datang. Aku tersenyum semanis mungkin dihadapannya. Namun dia tidak membalas senyumanku. Secepat mungkin kualihkan senyumanku pada gadis berkerudung biru yang berada dibelakangnya. Aku tak mengenal siapa gadis itu, namun aku terpesona dengan kecantikan wajahnya āsubhanAllah, cantiknyaā¦ā,. Merekapun duduk berhadap-hadapan, karena tempat duduk kami hampir membentuk lingkaran. Laki-laki di sebelah kanan dan perempuan disebelah kiri. Sehingga kami dapat melihat satu sama lain. Dan gadis berkerudung biru itu membuatku cemburu, karena pancaran matanya dan senyum manisnya tertuju pada Heru lelaki yang kusukai. Sedangkan Heru membalasnya dengan sepenuh hati terlihat bahagia tergambar dari raut wajahnya. Walaupun aku cemburu, tapi aku tetap diam. Aku hanya memperhatikan gerak-gerik mereka yang sedang dilanda jatuh cinta. Acara buka bersama (bukber) dimulai.
āSiapa gadis berkerudung biru itu, mengapa teman-teman seperti sudah mengenalnya, dan apa hubungan merekaā¦?ā, aku bertanya-tanya.
āNis, kenapa kamu, dari tadi kok diem ajaā¦?, tanya temanku berkerudungmerah yang membuyarkan lamunanku.
āNgak papa kokā¦ā,
āAku loh tau kamu sedang apaā¦ā,
āSok tau kamuā¦ā,
āTaulah, kamu sedang memperhatikan Heru dan Herlina kanā¦ā,
āHerlinaā¦ ,ā
āIya, namanya Herlina, pacarnya Heruā¦ā,
āPacar, Herlina pacar Heru, nama yang serasi H dengan Hā¦ā, kuucap pelan seakan tenagaku habis, padahal makanan didepanku banyak dan cukuplah untuk menambah tenagaku. Namun, aku terlalu lemah dan lesu karena mendengar ucapan dari gadis berkerudung merah. Dan aku mengerti mengapa Heru tidak membalas senyumanku. Acara bukber yang kutunggu dengan suka cita, telah membuatku kecewa. Padahal aku tahu bukber betujuan sebagai ajang silahturahmi untuk bertemu kawan lama yang lama tidak pernah bertemu. Namun aku malah memiliki tujuan lain, yaitu berjumpa lansung dengan Heru dan membuatnya terpesona dengan kecantikanku, āAmpunilah aku Ya Robā¦āā.
Sampai saat ini, cinta itu masih kupendam rapat-rapat. Hanya aku dan Allah SWT yang tahu, aku masih berharap dia mencintaiku lagi. aku selalu berdoāa semoga dia menjadi lelaki yang sholeh. Amin.Walaupun begitu, aku berharap kisah cintakuseperti Fatimah dan Sayidina Ali. Sungguh kisah cinta yang hebat dan suci, penuh dengan rahmat tanpa tercampur dengan hawa nafsu.
Oleh: Janatu Rojiati, Pakis Malang