Dari tahun ke tahun penyebaran HIV/AIDS begitu cepat, menyerang masyarakat kita dari berbagai kalangan, tak hanya dari kalangan pemuda atau lapisan atas tetapi juga kalangan bawah dan orang-orang dewasa. Yang menjadi permasalahan adalah penyebarannya yang begitu cepat, diikuti dengan resiko yang sangat berbahaya tapi tidak diiringi dengan metode pengobatan juga jenis obat yang pas, yang dapat mengobati penyakit ini dengan tuntas. Faktanya, justru hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyambuhkan HIV/AIDS, yang ada hanyalah meringankan rasa sakit untuk sementara saja. Bukan main akibat yang ditimbulkan oleh HIV/AIDS ini, seseorang mulanya akan kehilangan daya tubuhnya sehingga rentan terhadap berbagai jenis bakteri dan infeksi setelah itu pastilah kematian yang akan mengakhiri penderitaannya.
Kita semua tentu sudah tahu bahwa media penularan utama HIV/AIDS adalah seks bebas, kemudian menyebar dengan berbagai cara mulai dari jarum suntik, transfusi darah, dan lain-lain. Tentu tak ada salah satu pun dari kita yang ingin terjangkit penyakit ini sehingga wajar semua pihak berusaha untuk mencari solusinya.
Benarkah pemakaian kondom saat berhubungan intim dapat menjamin seseorang tidak terjangkit virus HIV/AIDS? Nyatanya tidak, telah banyak kalangan medis yang menyatakan bahwa pemakaian kondom hanyalah upaya pencegahan sementara saja. Dalam hal ini keterjaminannya pun hanya sekian persen dikarenakan ukuran virus itu sangat kecil, tidak dapat dilihat dengan mata telanjang tentunya, bahkan fakta yang menakutkan ternyata virus HIV/AIDS bisa menembus pori-pori kondom sehingga virus itu bisa menulari kelamin pasangan orang yang berhubungan intim meskipun sudah memakai kondom.
Lalu siapa yang akan menjamin generasi kita akan selamat dari virus yang mematikan ini? Bayangkan jika hingga beberapa tahun kedepan tidak ada solusi jitu yang bisa menyelamatkan generasi kita dari ancaman endemik terganas abad modern ini. Berapa nyawa yang akan melayang dan berapa anak yang akhirnya menderita cacat warisan dari orangtuanya?.
Telah berbagai cara diupayakan untuk menyelamatkan insan dunia dari HIV/AIDS namun telah lama pula kita menunggu ketidakpastian. Metode-metode yang tidak menjamin, yang diharapkan bisa melegakan hati, yang ada hanya solusi yang juga masih tetap beresiko, seperti kondomisasi ini.
Akhlak Islami , Pilihan Akhir Yang Paling Tepat
Akhir-akhir ini muncul anggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit kutukan. Hal ini dihubungkan dengan kelambanan dunia kedokteran yang sampai saat ini belum juga bisa menemukan obat HIV/AIDS. Benarkah demikian?
Apapun sebutannya, kutukan atau apapun, setiap prilaku, baik yang dilakukan oleh perseorangan atau kelompok tentu akan memiliki dampak entah baik atau buruk, tergantung pada jenis perbuatannya. Itulah rumus hukum karma. Misalnya, jika orang beramai-ramai membangun mesjid tentu akan berdirilah sebuah mesjid. Jika orang beramai-ramai melakukan tawuran, tentu hasilnya adalah kerusakan di sana-sini. Begitu pula dengan HIV/AIDS, yang kebetulan berhubungan dengan fisik. Adakah satu golongan “masyarakat normal” yang membolehkan seks bebas?. Jelas tidak ada karena pada dasarnya manusia dilahirkan dengan naluri kemanusiaannya yang membedakannya dengan binatang.
Seks bebas adalah perilaku bejat tidak berperikemanusiaan sebab membolehkan orang melakukan hubungan seks dengan selain pasangan sah secara berganti-ganti. Perilaku tidak sehat ini sangat masuk akal jika pada akhirnya menimbulkan dampak buruk, yakni suatu penyakit yang sekarang kita kenal sebagai HIV/AIDS. Jangankan hubungan intim, mandi saja, ketika kita menggunakan sabun yang sama untuk orang yang berbeda-beda, kita akan terinfeksi virus yang mungkin sebelumnya belum pernah bersarang di tubuh kita.
Lalu bagaimana Islam memandang seks bebas? Tentu kita semua sudah mengetahuinya bahwa hal itu adalah mutlak diharamkan karena dikategorikan sebagai perbuatan zina. Zina sangat dilarang dalam Islam karena melanggar batas-batas etika kemanusiaan. Hubungan seks hanya boleh dilakukan bagi mereka yang menikah dan hanya dengan pasangan sahnya saja. Berganti-ganti pasangan benar-benar bertolak belakang dengan ajaran Islam tentunya.
Kemudian, kenapa kita harus berpusing kepala mencari solusi HIV/AIDS kesana kemari jika solusi itu nyata ada di hadapan kita, apalagi kalau bukan akhlak islami.
Orang-orang tua modern yang sudah terjangkit virus sekular-liberal mengajarkan anaknya untuk berhati-hati dalam berhubungan seks. Mereka mengingatkan agar jangan lupa memakai kondom sebelumnya. Demikian karena mereka hidup bukan lagi berasaskan syariat Islam. Mereka telah melupakan ajaran Islam dan menggantinya dengan aturan-aturan dunia modern yang sama sekali tidak mengatur bahkan membuat hidup masyarakat modern berantakan. Akibat yang ditimbulkan adalah kesangsian mereka terhadap masa depan anak-anaknya di tengah hingar-bingar gemerlap dunia modern. Kesehatan anak-anak manusia juga keharmonisan keluarga, semua direngut oleh kemajuan zaman yang luput dari pengawasan. Setiap hari para orang tua dihinggapi perasaan khawatir yang menyita kebahagiaan mereka, sekali lagi karena hidup yang tanpa aturan.
Kenapa kita tidak kembali ke ajaran Islam yang mengajarkan akhlak mulia pada diri sendiri juga pada orang lain, ajaran yang membangun ketentraman pada hati penganutnya yang setia menjalankan perintah-nya. Cobalah tanya pada orang yang taat pada ajaran Islam, yang hidup dengan akhlak Islami, adakah kekhawatiran dalam hati mereka akan terjangkit virus HIV/AIDS? Bahkan lucu sekali jika anda menanyakan demikian.
Orang yang berani hidup dengan akhlak islami pada era modern ini, menjalani hidupnya dengan kesucian hati dan jasmani. Jangankan HIV/AIDS, penyakit ringan di bawahnya pun kemungkinan besar jauh dari kehidupan mereka karena mereka adalah tipe manusia yang mencintai dirinya sendiri juga orang lain, apalagi masalah kesehatan tentunya. Mereka giat beribadah dan bekerja, misalnya berpuasa yang telah terbukti berdampak positif bagi kesehatan dan tentunya mengharamkan diri melakukan seks bebas, perbuatan terkutuk itu. Hasilnya dalah kehidupan yang bahagia, hati yang tenteram juga raga yang sehat. Jika boleh kita ukur jarak HIV/AIDS dengan orang islam yang taat adalah seperti jarak ujung dunia yang satu dengan ujung yang lain (seandainya dunia ini berbentuk segiempat). Artinya, sangat jauh dan bahkan tidak mungkin mereka tersentuh virus itu.
Tapi bagaimana jika muslim yang baik menikah dengan pasangan yang terjangkit HIV/AIDS?. Islam mengajarkan kita semua sendi kehidupan, termasuk urusan menikah. Dalam memilih pasangan kita harus bersikap selektif, memperhatikan dengan baik akhlak calon pasangan kita. Tentunya orang yang taat hanya akan memilih orang yang taat pula. Lagipula sudah ada jaminan dari allah bahwa lelaki yang baik hanya pantas berdampingan dengan wanita yang baik pula. Jadi pertanyaan diatas sangat tidak mungkin kecuali jika pasangan itu ditemuinya di depan kafe atau klub malam, tapi sekali lagi penganut Islam yang taat tidak akan sudi mengahabiskan sekian menit waktunya untuk berkunjung ke tempat itu, mereka hanya bergaul dengan orang-orang yang giat bekerja, ahli ilmu dan ahli ibadah di tempat-tempat mulia, kantor, sekolah, mesjid dan majelis-majelis ilmu. Jadi pertanyaan tadi sangat tidak mungkin seratus persen akan terjadi. Semoga Allah memelihara kita, amin.
Kesimpulannya, jika kita menginginkan hidup kita damai jauh dari resiko HIV/AIDS, tidak salah lagi, solusi yang tepat dan paling sempurna adalah hidup dalam naungan Islam. Taat terhadap ajaran islam, salah satunya menjauhi zina baik zina sughro mupun kubro( zina kecil atau besar). Oleh karena itu, sekalian masyarakat Indonesia, yang peduli dengan masa depan generasi kita, para dokter dan pemerhati kesehatan, pemerintah, orang tua atau pendidik, lupakan kondomisasi, serukan Islam untuk memberantas HIV/AIDS. Memberantas HIV/AIDS adalah dengan memberantas perzinaan, itu kuncinya. Yakni dengan mengajarkan anak-anak kita bagaimana sepatutnya bergaul dengan sesama apalagi dengan lawan jenis. Tentunya dengan menjadikan Alqur’an dan hadits sebagai pedoman khususnya dalam masalah pergaulan.
Pada akhirnya tidak perlu kita menghabiskan waktu dengan berpusing-pusing mencari pencegahan lain untuk HIV/AIDS. Kita semarakkan akhlak islami, insya Allah kita dan anak cucu kita, para calon pemimpin bangsa, akan jauh dari HIV/AIDS.
Oleh: Hermin Pujihantari (jihantary)