Berqurban; Peduli Perintah-Nya dan Hamba-Nya

0
454

ألله أكبر ألله أكبر ألله أكبر، لا اله الا الله، ألله أكبر ولله الحمد

Gema takbir mulai menggema di seluruh pelosok negeri tercinta ini, Indonesia. Takbir yang selalu bisa menggetarkan hati setiap orang mukmin, meruntuhkan setiap kepongahan, meluluhkan kerasnya kesombongan, serta mendinginkan panasnya pikiran.

Esok pagi, setiap orang mukmin akan kembali berkumpul dan bermunajat bersama-sama pada Allah, Sang Maha Pencipta. Mereka meninggalkan keegoan masing-masing, Menghapus setiap perselisihan, demi memenuh panggilan-Nya untuk melakukan shalat id.

Ibadah yang sudah menjadi rutinitas ketika Idul Adha tidak berhenti sampa di sini. Orang-orang mukmin akan memulai menyembeleh hewan kurban, yang tak lain merupakan ibadah sunnah. Dan dalam bahasa fiqh disebut dengan Udhhiyah.

Dalam ibadah udhhiyah ini terdapat dua dimensi. Yaitu dimensi ritual dan dimensi spiritual. Berdimensi ritual karena udhhiyah ini merupakan perintah dari Allah. Salah satu yang menjadi dalil akan ibadah ini adalah ayat berikut,

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)

 Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.(QS: al-Kautsar, 1-3)

Sedangkan disebut berdimensi social karena dengan udhhiyah ini seseorang bisa berbagi dengan orang lain. Orang yang setiap harinya hanya mampu dengan makan tahu-tempe, tidak mampu membeli daging, akan juga bisa merasakan nikmatnya daging. Dengan udhhiyah ini orang kaya bisa berbagi dengan orang miskin.

Oleh karena itu, ibadah udhhiyah ini perlu menjadi perhatian bagi setiap mukmin. Menjadikan ibadah ini sebagai perhatian berarti telah memperhatikan anjuran Allah dan telah memperhatikan sesama.

Tinggalkan Balasan