Imam Ghazali; Perasaan Sebagai Salah Satu Elemen Syukur

0
824

 Imam Ghazali, seperti dalam karya tulisnya Ihya’ Ulum al-Diin menyatakan bahawa syukur itu harus ada tiga elemen. Elemen pertama adalah ilmu, elemen kedua adalah perasaan dan elemen ketiga adalah amal.

1.   Ilmu.

Untuk mengetahui seseorang itu benar-benar bersyukur, perkara pertama yang perlu ada adalah ilmu. Ilmu yang perlu ada itu terbagi kepada tiga bagian. Pertama, seseorang itu perlu ada ilmu tentang nikmat itu sendiri. Hakikat tentang nikmat itu perlu diketahui. Ilmu tentang nikmat ini akan membolehkan seseorang untuk memahami nilai nikmat tersebut dan seterusnya menghargai nikmat itu., seseorang itu perlu ada ilmu tentang siapa yang memberi nikmat. Dalam soal ini, pastinya Yang Maha Memberi Rezeki, Yang Maha Pemurah, adalah Allah SWT. Seseorang itu perlu mempunyai ilmu Tauhid yang kukuh. Dengan mengenali Allah, seseorang itu akan memahami bahawa setiap sesuatu itu datangnya daripada Allah, dan adalah merupakan hak milik Allah semata-mata. Setiap satu kejadian itu adalah datangnya daripada Allah.

Justru  setiap nikmat dan rezeki itu datangnya daripada Allah, walaupun mungkin saja nikmat itu disampaikan melalui perantaraan makhluk-Nya. Ketiga, seseorang itu perlu ada ilmu tentang siapa yang mendapat nikmat tersebut. Dalam konteks ini, yang menerima nikmat adalah diri kita sendiri sebagai hamba Allah. Memahami hakikat bahawa kita ini adalah hamba dan makhluk Allah, kita pasti akan merasa hina dan sangat rendah di hadapan Allah.

2.   Perasaan

Elemen yang kedua untuk bersyukur pula adalah perasaan. Apabila menerima sesuatu nikmat itu, seseorang itu haruslah mempunyai perasaan gembira, bahagia. Bagaimana mungkin seseorang itu hendak bersyukur seandainya ia tidak mengalami apa-apa rasa apabila menerima sesuatu nikmat itu? Perlu difahami juga bahwa perasaan bahagia dan gembira ini bukan berpusat kepada kesenangan atas nikmat yang kita peroleh, tetapi lebih kepada perasaan bahagia dan gembira kerana mendapat satu nikmat daripada Tuhan Yang Maha Agung! Perasaan ini hanya mungkin timbul apabila ilmu tentang tiga perkara yang disebutkan tadi telah dimiliki.

3.   Amal

Yang terakhir, elemen ketiga dalam bersyukur pula adalah amal, yakni perbuatan. Setelah seseorang itu mempunyai ilmu dan kefahaman tentang perkara yang disebutkan tadi, seterusnya mengalami perasaan bahagia, gembira dan berterima kasih, syukur tersebut perlulah dimanifestasikan melalui perbuatan. Dalam hal ini, seseorang  perlu menggunakan nikmat yang telah diperolehnya untuk mendekatkan dirinya dengan Allah, yakni zat yang telah memberikan nikmat tersebut

Cerita

Ada sebuah dialog menarik antara laki-laki dengan Abu Hazm:

Apa syukurnya kedua mata?

“Apabila engkau melihat sesuatu yang baik, engkau akan menceritakannya.  Tetapi apabila engkau melihat keburukan, engkau menutupinya”.

Bagaimana syukurnya telinga?

“Jika engkau mendengar sesuatu yang baik, peliharalah. Manakala engkau mendengar sesuatu yang buruk, cegahlah”.

Bagaimana syukurnya tangan?

“Jangan mengambil sesuatu yang bukan milikmu, dan janganlah engkau menolak hak Allah yang ada pada kedua tanganmu”.

Bagaimana syukurnya perut?

“Bawahnya berisi makanan, sedang atasnya penuh dengan ilmu”.

Syukurnya kemaluan?

“Abu Hazm kemudian membacakan Al-Quran surah Al-Mukminun ayat 1-7”.

Bagaimana syukurnya kaki?

“Jika engkau mengetahui seorang shalih yang mati dan engkau bercita-cita dan berharap seperti dia, dimana dia melangkahkan kakinya untuk taat dan beramal shalih semata, maka Contohlah dia. Dan apabila engkau melihat seorang mati yang engkau membencinya, maka bencilah amalnya. Maka engkau menjadi orang yangbersyukur.” Abu Hazm menutup jawabannya, “Orang yang bersyukur dengan lisannya saja tanpa dibuktikan dengan amal perbuatan dan sikap, maka ia ibarat seorang punya pakaian, lalu ia pegang ujungnya saja, tidak ia pakai. Maka sia-sialah pakaian tersebut.” (Ma’had Aly)

Tinggalkan Balasan