Peran perempuan dinilai dibutuhkan untuk ikut andil dalam pengambilan kebijakan-kebijakan dalam pemerintahan. Bahkan, peran tersebut sudah terjadi sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Hal itu diungkapkan Mahfud MD dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar oleh Pimpinan Cabang (PC) Muslimat NU Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
“Sejak masa Rasul, perempuan sangat berperan penting dalam ikut serta memperjuangkan hak-hak rakyat. Meskipun kala itu, perempuan belum masuk struktural pemerintahan,” ungkapnya, dihadapan ribuan Muslimat, di Aula Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya Jabar, Sabtu (4/1/2014).
Meski demikian, lanjut Mahfud, peran perempuan saat itu adalah dengan cara memberikan motivasi kepada para suaminya yang tengah menghadapi peperangan.
“Tak terkecuali Siti Aisyah yang merupakan istri Rasul, tak pernah lelah memberikan kekuatan kepada Baginda (nabi Muhammad) selama memimpin umat Islam,” urai mantan Ketua MK itu.
Selain dihadiri sekitar tujuh ribu kader Muslimat PC Muslimat NU Kabupaten tasikmalaya, PAC Muslimat dan Pengurus Ranting Muslimat NU Se kabupaten tasikmalaya. Acara tersebut juga dihadiri mantan Ketua PWNU Jabar Maman Muhammad, Ketua PCNU Kabupaten Tasikmalaya Nur Kholis
“Memang, kata sebagian orang perempuan itu tidak cocok berpolitik atau menduduki jabatan di lembaga negara karena lebih menggunakan perasaan. Tetapi, jika melihat perkembangan politik sekarang kita justru membutuhkan pemimpin yang memiliki perasaan,” katanya.
Sebab, kata Mahfud, para pemimpin di negeri ini pada umumnya sudah mengesampingkan perasaannya dalam mengambil suatu kebijakan dengan mrampas hak-hak rakyat terutama hak perempuan sesukanya.
“Semakin maraknya kasus hukum merupakan contoh konkrit bahwa tak sedikit dari kebijakan pemimpin kita yang hanya mengedepankan pikiran tanpa melihat perasaan rakyat,” tukas mantan Menteri era Presiden Gus Dur tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan tampilnya seorang perempuan yang memiliki jiwa perempuan, bukan sekedar perempuan. Tetapi, harus perempuan yang memiliki integritas dan rekam jejak yang baik.
“Karena, tak semua pejabat perempuan berjiwa perempuan, seperti sejumlah politisi perempuan yang belakangan terjerat kasus korupsi,” ujar Mahfud.
Lebih jauh, Mahfud membeberkan, di kalangan NU sendiri sejak dulu sudah punya perempuan-perempuan yang ikut berjuang dalam membangun bangsa Indonesia. Salah satunya yakni Nyai Solehah binti KH Bisri Syansuri yang tak lain istri dari KH Wahid Hasyim.
“Saat ini, kita juga beberapa kader NU atau muslimat yang memiliki track record baik dalam ikut serta membangun bangsa ini. Dan kedepan cetak lagi kader NU yang banyak untuk memperjuangkan hak rakyat, memperjuangkan kebenaranan dengan tetap konsisten memegang nilai-nilai ke-NU-an,” katanya. (sumber)