“Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. dan Dia-lah Tuhan yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”
(QS. Ibrahim: 4)
Dakwah merupakan kewajiban setiap umat Islam dimana pun ia berada. Bagimana pun bentuknya, seperti apapun caranya, dan sesulit apapun medannya, dakwah harus tetap dilakukan agar Islam tetap berdiri tegak di atas bumi-Nya. Namun, saat ini, yang menjadi masalah adalah terkadang para aktivis dakwah hanya terfokus pada tujuan. Artinya, terkadang para aktivis dakwah kurang memperhatikan hal-hal detail, seperti cara penyampaian dakwah itu sendiri. Dakwah yang dilakukan hanya sebatas penyampaian tausiyah atau kegiatan-kegiatan yang “dipandang” sebagai penyebaran nilai-nilai Islam secara langsung. Padahal, aktivis dakwah dapat menggunakan media online yang saat ini sedang berkembang di Indonesia.
Media online, khususnya media sosial, merupakan media yang saat ini sedang “naik daun” dan paling sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Bisa dibayangkan, berapa banyak target dakwah yang dapat dijangkau jika setiap aktivis dakwah menyadari hal tersebut dan mulai menggunakan media sosial online sebagai salah satu strategi dakwahnya.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan salah satu cara yang dapat dijadikan sebagai salah satu strategi dakwah melalui media sosial online. Penulis menyebutnya dengan DF Me, Soon! yang merupakan singkatan dari Dakwah Fardiyah melalui Media Sosial Online. Artinya, strategi dakwah yang disampaikan di media sosial online tetap dilakukan secara fardiyah (sendiri-sendiri) dan tidak dilakukan secara masal melalui grup-grup atau hal sejenis lainnya. Hal ini dikarenakan dakwah yang dilakukan secara sendiri-sendiri bisanya lebih dapat ditangkap dan menimbulkan kesan tersendiri bagi penerimanya.
Prinsip dakwah fardiyah yang dilakukan di media sosial online hampir sama prinsipnya dengan metode dakwah fardiyah di dunia nyata. Sama-sama harus intens dan fokus. Akan tetapi, ada beberapa hal yang bisa dijadikan nilai tambah apabila dakwah fardiyah melalui media sosial online. Salah satu contohnya adalah dakwah fardiyah dapat dilakukan ke beberapa orang sekaligus meskipun dalam satu waktu. Misalnya, kita dapat mengirimkan media dakwah online secara pribadi kepada beberapa target dakwah sekaligus. Hal ini tentunya lebih efisien, baik dari segi waktu, tenaga, dan materi.
Namun, yang harus diperhatikan adalah dakwah merupakan amalan mulia yang harus dikerjakan oleh jiwa-jiwa yang memahami karakteristik dakwah itu sendiri. Dakwah bukan pekara asal bicara lantas mengajak dan menyuruh orang untuk berbuat baik, dengan mengabaikan subjek pelaku dakwah itu sendiri. Artinya, bagaimana pun strategi dakwahnya, aktivis dakwah harus tetap memperhatikan dirinya. Artinya, ia harus tetap berusaha menjaga ibadah dan amalannya agar dakwah yang disampaikan dapat sampai pula ke target dakwahnya. Sebab seorang aktivis dakwah adalah cerminan pribadi contoh bagi objek dakwahnya, jika ia sendiri gagal mendakwahi dirinya, bagaimana mungkin ia bisa mengajak orang lain?
Oleh: Bhekti Setya Ningrum