Indonesia, sudah lebih dari se-abad dikenal dunia sebagai Negara dengan mayoritas penduduknya muslim dan sebagian besar menduduki pulau jawa. Masjid dan musholla bertebaran di mana-mana, hampir setiap daerah ada. Bahkan tak jarang, jarak antar masjid atau musholla yang satu dengan yang lain saling berdekatan. Hal ini tidak menjadi masalah jikalau jama’ah masjid dan musholla tersebut selalu ramai. Namun realitanya tidak demikian, terkecuali ketika sholat jum’at dan sholat 2 hari raya saja.
Selain kegiatan peribadatan, takmir masjid atau organisasi islam juga biasanya menyelenggarakan kegiatan kajian rutin. Akan tetapi di era digital seperti saat ini, kajian islam di masjid-masjid yang notabene sarana dakwah cenderung kurang diminati masyarakat terutama kaum muda. Pesatnya perkembangan teknologi informasi seperti internet, sangat berdampak pada pola religiusitas masyarakat. Dan sudah menjadi tren anak muda zaman sekarang lebih memilih berlama-lama berselancar di dunia maya daripada duduk mendengarkan siraman rohani di masjid. Hanya segelintir pemuda yang tergerak untuk menghidupkan masjid dan menjalankan kewajiban dakwah.
Hal ini sejalan dengan survei pada salah satu warnet di Tembalang, Semarang, bahwa rata-rata pengunjung perhari berkisar 80 hingga 100. Artinya dalam sehari ada 80 – 100 pengguna internet hanya dari satu warnet, belum lagi dari laptop, PC dan smartphone masing-masing. Tak heran Indonesia tercatat sebagai pengakses internet terbesar di Asia Tenggara akhir tahun 2013 lalu. Berdasarkan data statistik Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 82 juta orang. Asumsi tahun ini akan bertambah menjadi 107 juta dan tahun berikutnya diprediksi sebesar 139 juta.
Pengguna Social Media di Indonesia
Social media adalah sebuah media online, dengan penggunanya bisa berpartisipasi dan berbagi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual–Wikipedia. Shama Hyder dalam bukunya “The Zen of Social Media Marketing” menjelaskan bahwa social media adalah “Online platforms where people connect and communicate”.
Social media merupakan salah satu media online paling populer dan paling banyak diakses di Indonesia. Seperti dilansir situs bebmen.com, berdasarkan Survei Data Global Web Index, Indonesia adalah Negara yang memiliki pengguna media sosial yang paling aktif di Asia. Indonesia memiliki 79,7% user aktif di social media mengalahkan Filipina 78%, Malaysia 72% dan Cina 67%.
Pengguna jejaring sosial di Indonesia untuk media twitter, berdasarkan data yang dilansir situs A World of Tweets Dot Com menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga terbanyak di dunia dalam menulis tweet, yakni sebesar 48,53%.
Sementara untuk media facebook, jauh lebih besar yaitu 5,9 juta dari 142,5 juta di dunia (data terakhir socialbakers dot com). User facebook berasal dari berbagai kalangan dan usia. Jika melihat data Global Web Index Wave, Facebook masih merajai social media di Indonesia dengan statistik 25% atau sekitar 62 juta user. Kemudian disusul Twitter, Google Plus dan Linkedin.
Social Media Viral Dakwah: Sebuah Mainstream Baru dalam Berdakwah
Potensi media online dapat menjadi peluang dan sebuah mainstream baru untuk mensyiarkan islam–DAKWAH. Perintah dakwah tersirat dalam QS. Ali ‘Imran: 104, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” Banyak cara untuk berdakwah di media online. Salah satunya dakwah viral media sosial yaitu berdakwah dengan memanfaatkan jejaring sosial (social networking). Seperti kata Pendiri Komunitas “Page Facebook Mukjizat Sholat dan Doa”, M Agus Syafii, bahwa jejaring sosial seperti facebook atau twitter bisa menjadi media dakwah dan alat untuk menyebarkan kebaikan.
Jika dalam dunia bisnis, kita mengenal viral marketing, maka strategi dakwah dapat pula menggunakan konsep viral. Jadi sebenarnya apa itu viral? Viral adalah metode penyebaran pesan menggunakan teknologi informasi, baik internet maupun mobile. Analogi di dunia nyata, viral mirip dengan word of mouth atau Orang Jawa mengistilahkan ‘gethok tular’. Misalnya kita membeli suatu barang dan kita sangat puas terhadap barang tersebut maka biasanya kita akan menceritakannya kepada orang lain kemudian orang tersebut penasaran ingin mencobanya.
Nah apa saja yang dapat dilakukan agar persebaran dakwah dapat maksimal dan menarik? Ada beberapa tips yang dapat kita terapkan, antara lain:
Membuat Akun Fanspage Di Facebook
Akun fanspage merupakan salah satu icon di facebook yang dapat diikuti banyak fans tanpa harus menjadi teman. Akun ini dapat di-update oleh beberapa admin. Dengan menggunakan akun ini informasi akan lebih mudah didapatkan oleh para fans.
Menghubungkan Beberapa Media
Link situs/ blog yang berisi artikel-artikel, foto, video bernuansa islam dengan twitter dan facebook. Setiap ada content blog baru maka secara otomatis akan tersiar juga di twitter dan facebook.
Optimasi Twitter
Ada beberapa proses untuk optimasi twitter, diantaranya: kenali audience, membuat database akun, skema tweet, menarik follower dan monitoring. Selain itu kita juga perlu memperhatikan konten tweet. Ada 4 faktor untuk membuat great content, antara lain inspiratif, bermanfaat, singkat dan padat. Dapat pula memvariasikan dengan quote, link, berita/info, video, tips, kuis, greeting dan image atau banner.
Buatlah Kuis Islami Berhadiah
Kuis tentang pengetahuan atau kebudayaan islam berhadiah dapat memotivasi masyarakat pengguna jejaring sosial untuk mempelajari islam dan lebih sering membuka situs-situs islami.
Mengunggah Layanan Video-Sharing
Saat ini banyak layanan video sharing di internet, seperti Youtube, Vodpod dan Metacafe. Kita dapat mengunggah video rekaman kajian di video sharing tersebut. Layanan ini gratis dan orang-orang di seantero dunia dapat menikmati video tersebut.
Akhirnya, kita sebagai pengguna media sosial sekaligus pelaku dakwah dapat menerapkan tips-tips di atas. Dengan niat karena Allah, mudah-mudahan kita tergolong orang-orang yang beruntung. Seperti ayat 104 QS. Ali ‘Imran di atas ditutup dengan “wa ulaa-ika humul muflihuun” (dan merekalah orang-orang yang beruntung).
Oleh: Ahmad Zakaria