Dalam acara Sarasehan Ulama Pesantren dan Cendikiawan di Pondok Pesantren Al-Badar Bilalang Parepare Sulawesi Selatan, 29 April 2014, Katib Syuriyah PBNU, KH. Afifuddin Muhajir menyampaikan bahwa salah satu ciri khas Islam itu adalah tasamuh atau toleransi.
Toleransi tidak sama dengan jastifikasi, dalam arti membenarkan terhadap agama atau aliran yang berbeda dengan Islam. Toleransi atau tasamuh menghormati terhadap eksistensi agama-agama lain dalam suatu negara. Sebab multi agama dalam kehidupan adalah sunnatullah (keniscayaan). Dalam hal ini kita menteladani sikap Rasulullah SAW dalam piagam Madinah yang mengakui eksistensi agama dan etnis seperti ahlul kitab sebagai kelompok masyarakat yang niscaya dalam hidup berdampingan.
Kyai Afifuddin yang juga sebagai Wakil pengasuh PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, menjelaskan bahwa pemikiran ahlus sunnah wal jama’ah itu harus berangkat dari nilai-nilai tawassuth, dalam arti tidak liberal, radikal dan konserfatif. Krisis multi dimensi yang dialami oleh beberapa negara umat islam di Timur tengah; Tunisia, Libya, mesir, Syiria, Irak dan lain-lain, ini dapat mencabik-cabik keutuhan umat islam dan menghancurkan kekuatannya.
Oleh karena itu kata kyai Afifuddin, diperlukan upaya para Ulama dan cendikiawan muslim untuk membimbing dan membina umat Islam dengan cara menyebarkan pemikiran Islam yang moderat untuk membentuk generasi yang konstruktif, sehingga dapat menyelesaikan masalah perbedaan dengan cara dialog.
Selanjutnya, Kyai Afifuddin menandaskan, selama Ulama ini masih berada dijalan yang lurus dan baik, Insya Allah akan mampu bisa memperbaiki keadaan ummat, karena benteng terakhir untuk memperbaiki kondisi umat dan negara adalah terletak pada Ulama. (hms)