Pemahaman Seni Ala Pesantren

0
399

Ketika masih tersisa orang yang menganggap penampilan peserta Festival Musik Satu Abad Sukorejo sebagai sikap yang negatif, menabrak adab, melabrak kesadaran sosial-budaya Islami (pesantren), lantaran musik-musik tradisional daerah mendidih dan menggelegak di dalamnya, tentu tantangan tersendiri bagi seniman dan pemikir pesantren untuk lebih menerangkan lebih detail apa dan bagaimana musik Islami/pesantren.

Kegelapan dan kekabutan pikiran bahwa musik Islami hanyalah yang sejenis dengan hadrah, kasidah, gambus, japin, dan semacamnya perlu dikelupas.

Ketika musik-musik tradisional yang kian jauh berpisah dari niat awal penggagasnya, kemudian ditarik kembali menjadi bebunyian yang berpadu dengan zikir dan puji-pujian untuk nabi dan orang-orang saleh, berdentum dalam turut men-syiarkan Islam dan pesantren, masihkah ada sisa kepala yang bergeleng tidak suka? Adakah yang masih berbisik dengan SMS atau apa saja bahwa kesenian yang ditampilkan santri tidak berwarna budaya Islam nusantara? Adakah yang masih meragukan keberhasilan kreasi Sunan Kalijaga yang unik dan manis dalam mengajak pada kebenaran dengan musik budaya tradisional Jawa yang saat itu juga mendapat apresiasi kernyit dahi dari sebagian kalangan?

Oleh jejak-jejak Wali Songo itulah kemudian banyak kesenian tradisional yang pernah digagas oleh generasi kerajaan, mulai berwudu, bertakbir, sembahyang, dan sujud kepada Allah. Tentu bukan hanya pelakunya saat di luar kesenian, tapi napas lirik-liriknya, gerak-gerik penyanyinya, busana, dan ekspresinya berbaur menjadi sebuah kolaborasi seni versi para sunan yang menyorong dan menjala Kasih Robbul Alamin.

Mari kita ingat, apa dan bagaimana tradisi sapi karapan dan musik saronen Madura sebelum dicemari bir, judi, dan penyiksaan? Mari kita kenang apa dan bagaimana musik kuntulan Banyuwangi sebelum diamisi aurat perempuan dan air liur penonton? Walau demikian, kita harus hati-hati, bagaimanakah menari dan bernyanyi yang dibolehkan Islam, utamanya bagi perempuan.

Mari…, mari kita mengaji, mari kita mengkaji, mari kita mengajak semuanya kembali ke jalan yang Tuhan Ridai! Semoga bisa. Amin.

—————–
Selamat memperingati dan merayakan usianya yang ke-100 tahun Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Bersama pesantren-pesantren yang lain, pola pendidikan asli nusantara, peninggalan para wali (jauh sebelum tanah ini bernama Indonesia), semoga tetap menjadi benteng peradaban Islam. Amin. Salam.

Oleh: Zainul Walid

Tinggalkan Balasan