Inspirasi Menulis Antologi Hadits Cinta
Hadits Arba’in Nawawi adalah salah satu inspirasi penulisan buku ini. Jika Arbain Nawawi isinya membahas tentang kesalehan spiritual dan sosial, mungkin buku Araba’in Taufiq ini bahasannya tentang kesalehan perasaan. Maksud kesalehan perasaan adalah pola positif dalam menyikapi perasaan yang bergejolak di antara dua anak manusia. Tidak jarang karena tidak mampu menyikapi gejolak perasaan, hubungan dua anak manusia menjadi hancur berantakan. Dengan demikian, buku ini hadir menjadi pedoman bagi dua anak manusia yang sedang menjalin cinta atau yang telah terikat cinta halal.
Selain itu, buku Arba’in Taufiq ini sebagai upaya dalam memahami hadits lebih berdasarkan kepada perasaan. Banyak pemahaman terhadap teks hadits yang lepas dari pertimbangan perasaan, sehingga oleh pihak yang egois dijadikan dalil untuk melayani hasrat pribadinya. Semisal hadits tentang hubungan intim dalam rumah tangga, tidak jarang mereka menggunakan hadits yang isinya melaknat seorang istri ketika istri enggan memenuhi ajakan suami. Karena pemahaman kepada hadits Nabi lepas dari dasar perasaan. Nah, buku ini hadir dengan kumpulan 40 hadits yang dipahami berdasarkan perasaan.
Dan, inspirasi yang paling kuat adalah cinta yang telah memberi nafas taqarrub.
Cerita Pengumpulan hadits
Awalnya agak pesimis ketika ada yang mengatakan, “Mau mengumpulkan 40 hadits yang berkaitan dengan cinta? Masa’ ada dan bisa? Mengumpulkan 11 hadits saja gak mungkin.” Hemmm… pernyataan tersebut memang mematahkan semangat, tapi oleh penulis dijadikan tantangan untuk tetap semangat mengumpulkan hadits sampai 40 hadits tentang cinta. Alhamdulillah, ternyata lebih dari perkiraan. Penulis telah mengumpulkan hadits yang berkaitan dengan cinta hampir 70-an hadits.
Pengumpulan hadits dilakukan dengan tiga cara. Pertama, mencari di kitab-kitab dan buku yang dipastikan ada hadits tentang cinta. Kedua, bertanya ke dosen, ustadz dan teman-teman. Ketiga, mencari di google yang kemudian disesuaikan dengan kitab.
40 puluh hadits di dalam buku ini tidak semua perawinya tertulis. Ini kelemahan penulis untuk menelusuri hadits-hadits di kitab dan kekurangan penulis untuk mencari status hadits. Tapi, ada hadits yang memang diambil dari kitab dan ternyata di kitab tersebut tidak mencantumkan rawi. Sehingga membuat penulis agak kebingungan mencari perawinya dan telah membuat penulis ikut-ikutan menulis hadits tanpa menyebutkan perawinya. Bagi yang peduli dengan hadits, pasti dia akan meragukan hadits-hadits yang perawinya tidak dicantumkan.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diketahui; 1, Jika haditsnya sudah popular diketahui oleh banyak orang dan perawinya pun juga dikenal, maka tidak perlu dipermasalahkan ketika perawinya kebetulan tidak dicantumkan. 2. Hadits-hadits yang digunakan diperhatikan juga untuk membahas tentang apa. Jika bahasannya tentang hukum, jelas hadits yang memang diragukan statusnya -shahih, hasan, maudhu, dha’if, dll- tidak bisa digunakan sebagai dasar hukum. Tapi, jika pembahasannya bukan hukum, semisal tentang fadhailu al-a’mal (keutamaan suatu amal), taghrib (motivasi) dan semacamnya, maka boleh-boleh saja. 3. Untuk buku ini, jelas pembahasannya bukan tentang hukum.
Jadi, jika di buku ini ditemukan redaksi hadits yang tidak ada perawinya, kemungkinannya bisa karena penulis kurang meneliti haditsnya sampai menemukan perawinya, atau penulis ikut-ikutan saja dengan kitab yang juga kadang tidak menyebutkan perawinya, atau penulis lupa mencantumkannya. Dari itu, mohon ta’lim-nya untuk melengkapi hadits-hadits yang tidak ada perawinya.
Tentang referensi
Buku Peka Rasa ini di dalamnya ada beberapa kutipan yang tidak hanya diambil dari buku, ada kutipan yang diambil dari pembicaraan orang lain. Jika ada redaksi “ada yang mengatakan” berarti penulis tidak ingat siapa yang mengatakan. Ada kutipan yang langsung menyebut yang mengatakannya dan menyebut buku dan penulisnya. Jika ada redaksi yang sama dengan pembicaraan orang lain, di buku-buku atau di mana saja, kemungkinannya bisa penulis lupa tidak menggunakan “ada yang mengakatan” dan mungkin secara kebetulan redaksi di buku ini sama dengan pemikiran atau yang dirasakan orang lain yang diucapkan atau ditulis di mana saja.
Akan ada volume 2
Sebagaiamana yang dikatakan di atas, hadits yang telah berhasil ternyata lebih dari 40 hadits. Jadi, insyaallah buku Peka Rasa ini akan berlanjut ke volume II. Tentu, tema bahasannya tetap tentang cinta. Meksi juga tentang cinta, bukan berarti volume II sama dengan Volume I. Jika penulis pahami, ternyata hadits-hadits Nabi yang berkaitan dengan cinta memiliki dimensi bahasan yang beranekaragam dan kompleks. Semoga saja penulis memiliki kesempatan dan inspirasi yang terus mengalir untuk menulis Peka Rasa volume II. Amin…
Ungkapan Syukran
Syukran wa barakallahu fikum. Ungkapan Syukran ini penulis ungkapkan kepada teman-teman, ustadz dan dosen yang telah memberi dukungan, baik dukungan yang berupa motivasi, tambahan atau pencerahan ide dan doa. KH. Muhyiddin Khatib, M.H.I dan Ustadz Khairuddin Habsis, M.H.I. Teman-teman penulis Abdul Aziz, Rahmat Saputra, Abdul Wahid, Izzul Madid, Riska Rismaya, Asror Baisuki, Doni Eka Saputra, Khalilur Rahman, Muhammad Rizkil Azizi, Bahrul Ulum dan masih banyak yang tak bisa penulis cantumkan di sini tapi sudah tercatat di hati (Kalo ditulis di sini semua, nanti dikira buat absen kelas, bro.). hehehe… Yang pasti mereka semua adalah kekasih logika penulis. Karena bersama mereka penulis saling memberi dan mencerahkan ide melalui diskusi-diskusi. Dan secara khusus penulis ucapkan syukran kepada Lek Huda.
Selain itu, teman-teman yang berkenan dengan ikhlas dalam nasyrul ‘ilmi melalui buku-buku penulis, Sifaza, Hafidz Syuhud, Ali, Thayyib (Pontianak), Abu Laili (Koperasi Pesantren), Tini, Iqbal (Sukorejo), Jaja, Fuad (Bondowoso), Kawakib (Probolinggo), Wardah, Syukran (Jember), Fathul Bari (Tuban), Muniri (Gresik), Masyhudi, Mustafid, Aswad, Rabi’ah (Malang), Sobri (Jombang), Sofyan, Habib Hafid (Dalwa Bangil), Fahri (Sampang), Na’imah, Khatib, Hendi, Homyani, Gusdur, Hasun (Kubu Raya), Khalil, Surimah, Khatob (Jakarta) dan semua teman-teman yang menyebarkan buku ini baik buku fisiknya dan isinya (maaf, jika ada yang tak tersebutkan). Semoga bermanfaat dan barakah. Dan juga kepada pihak-pihak yang telah mendukung penerbitan semua buku-buku penulis. To all, jazakumullahu ahsanal jaza’.
Harapan Penulis
Untuk semua buku karya penulis, khususnya yang baru ini, semoga terbit seiring kehendak Allah dan rido-Nya. Amin…
Sukorejo, 05 11 2014
Penulis
Muhammad Taufiq Maulana