Ketua NU Jatim: Muktamar di Jombang Adalah Keputusan Tepat

0
378

Jombang, Cyberdakwah — Keputusan Rapat Harian PBNU yang menetapkan Jombang sebagai tuan rumah Muktamar NU ke 33 Agustus mendatang merupakan pilihan yang sangat tepat. Diharapkan, para peserta mampu mengambil spirit perjuangan para pendiri jam’iyah yang diantaranya berasal dari kota santri ini.

Pandangan ini disampaikan Ketua PWNU Jawa Timur, KH Mutawakkil Alallah saat memberikan arahan peserta Musyawarah Kerja (Musker) III PCNU Jombang di Pondok Pesantren Darul Ulum Kepuhdoko Tembelang, Ahad (25/1/2015).

Kiai Mutawakkil, sapaan akrabnya menandaskan bahwa para muktamirin setidaknya dapat melakukan ziarah ke makam para muassis atau pendiri NU yang tersebar di beberapa pesantren di Jombang.
“Di Tebuireng ada makam hadratus syaikh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim serta KH Abdurrahman Wahid,” tandas Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo ini. Demikian juga ada KH Bisri Syansuri di Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar, KH Abdul Wahab Chasbullah di Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas serta Kiai Romli di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan, lanjutnya.
Dengan mendatangi sekaligus berdoa di pesarean para tokoh NU ini diharapkan para peserta bisa mengambil uswah hasanah dari mereka. “Disamping itu dengan ziarah ke makam muassis, maka koneksi perjuangan para pegiat NU saat ini dengan para pendiri dapat semakin dieratkan,” kata Kiai Mutawakkil. Karenanya menjadikan Jombang sebagai tuan rumah Muktamar ke 33 adalah keputusan yang tepat dalam rangka mendekatkan silsilah perjuangan NU, lanjutnya.

Khusus kepada peserta Musker PCNU Jombang, hal mendesak yang harus terus dilakukan adalah dengan menata organisasi, melakukan perencanaan program kerja sesuai kebutuhan masyarakat setempat. “Yang pasti, keberadaan aktifis harus bisa menata agar NU bisa lebih baik,” tandasnya.
Karena tantangan NU saat ini tidak semata dalam hal aqidah, tapi juga hubungan kemasyarakatan yakni dengan menjaga sikap tasamuh, tawassuth serta i’tidal. “Inilah Islam yang diwariskan para salafus shalih,” terangnya.

Di hadapan Ketua PBNU sekaligus Wakil Gubernur Jatim, H Saifullah Yusuf dan undangan, Kiai Mutawakkil kembali mengingatkan pola hubungan antara syuriah dan tanfidziyah. “NU itu ibarat pesantren,” katanya. Dalam artian pemilih otoritas pesantren adalah para kiai dan pengasuh. Sedangkan para lurah pondok menjalankan arahan dan komando yang telah digariskan pengasuh.
“Hal itu juga berlaku di NU,” katanya. Para rais syuriah adalah pemilik otoritas tertinggi dalam menjalankan arah dan kebijakan jam’iyah. Sedangkan tanfidziyah sebagai sebagai pelaksana dari sejumlah kebijakan yang telah diputuskan syuriah, lanjutnya.

Musker III PCNU Jombang terbilang istimewa lantaran dihadiri Ketua PBNU, Rais dan Ketua PWNU Jatim, bupati dan wakil serta forum pimpinan daerah Jombang. Peserta Musker adalah pengurus harian PCNU, badan otonom, lajnah dan lembaga serta utusan dari MWC NU se Jombang. (s@if)

Tinggalkan Balasan