Antara Ketenangan Jiwa, Kedamaian Hati, Dan Sebuah Kebenaran
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
… ﺃَﻻَ ﻭَﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪِ ﻣُﻀْـﻐَﺔً، ﺇِﺫَﺍ ﺻَﻠَﺤَﺖْ ﺻَﻠَﺢَ
ﺍﻟْﺠَﺴَﺪُ ﻛُـﻠُّﻪُ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻓَﺴَﺪَﺕْ ﻓَﺴَﺪَ ﺍﻟْﺠَﺴَﺪُ ﻛُـﻠُّﻪُ، ﺃَﻻَ ﻭَﻫِﻲ ﺍﻟْـﻘَﻠْﺐُ
“…Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila ia (segumpal daging) tersebut baik, baiklah seluruh jasadnya, dan apabila ia (segumpal daging) tersebut rusak (buruk), maka rusaklah (buruklah) seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging tersebut adalah hati”.
Oleh karena itu, jika ingin selamat dari hal-hal yang dapat merusak agama kita, bahkan dalam hal aqidah, hendaknya seorang muslim
senantiasa berhati-hati dan waspada, serta penuh pertimbangan demi keselamatan agamanya, dan bertanya, apakah perbuatan yang hendak dilakukan untuk pencarian kepuasan hati, ketenteraman hidup dan ketenangan jiwanya bertentangan dengan aqidah? Ataukah bagaimana?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,”Karena hati itu diciptakan untuk diketahui kegunaannya, maka mengarahkan penggunaan hati (yang benar) adalah (dengan cara menggunakannya untuk) berfikir dan menilai…”.
Berkaitan erat dengan permasalahan ini, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan solusi bagi setiap muslim yang senantiasa ingin mendapatkan kepuasan hati,ketenteraman hidup dan ketenangan jiwa yang hakiki dan abadi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺃَﻻَ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. [ar Ra’d/13 : 28].
Asy Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al Badr hafizhahullah-berkata,”……
Sesungguhnya al Imam al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah telah menyebutkan di dalam kitab beliau yang sangat berharga, al Wabil ash Shayyib sebanyak tujuh puluh sekian faidah dzikir. Dan di sini, kami akan sempurnakan untuk menyebutkan beberapa faidah dzikir lainnya, dari sekian banyak faidah yang telah beliau sebutkan di dalam kitabnya.
Di antara faidah-faidah dzikir yang begitu agung, yaitu (dzikir) dapat
mendatangkan kebahagiaan,kegembiraan, dan kelapangan bagi orang yang melakukannya, serta dapat melahirkan ketenangan dan
ketenteraman di dalam hati orang yang melakukannya. Sebagaimana firman Allah…,” dan asy Syaikh membawakan ayat ke-28 surat ar Ra’d di atas.
Kemudian beliau kembali menjelaskan dan berkata,”Makna firman Allah
( ﻭَﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢ ) adalah hilang segala sesuatu (yang berkaitan dengan) kegelisahan dan kegundahan dari dalam hati, dan dzikir tersebut akan menggantikannya dengan rasa keharmonisan (ketentraman),kebahagiaan, dan kelapangan. Dan maksud firmanNya ( ﺃَﻻَ ﺑِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﺗَﻄْﻤَﺌِﻦُّﺍﻟْﻘُﻠُﻮﺏُ) adalah sudah nyata, dan sudah sepantasnya hati (manusia) tidak akan pernah merasakan ketentraman, kecuali dengan dzikir (mengingat) Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bahkan, sesungguhnya dzikir adalah penghidup hati yang hakiki. Dzikir
merupakan makanan pokok bagi hati dan ruh.
Apabila (jiwa) seseorang kehilangan dzikir ini, maka ia hanya bagaikan seonggok jasad yang jiwanya telah kehilangan makanan pokoknya.
Sehingga tidak ada kehidupan yang hakiki bagi sebuah hati, melainkan dengan dzikrullah (mengingat Allah).
Oleh karena itu,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
berkata : “Dzikir bagi hati,bagaikan air bagi seekor ikan. Maka,bagaimanakah keadaan seekor ikan jika ia berpisah dengan air?”
Dari penjelasan yang begitu gamblang di atas, jelaslah sesungguhnya tidak ada penawar bagi orang yang hatinya gersang dan selalu gelisah, resah, dan gundah, melainkan hanya dengan dzikrullah.
Dzikrullah dapat dilakukan dengan dua cara,
dengan mengingat Allah dan banyak berdzikir dengan bertasbih, bertahmid, bertahlil (mengucapkan Laa ilaha illallaah), ataupun bertakbir.
Dan dengan memahami makna-makna al Qur`an dan hukum-hukumnya; karena di dalam al Qur`an terdapat dalil-dalil dan petunjuk-petunjuk yang jelas, serta bukti kebenaran yang nyata.
Sumber : Ummu Fahrian Ida