Karya NU yang Terpanjang
Tafsir Midadurahmanmerupakan karya ke-30 dari Asy-Syaikh KH. Shohibul Faroji Azmatkhan. Tafsir ini berhasil mendapatkan 3 penghargaan sekaligus, yaitu MURI (Musium Rekor Dunia Indonesia), MURTI (Musium Rekor Terhebat Indonesia) dan penghargaan dari MRNU (Musium Rekor Nahdlatul Ulama). Lalu apa yang membuat tafsir ini benar-benar spesial? Ia menjadi spesial karena ini merupakan karya NU yang terpanjang, yakni mencapai 8500 halaman atau 115 volume, isinya adalah tafisir Quran 30 juz, dan ini merupakan tafsir utuh satu-satunya di dunia.
Karya Syaikh Mufti KH. Shohibul Faroji Azmatkhan ini merupakan tafsir Alqur’an yang mengungkap rahasia kearifan quran, dan menyingkap rahasia akhir zaman, dikaji dengan lugas dalam berbagai perspektif, dan berdasarkan sanad keilmuan dari Rasulullah, Ahlulbayt Rasulullah, Para shahabat Nabi, Para tabi’in, Para tabiut tabiin, sanad Walisongo hingga para mufassir nusantara (indonesia).
Middadurrahman ditafsirkan lengkap 30 juz. Terdiri dari 115 jilid, 1 jilid menjelaskan tafsir per surat. Jilid 115 adalah jilid ringkasan.
Keistimewaannya: Tafsir ini memiliki sanad muttasil ke sanad Rasulullah melalui jalur ulama-ulama di Nusantara.
Ditafsirkan secara runtut, kronologis:
1. Tafsir ayat dg ayat
2. Tafsir ayat dg Hadits Nabi dan Sunnah
3. Tafsir Ahlulbait Nabi
4. Tafsir Istri2 Nabi Muhammad
5. Tafsir para sahabat
6. Tafsir para Tabi’in
7. Tafsir para Tabiut Tabi’in.
8. Tafsir para Salafus Sholih
9. Tafsir Walisongo
10. Tafsir para ulama-ulama Nusantara
Ulama NU ini menulis tafsir Midadurrahman selama 22 tahun sejak umur 14 tahun. Membiasakan menafsirkan tafsir tematik 1 ayat sehari yang akhirnya menjadi 30 juz. Dengan menggunakan metode tafsir sandaran sanad Nusantara dan Nuswantara, sandaran sanad nusantara adalah sanad dari ulama-ulama nusantara, seperti wali songo, tujuannya agar mengangkat kembali nama ulama-ulama nusantara. Sedangkan Nuswantara bertujuan untuk menyebar luaskan tafsir ini ke seluruh dunia. Namun meski kental dengan kenusantaraannya, Tafsir Midadurahman ditulis dalam bahasa Arab, agar tetap dapat dikaji oleh umat dunia.
Berawal dari kebiasaan Syaikh yang sering tidur ba’da shalat subuh, ia akhirnya mendapatkan hukuman dari gurunya dan waktu itu ia kelas 2 SMP. Hukuman itu berupa perintah yang memerintahkan Syaikh ini untuk curhat dengan tema Inspirasi Al-Quran. Akhirnya tiap hari ia melakukan itu untuk mematuhi sebuah hukuman yang memang layak ia terima pada waktu itu. Awalnya memang terpaksa, kemudian lama-kelamaan menjadi sebuah keseriusan.
Ia juga pernah memilki karya tafsir yang diberi judul Tafsir Ma’rifatulah yang oleh karenanya, ia diberi hadiah pergi ke tanah suci untuk berhaji. Subhanallah. Jika dihitung dari awal mula ia menafsirkan, maka 22 tahun waktu yang dibutuhkan untuk menulis Tafsir Midadurrahman ini. Mengapa diberi nama Midadurrahman? Kan nama lain banyak yang lebih bagus. Midad berasal dari bahasa Arab yang artinya tinta, dan Rahman adalah maha kasih atau sang maha cinta. Maka, Midadurrahman berarti Tinta Allah Sang Maha Cinta.
Setiap jilid menerangkan atau menjelaskan 1 surat Al-Quran dan jilid yang ke lima belas adalah rangkuman tafsirannya dari juz 1-30. Orang Indonesia baru bisa disebut Mufassir jika ia sudah benar-benar mampu menafsirkan Al-Quran secara utuh, yakni 30 juz. Panjang, padat dan memberikan informasi. Itulah model tafsir yang ia gunakan. Ia tidak menafikkan tafsir-tafsir lain yang lebih dulu dikenal, namun tafsir ia dikatakan lain adalah karena ia mengangkat gejala-gejala akhir zaman. Dalam zaman yang mendekati akhir hanya ada dua golongan yakni mukmin atau kafir. Tidak ada istilah sunni-syiah dan sebagainya. Oleh karena itu, tafsir tersebut disebut juga dengan tafsir akhir zaman.
Siapakah beliau? Dan bagaimana riwayat hidup beliau?
Beliau adalah Syekh Sayyid Hafiz Shohibul Faroji Azmatkhan Ba’alawi (lahir di Banyuwangi, 13 Juni 1977; umur 38 tahun) adalah tokoh sufidan alawiyyin yang berasal dari Indonesia. Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan melalui ayahnya adalah keturunan Sunan Kudus, dan melalui ibunya adalah keturunan Sayyid Pangeran Diponegoro. Gelar Azmatkhan diberikan karena ia keturunan dari Sayyid Abdul Malik Azmatkhan, yaitu seorang sayyid yang lahir di Tarim,Hadramaut, dan kemudian menjadi raja di India. Sayyid Abdul Malik Azmatkhan adalah leluhur Walisongo.
Pada usia 7 tahun, Shohibul Faroji belajar dari kakeknya yang mursyid Tarekat Walisongo, yaitu Syekh Bahruddin Azmatkhan. Ia dapat menghafal Al-Qur’an 30 juz dalam usia 14 tahun. Kemudian ia melanjutkan menghafal Al-Qur’an 30 juz kepada para guru bersanad yaitu Syekh K.H. Adlan Ali Azmatkhan (pendiri Pesantren Walisongo, Cukir, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur) dan Syekh KH. Yusuf Masyhar (pendiri Pesantren Madrasatul Qur’an, Tebuireng, Jombang, Jawa Timur).
Ia juga menghafal beberapa kitab hadits, seperti kitab hadits Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Musnad Ahmad, Muwatta Malik dan Riyadhus Shalihin di bawah bimbingan Syekh Bahruddin Azmatkhan. Selain itu ia juga memperdalam Aqidah, Ilmu Kalam, Ushul fiqih, Fiqih, Akhlak, Tafsir al-Qur’an, Ilmu Nasab, Filsafat Islam, Sufisme,Logika, Tata bahasa Arab, Kitab kuning, Eskatologi Islam, Psikologi Islam, Ilmu Falak, Ilmu Arudh, Ilmu Balaghah, dan Ilmu Dakwah.
Jabatan beliau
• Syekh Shohibul Faroji juga aktif di beberapa organisasi, seperti di Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama pada Majelis Ulama Indonesia,[6] Nahdlatul Ulama, dan Masyarakat Ekonomi Syari’ah (MES).
• Syekh Shohibul Faroji adalah pimpinan Majelis Dakwah Walisongo dan juga aktif di PT. Islamic Mint Nusantara, yang salah satu tugasnya adalah sebagai salah satu Faqih,Qadi, Mufti IMN dan atas penelitian berat dan kadar dari IMN diperintahkan untuk mengeluarkan sebuah fatwa penting terkait atas berat dan kadar Dinar Islam.[ PT. Islamic Mint Nusantara adalah sebuah badan umat muslim yang mencetak koin dinar dan dirham di Indonesia, dengan tujuan agar masyarakat menggunakan dinar dirham tersebut sebagai alat tukar, pembayaran zakat dan fungsi muamalah lainnya.
• Pada 5 Mei 2013, Syekh Shohibul Faroji diangkat oleh Sri Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin (Sultan Kesultanan Palembang Darussalam) menjadi Mufti Besar Kesultanan Palembang Darussalam dan bergelar Al-Mursyid Syekh Mufti Pangeran Penghulu Nata Agama As-Sayyid Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh, berdasarkan Surat Keputusan Keraton Kesultanan Palembang Darussalam No.074/SKP/KKPDS/V/2013
• Pada 14 Juli 2013, Syekh Shohibul Faroji diangkat oleh Maharaja Kutai Mulawarman menjadi Ketua Dewan Nala Duta Igama Kerajaan Kutai Mulawarman dan bergelar Yang Mulia Sri Raja Paduka Auliya Nata Igama Al-Habib Shohibul Faroji Azmatkhan Al-Hafizh, berdasarkan Surat Keputusan Sabdo Pandito Maharaja Kutai Mulawarman Nomor Istimewa 14.07.2013
Karya Beliau
Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan telah menulis berbagai karya di bidang tauhid, Tafsir, Hadis, Fiqih, Ushul Fiqih, dan Tasawuf.
Daftar karyanya antara lain:
• Panduan Menuju Pencerahan Ruhani
• Tafsir Ma’rifatullah,
• Tafsir Liqa’ Allah.
• Tafsir Mahabbatullah, volume 1-114
• Tafsir Amar Ma’ruf Nahi Munkar
• Tafsir Dinar Dirham Islam
• Hadits Dinar Dirham Islam
• Fiqih Dinar Dirham Islam
• Fiqih Pasar Islam
• Fiqih Baitul Mal’
• Fiqih Masjid
• Fiqih Khilafah Islam
Tarekat dan para guru
Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan adalah Al-Mursyid dari beberapa tarekat sufi. Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan telah berguru kepada para ulama’ dan mursyid yang memiliki sanad keilmuan yang bersambung kepada keilmuan Nabi Muhammad, di antara para gurunya adalah:
• Asy-Syaikh As-Sayyid Bahruddin Azmatkhan, guru tarekat, fiqih Syafi’i, tafsir, dan tauhid. Kepada syaikh ini, Syaikh Shohibul Faroji menerima beberapa ijazah sanad kemursyidan dan kepada guru ini pula, ia belajar kitab ansab.
• Asy-Syaikh KH. ‘Adlan ‘Ali Azmatkhan, guru Tahfizhul Qur’an, pendiri Pesantren Walisongo, Cukir, Tebuireng, Jomban). Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad Tahfizhul Qur’an yang bersambung kepada sanad Rasulullah
• Asy-Syaikh Yusuf Masyhar, guru Tahfizhul Qur’an, pendiri Pesantren Madrasatul Qur’an, Tebuireng, Jombang). Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad Tahfizhul Qur’an yang bersambung kepada sanad Rasulullah
• Asy-Syaikh Marzuki Muslih, guru Nahwu Shorof Balaghah. Kepada syaikh ini, Asy-Syaikh Shohibul Faroji menerima ijazah sanad nahwu-shorof-balaghah.
• Prof. KH. Ibrohim Hosen, mantan Ketua Umum MUI. Kepada profesor ini, Syaikh Shohibul Faroji belajar Ushul Fiqih, Qawaidul Fiqhiyyah, dan Fiqih Muqaranah (perbandingan Madzhab), dan mendapatkan sanad keilmuan bidang Ushul fiqih, Qawaidul Fiqhiyyah dan Fiqih Muqaranah
• Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Abdus Salam Al-Masyisyi Al-Hasani, ulama besar Libanon.
• Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Faidullah bin Musa Al-Hakkari Al-Masyisyi Al-Hasani, ulama besar Libanon.
• Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muhammad Yahya bin Muhammad Al-‘Abid As-Sanusi Al-Hasani, ulama besar Libya.
• Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Mahdi bin Mahmud Al-Umry Al-Hasani, ulama besar Marokko.
• Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Mustafa bin Abdurrahman Asy-Syarif Al-Hasani, ulama besar Marokko.
• Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muhammad Nur bin Muhammad Ibrahim Al-Kutbi Al-Hasani, ulama besar Haramain.
• Asy-Syaikh Asy-Syarif As-Sayyid Muthahar bin Jamsid Al-Khayyath Al-Maddah Al-Hasani, ulama besar Irak.
Sumber: Pecinta Ulama Nusantara via Turats Ulama Nusantara/KBAswaja
Sumber : Moslem For All