Para santri adalah aset berharga bagi para ulama dan guru serta tenaga pendidikan lainnya. Para santri dididik sejak dini untuk dibekali dengan modal kehidupan bagi mereka sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Para santri kemudian tumbuh dan berkembang menjadi motor penggerak perbaikan tatanan masyarakat sesuai dengan nilai dan ajaran para ulama.
Oleh karenanya, para ulama menyimpan harapan yang sangat besar kepada para santri. Harapan yang lebih besar dan lebih berjangka panjang dipanggulkan di pundak para santri melebihi sebesar apa pun saldo deposito di rekening bank. Harapan-harapan inilah yang membuat para ulama dan guru mampu bersabar menunggu dalam rentang waktu sangat panjang untuk menuainya dengan penuh perasaan bahagia dan diliputi rasa syukur.
Kebahagiaan terbesar para guru dan ulama adalah melihat kader-kader yang dididiknya berhasil dalam kehidupan mereka. Khususnya bila keberhasilan ini berhubungan dengan tersambungnya nilai-nilai ajaran para Nabi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
“Alhamdulillah pada malam ini kami sangat berbahagia karena menyaksikan salah satu dari santri kami telah turut berpartisipasi dalam mengembangkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah di tengah-tengah masyarakat,” tutur KH Fatkhurrohman dalam acara Penutupan Dzikir Ratibul Haddad dan Sholawat Nariyah di Masjid Al-Ishlahiyyah Perum Rajeg Asri Tangerang yang juga diikuti oleh ratusan alumni Madrasah Qudsiyyah menara Kudus di Jabodetabek ini, Senin (23/5).
Menurut Fatkhurrohman, Kebahagiaan para ulama ini menjadi sangat penting karena hasil yang dicapai adalah terkait dengan terus tumbuhnya nilai-nilai dan ajaran para ulama di tengah-tengah masyarakat. Karena tumbuh dan berkembangnya tatanan masyarakat yang berlandaskan ajaran para ulama ini adalah tujuan dari didirikan dan dibangunnya sebuah lembaga pendidikan, khususnya madrasah dan pesantren.
Lebih lanjut, ulama yang telah mendidik ribuan santri yang kini menyebar di banyak propinsi ini berpesan, dengan adanya para alumni yang terlibat aktif dalam pembangunan masyarakat maka kepercayaan publik terhadap lembaga pendidikan berbasis agama akan terus meningkat. Sehingga semakin banyak keluarga yang mengirimkan anak-anak mereka untuk belajar ke madrasah atau pesantren.
“Kami sangat berterima kasih atas dukungan masyarakat kepada lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama dan diterimanya para alumnus madrasah untuk menjadi bagian penting dalam pembangunan karakter masyarakat. Sehingga jalinan silaturrahim dan kekerabatan antara masyarakat di Tangerang khususnya dengan kami di Kudus dapat terjalin lebih akrab dan intens,” harap ulama yang didatangkan dari Kudus Jawa Tengah ini dalam rangka roadshow peringatan Satu Abad Qudsiyyah.
Madrasah Qudsiyah Menara Kudus menggelar roadshow peringatan Satu Abad Qudsiyyah di enam propinsi pulau Jawa selama tiga bulan. Kegiatan ini diselenggarakan dan diikuti oleh para alumni Madrasah Qudsiyyah yang sekarang berbadan hukum Yayasan pendidikan Islam Qudsiyyah di setiap lokasinya. Akhir pekan ini, roadshow diselenggarakan di Jabodetabek dan sekitarnya dengan dihadiri oleh para guru dan pengurus Yayasan seperti KH Em. Nadjib Hassan, KH Halim Mahfudh Asnawi, KH Fatkhurrahman BA dan KH Ihsan dan M. Rikza Chamami dari perwakilan alumni Qudsiyyah Semarang. (Syaifullah Amin)
Sumber : Nu Online