Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj menyampaikan bahwa konglomerat harus menarik atau mengangkat kelas menengah dan kelas menengah jadi mitra, bukan hanya jadi pendukung, bukan dieksplorasi, tetapi jadi mitra.
“Begitu pula selanjutnya kelas menengah pun harus mengangkat kelas kecil,” ujar Kiai Said, di Temanggung, Jawa Tengah, saat menghadiri pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Temanggung dan meresmikan tempat manasik haji di KBIH NU Babussalam Temanggung, Selasa (28/2) lalu.
Oleh karena itu, Kiai Said berharap agar NU selalu menjadi kekuatan sosial yang efektif, mampu mewujudkan keseimbangan. “Sekarang ini masih ‘jomplang’ karena sebagian minoritas menguasai kekayaan yang luar biasa, sedangkan mayoritas miskin, terpinggirkan, bodoh, dan penyakitan,” terang Kiai Said.
Kiai Said juga menjelaskan bahwa, semua itu harus ada keseimbangan, maka Konglomerat harus melakukan upaya pemerataan. Menyinggung tentang munculnya kerajaan baru seperti Keraton “Agung Sejagat” dan “Sunda Empire”, dia menyatakan hal itu menunjukkan masyarakat sedang sakit, ada rasa minder.
Selain itu, Kiai Said juga menyampaikan orang kalau terzalimi pasti mencari jalan keluarnya Ratu Adil, Satria Piningit, dan Imam Mahdi. “Mau melawan tidak bisa, tidak ada jalan untuk melawan, maka menunggu datangnya Ratu Adil, Satria Piningit, nunggu datangnya Imam Mahdi,” tuturnya.
Lebih dari itu, ia juga menyatakan Nahdlatul Ulama (NU) tidak antikonglomerat, tetapi Konglomerat harus melakukan upaya-upaya pemerataan.
“NU tidak antikonglomerat, kita hormati mereka. Alhamdulillah Indonesia ada Konglomerat, kita bersyukur Indonesia punya Konglomerat yang hight level, internasional bahkan,” katanya. (Laduni)