Pagi ini saya ditemani buku karya ulama penerus KH. MA Sahal Mahfudh yang ‘alim bidang fikih dan ushul fikih.
Beliau adalah KH. Afifuddin Muhajir dari Situbondo yang kepakarannya dalam fiqh dan ushul fiqh tidak diragukan lagi. Hal ini tampak dari produktifitas beliau dalam berkarya. Salah satunya adalah kitab Fatḥul Mujīb al-Qarīb, penjabaran dari kitab matan Taqrīb dan tentu saja buku ini, Membangun Nalar Islam Moderat.
Dalam buku ini KH. Afifuddin Muhajir menawarkan beberapa gagasan menuju fikih moderat.
Pertama, memadukan nuṣūs al-syarī‘ah dengan maqāṣid al-syarī‘ah secara berimbang.
Kedua, memadukan teks dan konteks, yaitu mengkombinasikan Naṣ dan realitas sosial.
Ketiga, memadukan tafsīr dan ta’wīl.
Keempat, memadukan dalil primer (al-Qur’an-hadis) dan sekunder (qiyās, istihsān, maslaḥah mursalah, dan lain-lain).
Kelima, memadukan keumuman redaksi dan kekhususan situasi.
Kitab Berjalan. Jika kita berada dalam satu majlis dengan Kiai Afif maka akan terasa bahwa beliau adalah kitab berjalan. Teks-teks kitab beliau hafal, paham, komparasi, dan dijelaskan dengan gamblang menuju satu titik pemahaman yang memuaskan.
Dalam Munas NU di Kempek Cirebon tahun 2012, ketika Kiai. Afifuddin menjadi pembanding Kiai Masdar dalam debat fikih zakat pajak, beliau tegas menyatakan : “zakat adalah syaiun dan pajak adalah syaiun akhar yang tidak bisa dilebur. Zakat kewajiban agama dan pajak kewajiban negara”
Dalam Muktamar NU di Jombang tahun 2005, beliau tegas menyatakan bahwa sistem manhaj istinbaṭ hukum terdiri dari bayāni, qiyāsi-ta’līli, istishlāhi, dan maqāṣidi. Beliau sering mengatakan:
لَوْ كَانَ الشَّافِعِيْ حَيًّا لَقَالَ بِهِ
“Seandainya Imam Syafi’i masih hidup, tentu ia akan berpendapat seperti ini”
Statement ini untuk menunjukkan pentingnya melihat perkembangan situasi.
Semoga Kiai Afif selalu diberi kesehatan, makin produktif berkarya demi mencerahkan para santri dan bangsa, amiin.
Oleh :
Dr. Jamal Ma’mur Asmani.
Wonokerto, Jum’at, 14 Agustus 2020.