Say “NO” pada Inverior dan Kesombongan

0
766

“Tidak perlu takut ketika menghadapi seseorang..!!, biasa-biasa saja!!. Tapi jangan sombong”. Begitulah kata yang disampaikan oleh KH. Hasan Basri, L.C di sela-sela memberikan kuliah Fiqh al-Sirah. Kata tersebut cukup sederhana, tapi memiliki makna sangat mendalam.

Setidaknya ada dua hal dari kata di atas yang bisa dijadikan pegangan hidup. Yaitu, tentang bagaimana seseorang ketika menghadapi orang lain yang memiliki kelebihan dari pada dirinya sendiri, apapun bentuk dari kelebihan itu. Serta pelajaran tentang bagaimana seseorang harus bersikap di tengah kelebihan yang ada.

Dua hal ini sangat penting untuk diketahui, karena akan bisa mempengaruhi pada pola pikir dan tindakan seseorang. Terlebih, bahwa setiap manusia pasti akan dihadapkan pada salah satu dari dua kondisi itu, tidak ada pilihan untuk posisi tengah. Sama halnya ketika nanti kiamat telah tiba. Manusia hanya disediakan dua tempat oleh Allah, surga dan neraka, tidak ada tempat lain. Kecuali kalau mengikuti pendapat kalangan Mu’tazilah yang mengatakan bahwa ada tempat selain surga dan neraka (al-manzila ba’na al-manzilatain).

Dihadapkannya seseorang pada dua masalah tersebut mengingat ia hidup di lingkungan sosial. Di mana setiap orang memiliki perbedaan. Bisa saja ketika berhadapan dengan salah seorang teman atau kerabatnya dia akan lebih unggul (dalam segi apapun), tapi saat berhadapan dengan orang yang berbeda maka dia akan lebih rendah, begitu seterusnya. Atau keunggulannya dari satu sisi saja, dari sisi lain ia tidak lebih unggul. Hal ini merupakan hal yang biasa, karena keunggulan sejati hanya ada pada Allah. Sedangkan makhluknya memiliki nilai plus dan minus. Yang menjadi tugas selanjutnya ialah mengatur semua itu demi terwujudnya kehidupan yang membahagiakan baik di dunia ataupun di akhirat kelak.

Ketika kekurangan yang dihadapi, maka ketegaran dan kesebaran harus dijadikan perisai. Sedangkan kepustusasaan harus disingkirkan jauh-jauh. Sebab keberadaannya itu akan mengantarkan pada lembah keterpurukan. Gambaran kecilnya, ketika ada seseorang jatuh kejurang, dia tidak akan bisa keluar dari jurang tersebut kalau hanya diam dan merasa tidak kuat apabila mencoba untuk naik. Tentu keadaannya akan berbalik jika ia mencoba untuk naik, dengan sebuah keyakinan dalam dirinya bahwa akan bisa keluar.

Allah pun telah mengajarkan pada hamba-Nya dalam hal ini. Dia sampaikan pesannya ini dengan kehadiran Nabi Muhammad yang akhirnya sukses menyebarkan Islam. Serta akhirnya beliau dinobatkan sebagai orang paling berpengaruh di planet bumi ini.

Ada dua hal yang perlu dicermati dari keberadaan nabi Muhammad sehingga beliau sukses merubah perilaku sebagian besar manusia dengan beberapa kekurangan yang ada. Pertama, pemilihan tempat kelahiran. Beliau dilahirkan di negeri arab, yang pada waktu bukanlah pusat peradaban dan bukan negeri yang maju. Kalah jauh dengan romawi, Persia, yunani, dan cina yang peradabannya sudah maju. Tapi kenapa Allah membuat beliau lahir di negeri yang kering kerontang dengan hamparan pasirnya. Bukan lahir di negeri yang sudah maju.    

Dipandang dari kesejahteraan, pasti akan lebih beruntung dilahirkan di negeri yang sudah maju. Walaupun itu bukan merupakan sebuah kepastian, dalam artian terkadang lebih beruntung dilahirkan di negeri tertinggal. Tapi setidaknya, secara garis besar berada di negeri yang sudah maju akan lebih sejahtera dari pada berada di negeri yang tertinggal. Seperti halnya akan lebih sejahtera lahir di Negara kaya dari pada di Negara miskin. Lantas, apa yang menjadi rahasia di balik kelahiran beliau dan medan dakwah beliau di negeri yang tertinggal itu?.

Di samping itu, ketika memiliki kekurangan, tidak perlu minder untuk berhadapan dengan orang lain yang lebih unggul. Ingat, setiap orang pasti memiliki kekurangan. Sehingga hadapi dengan biasa-biasa saja, tidak perlu takut. Yang selayaknya dilakukan  ialah bagaimana juga bisa memiliki keunggulan atau kelebihan. Dengan seperti ini tentu akan memotivasi diri untuk terus berkembang.

Kedua, kehidupan beliau sejak kecil. Perlu diingat, bahwa beliau bukanlah putera raja yang bisa dengan mudah meminta apa yang diinginkan dan bisa mempengaruhi rakyatnya. Beliau juga bukanlah anak konglomerat dengan harta yang melimpah. Beliau hanyalah anak orang miskin. Ayahnya telah meninggal saat beliau belum lahir dan tidak memberikan warisan harta sepeserpun. Ibunya menyusul menghadap ke hadapan Allah saat beliau berumur 2 tahun, sehingga akhirnya beliau berada dalam asuhan kakeknya. Saat beliau berumur 6 tahun kakeknya pun menyusul kedua orang tua beliau.

Dari sekelumit cerita ini bisa digambarkan bagaimana kondisi nabi pada waktu kecilnya. Di mana beliau tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Berarti sejak lahir beliau termasuk anak yatim dan sejak berumur dua tahun beliau sudah yatim piatu. Tentu ini tidak menguntungkan bagi orang yang terlahir di tengah-tengah keluarga yang miskin. Sedikit berbeda seandainya beliau terlahir di lingkungan keluarga yang kaya raya. Semua kebutuhannya akan terpenuhi. Hanya kasih sayang dan didikan orang tua yang tidak bisa didapatkan. Tapi dari segi kesejahteraan akan terjamin.

Pertnyaan yang muncul dari cerita tersebut, kenapa beliau harus menghadapi kenyataan hidup yang cukup berat sejak kecil, ditinggal kedua orang tua dengan tidak mewariskan harta apapun?. Kenapa kedua orang tua beliau meninggal ketika dia masih butuh kasih sayang orang tua?. Kenapa beliau tidak dilahirkan dari rahim perempuan yang kaya raya sehingga kesejahteraan hidupnya akan terjamin?. Apa rahasia di balik itu semua?.

Jawabannya adalah bahwa Allah mengajarkan pada nabi Muhammad untuk menjadi unggul di tengah kekurangan yang ada. Allah mau mendidik nabi untuk menjadi manusia yang tangguh, tidak gampang putus asa di saat menghadapi masa sulit. Allah ingin menjadikan nabi sebagai tauladan pada hamba-Nya yang lain agar selalu tegar dalam menghadapi setiap persoalan. Allah tidak mengharapkan hamba-Nya sebagai manusia yang lembek, gampang putus asa karena Allah tidak suka keputusasaan.

Allah pun sudah mengingatkan bahwa setiap masalah yang dihadapi oleh hamba-Nya masih dalam jangkaunnya. Allah sudah memberitahukan tentang adanya jalan keluar di tengah kesulitan yang dihadapi hamba-Nya. Allah juga sudah melarang hamba-Nya untuk putus asa. Semua itu telah disampaikan oleh Allah dalam ayat-ayat berikut ini.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya(QS. Al-Baqarah:286)

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan(QS. Al-Syarh:5)

وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” (QS. Yusuf:87)

Kehidupan masa kecil yang kurang membahagiakan itu akhirnya menjadikaqn beliau manusia yang tangguh. Tak gentar menghadapi apapun saat kebenaran yang menjadi pijakannya. Contohnya ketika terjadi perang badar. Di mana pada waktu pasukan musuh sepuluh kali lipat lebih banyak dari pada pasukan Islam. Namun, hal itu tidak membuat nabi gentar. Dengan segenap keyakinan, beliau dan para pejuang Islam menghadapi musuh yang cukup banyak itu. Dan pada akhirnya Islam meraih kemenangan. Seandainya nabi bukan orang tangguh, beliau sudah pasti memerintahkan pasukannya untuk mundur. Tapi beliau tidak menghiraukan jumlah pasukan musuh yang cukup banyak. Sebab dalam diri beliau muncul keyakinan akan menangnya pihak Islam.

Itulah tauladan dari diri seorang Muhammad yang diangkat oleh Allah sebagai manusia paling istimewa. Yang ternyata beliau hanyalah orang seorang yatim piatu dan tergolong miskin. Keteguhan dan ketegaran yang mengantarkan beliau menjadi manusia yang layak ditiru semua tingkah lakunya.

Sedangkan ketika seseorang dihadapkan pada kelebihan, maka rasa sombong, ego, dan bangga diri harus dikubur. Jangan sampai kelebihan itu akan membuatnya lupa pada dzat yang memberikan kelebihan itu. Seseorang yang dianugerahi kelebihan tidak layak sombong, karena itu hanyalah pemberian sang Maha Kuasa, itu hanyalah titipan.

Satu-satunya yang berhak untuk sombong hanyalah Allah, karena tidak ada yang bisa menyaingi Dia. Allah memiliki kelebihan dan tidak mempunyai kekurangan. Sementara di balik kelebihan yang dimiliki manusia masih banyak sisi kekurangan. Sehingga tidak layak kalau kelebihan yang dimilki mengantarkannya pada kesombongannya. Sebab ketika kesombongan yang ditampakkan, berarti ia telah melupakan Dzat yang memberikan kelebihan itu. Ia telah lupa bahwa kelebihan yang dimiliki bukanlah untuk disombongkan, tapi untuk disyukuri dengan cara memanfaatkannya dalam setiap kebaikan.

Kesombongan hanya akan mengantarkan pada keterpurukan. Ingat!, bahwa syetan tidak bisa menikmati indahnya surga untuk selamanya karena ia telah menampakkan kesombongannya di hadapan Allah. Mereka sombong hanya karena merasa lebih bagus bahan penciptaannya dari pada manusia (setan dari api dan manusia dari tanah). Kesombongannya itulah yang mengantarkan mereka pada murka Allah dan akhirnya terlempar dari surga. Seandainya mereka tidak sombong maka sampai sekarang mereka akan menikmati indahnya hidup di surga. Ini hanya salah satu contoh. Masih banyak contoh-contoh lain yang menggambarkan bagaimana seseorang yang sombong akhirnya terjatuh pada jurang kenistaan. Tentu ini perlu dijadikan pelajaran.

Dari semua ulasan di atas dapat disimpulkan, bahwa kekurangan atau kelebihan akan memiliki efek negative kalau tidak disikapi dengan baik. Kekurangan akan mengantarkan pada keputusasaan dan akhirnya terus dalam keterpurukan. Sedangkan kelebihan bisa mengantarkan pada kesombongan yang selanjutnya bisa membimbingnya pada jurang keterpurukan pula. Oleh karena itu, baik kekurangan ataupun kelebihan yang dihadapi harus disikapi dengan arif. Sehingga dua hal tersebut akan menjadi jalan menuju kesejahteraan. Bukan jalan menuju kesengsaraan.

Tinggalkan Balasan