Cinta ala Sahabat Nabi

0
405

Dikala sang surya menyelesaikan tugasnya sebagai raja siang, mega-mega keemasan menyapa berjuta insan di ufuk barat. Diiringi lambai gemulai dedaunan melepas bak ucapan salam perpisahan kepada kekasihnya yang telah seharian membuat mereka bersuka cita dengan sinarnya. Ibarat cinta, saat ini seakan keluar dari pengertian fungsi yang sebenarnya.

Saat ini, cinta ibarat kita membeli gula-gula atau permen di warung, amat murah dan mudah mendapatkannya. Maka semua usia sudah bisa mengenal dan membelinya tanpa harus tahu dulu apa arti cinta itu sendiri. Lebih ironis lagi pemuda sekarang ada cinta kilat yang memiliki inti: aku lihat, aku pikat, aku dapat, aku minggat. Penegertian inilah yang membuahkan hasil free sex dan bayi-bayi dibuang dan dibantai oleh orang tuanya sendiri.

Padahal, cinta  hanyalah istilah yang mengandung keindahan, resiko dan pengorbanan yang amat sangat sulit memahami, menentukan, mengaplikasikan serta menjaganya. Kita seringkali terjelembab dalam keindahan dan mengejar fatamurgana dunia hingga membutakan akal sehat kita tidak peduli uang rakyat, melanggar norma maupun etika birokrasi.

Abu bakar Ash-Shidiq ra adalah sosok mulia, beliau menginfakkan semua hartanya di Jalan Allah dan atas pengorbanan yang telah beliau lakukan. Rasulullah telah mengabarkan bahwa ia termasuk kedalam salah satu sahabat yang telah di janjikan dengan syurga. Semua yang dilakukan oleh insan-insan mulia tersebut adalah karena adanya cinta kepada Allah. Cinta yang tercermin dalam perilaku. Cinta yang menggerakkan.

Cinta yang melahirkan cinta. Cinta yang termanivestasikan dalam pengorbanan. Mencintai yang dicintai oleh yang Tercinta adalah bagian dari mencintai yang Tercinta. Maka mencintai orang-orang yang di cintai oleh Yang Maha Mencintai adalah sebuah keniscayaan. Dalam mencintai mutlak adanya pengorbanan. Pengorbanan yang dilakukan atas dasar cinta akan memunculkan rasa saling menyayangi dan timbulnya ukhuwah. Pengorbanan dalam ukhuwah akan menguatkan rasa saling mencintai. Cinta yang berujung pada keridhoan Allah. Allah sangat mencintai orang-orang yang berkorban untuk mendapatkan keridhoan-Nya, karena itu menunjukkan cinta sejati pada Allah. Tidaklah mengherankan apabila salah satu golongan yang akan di naungi oleh Allah adalah orang yang saling mencintai karena Allah.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah bersabda: “Ada seorang lelaki yang ingin mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di dalam perjalanannya Allah mengutus seorang malaikat untuk mengawasinya. Ketika lelaki itu sampai padanya, malaikat itu berkata, ‘Kemanakah engkau akan pergi?’ Lelaki itu menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, ‘Apakah engkau punya kepentingan dari kenikmatan di desa ini?’ Lelaki itu menjawab, ‘Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Kemudian malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang diutus kepadamu, bahwa Allah juga mencintaimu sebagaimana kamu mencintai-Nya.”

Cinta seperti inilah yang saat ini sulit kita temui karena korelasi antara perkataan dan prilakunya bagai langit dan bumi.  Kata-kata dan tampilan seringkali dijadikan modal untuk mengais rejeki tampa harus tahu malu terhadap kata yang diucapkannya. Apakah itu model pemimpin agama, pemimpin Negara atau konglomerrat yang bikin masyarakatnya melarat.

 

gambar: ariepinoci.blogspot.

Tinggalkan Balasan