Gender: Mana yang Kodrat dan Mana yang Konstruk?

0
882

Dalam pandangan masyarakat berkembang keyakinan bahwa  melahirkan, menyusui, hamil, memiliki ovum, lemah lembut, memiliki vagina, memiliki payudara,  emosional, tidak rasional (naqisahatu aqlin), tidak relegius (naqishatu dinin), penggoda laki-laki, indah gemulai, berambut panjang, memakai sampir atau rok, cantik, keibuan, teliti, telaten, pintar masak, pandai bersolek adalah sabagai bagian kodrat perempuan yang tidak dapat di ubah-ubah (sunnatullah), sedangkan  perkasa, jantan, kuat, rasional, relegius, kebapakan, memiliki dzakar, memiliki seperma, memiliki jakun, berambut pendek, penyabar, tidak telaten, tidak teliti, cakap, pekerja ulet adalah  bagian dari kodrat laki-laki yang tidak dapat dipertukarkan.

Pandangan semacam ini tidak seluruhnya benar. Sebab ada sifat-sifat yang selama ini dilekatkan kepada perempuan teryata juga dimiliki laki-laki, begitu pula sebaliknya. Dalam keyataannya banyak laki-laki yang jauh lebih pandai memasak, lebih telaten, lebih indah  ketimbang perempuan dan juga sering kita temukan perempuan yang jauh lebih rasional, lebih pinter, lebih religius, lebih penyabar dari pada laki-laki. Jadi ada sifat-sifat yang dapat dipertukarkan secara budaya terhadap manusia jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Dan ada juga sifat-sifat yang tidak dapat dipertukarkan antara keduanya, seperti, seperma, ovum, payudara, dan pelir.

Sifat-sifat yang  tidak dapat dipertukarkan inilah yang dikenal dengan konsep  seks atau jenis kelamin. Secara permanen konsep ini merupakan ketentuan biologis Allah yang tidak dapat diubah-ubah selamanya. Inilah yang dikenal dengan kodrat atau sunnatullah. Sedangkan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan melalui konstruk sosial-budaya, disebut dengan konsep gender. Konsep tentang gender bukanlah kodrat atau sunnatullah sebab dapat diubah melaui penyadaran, pendidikan dan pembentukan sosial-budaya.

Istilah Gender sendiri menurut Oakley (1972) dalam Sex, Gender dan Society berarti perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis jenis kelamin (sex) merupakan kodrat Tuhan dan oleh karenanya secara permanent dan universal berbeda. Sementara gender adalah behavioral differences antara laki-laki dan perempuan yang socially constructed, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ciptaan Tuhan melainkan diciptakan oleh baik laki-laki dan perempuan melalui proses sosial dan budaya yang panjang.

Sedangkan menurut Caplan (1987) dalam The Cultural Construction of Sexuality menegaskan bahwa perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan selain biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui proses sosial dan kultural. Oleh karena itu gender berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat bahkan dari kelas ke kelas, sementara jenis kelamin biologis (sex) akan tetap tidak berubah.

Gender dalam pengertian ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing-masing. Tercakup didalamnya pembagian kerja, pola relasi kuasa, perilaku, peralatan, bahasa, persepsi yang membedakan lelaki dengan perempuan dan banyak lagi.

Sebagai pranata sosial, gender bukan sesuatu yang baku dan tidak berlaku universal. Artinya , berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain dan dari satu waktu ke lainnya. Jadi, pola relasi gender di yogyakarta misalnya sangat berbeda dengan di aceh, berbeda dengan di Saudi Arabia dan sebagainya. ( Wardah Hafidz, MA : Pola relasi gender dan permasalahannya).

Jadi gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural, bukan kodrat yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya, perempuan  lebih dikenal lemah lembut, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki lebih dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa, cerdas dan seterusnya. [ Mansur Faqih , Analisis Gender , hlm. 8]

(img: immcabangbskm)

Tinggalkan Balasan