Isro’ Mi’roj sebuah perjalanan yang dilakukan nabi dari masjidil haram sampai masjidil aqso (Palestina) hingga sampai kehadirat Allah SWT pada suatu malam yang mencengangkan bagi setiap manusia yang memiliki daya pikir dan mempelajari lebih jauh keindahan perjalanan itu. Perjalanan yang tidak bisa di ukur dengan jangkauan atau hitungan manusia namun hanya melandaskan pada keimanan dan ketaqwaan sebagai pijakan umat manusia untuk mempercayainya. Isro’ dan Mi’roj nabi dilakukan jiwa dan raga melebihi kecepatan cahaya yang mencapai 300 00/km.
Peristiwa Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isro’, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan shalat lima waktu.
Bagi umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika itulah salat lima waktu mulai diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Perjalanan yang tidak ada sebelum dan sesudahnya itu mampu memberi sensasi tersendiri bagi setiap manusia yang percaya akan perjalanan nabi Muhammad SAW itu.
“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An-Najm : 13 – 18).
Sebagai manusia yang beriman, semua umat islam juga bisa merasakan Mi’roj walapun tidak sesempurna nabi Muhammad SAW. Shalat merupakan media untuk mencapai kesalehan spiritual individual hubungannya dengan Allah. Shalat juga menjadi sarana untuk menjadi keseimbangan tatanan masyarakat yang egaliter, beradab, dan penuh kedamaian.
Kita harus tahu bagaimana sensasi Isro’ dan Mi’roj walaupun tidak seperti perjalanan nabi yang 100% dilakukan jiwa dan raganya dengan sadar tanpa tekanan batin. Perjalanan wisata itu akan mengantarkan kita pada sang Khaliq pencipta segala apa yang pernah dan akan ada di dunia. Manusia akan tahu kenikmatan tiada tara menelusuri kelembutan hati suasana damai melalui Sholat, oleh-oleh nabi besar nabi Muhammad SAW.
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kita untuk mengantarkan pada sang pencipta. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Yaitu orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. Dunia akan hilang ditelan keindahan diri menyusuri jalan-jalan yang telah diberikan Allah SWT kepada semua hamba-Nya.
Sebagaimana digambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah SWT, kejujuran dan ketulusan niat menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala sesuatu selain Allah SWT. Maka, akan sampai pada satu kesimpulan, Isro’ Mi’roj menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani yakni hilangnya diri ini melebur dengan keindahan shalat. (img:akachopa)