Konsep Dasar Memilih ilmu, Guru, dan Teman

0
1328
remaja dan komentmennya untuk indonesia

Memilih Ilmu

Seorang santri seharusnya memilih ilmu yang terbaik di antara beberapa ilmu dan memilih ilmu yang sedang dibutuhkan dalam urusan agama, seperti ilmu tentang sahalat, serta ilmu yang akan dibutuhkan pada masa yang akan datang, seperti ilmu tentang haji, dan zakat. Tetapi santri dianjurkan untuk mendahulukan ilmu tauhid dan mengetahui Allah dengan dalil. Karena imannya orang yang bertaqlid termasuk dosa sekalipun imannya sah. Hal ini disebabkan tidak mencari dalil.

Seorang santri seharusnya menjauhka diri dari selalu berdebat yang muncul setelah wafatnnya ulama yang terdahulu. Karena berdebat dapat menjauhkan seseorang dari mengetahui fiqh, dan dapat menyia-nyiakan umur serta mengakibatkan permusuhan.

Memilih Guru

Orang yang mencari ilmu sebaiknya memilih guru yang paling alim, wara’ (berhati-hati dalam menjalani hidup, agar benar-benar sesuai dengan ajaran Islam), dan tua, sebagaimana Imam Abu Hanifah ketika mencari ilmu memilih Imam Hammad bin Abi Sulaiman setelah beliau melakukan perenungan yang sangat serius. Imam Abu Hanifah berkata “aku telah menemukan seorang guru (Hammad bin Abi Sulaiman) yang terhomat, hilim, dan penyabar. Aku belajar kepada beliau dan ilmuku tumbuh berkembang sebagaimana berkembangnya tumbuh-tumbuhan sehingga aku sampai kepada derajat yang seprti ini (menjadi mujtahid).”

Dalam kesempatan yang lain Imam Abu Hanifah berkata “Aku pernah mendengar perkataan orang bijak yang berasal dari kota Samarqandi: ada seorang pelajar bermusyawarah kepadaku tentang masalah mencari ilmu dan dia telah bermaksud pergi mencari ilmu ke daerah Bukharo. Setelah itu, orang bijak tersebut berkata: apabila kamu pergi ke sana (Bukharo), kamu jangan tergesah-gesah dalam mengambil sikap mengenai imam. Tetapi, diamlah dua bulan sehingga kamu melakukan perenungan dan memilih guru. Karena apabila kamu pergi kepada orang alim dan kamu belajar kepadanya, sementara pelajarannya tidak menyenangkan padamu maka kamu akan meninggalkannya dan pindah kepada guru yang lain. Kalau seperti ini, ilmu kamu tidak akan bermanfaat.”

Dari inilah, sebaiknya pelajar selalu bermusyawarah dalam segala hal. Karena Allah memerintahkan kepada nabi Muhammad untuk selalu bermusyawarah. Dengan musyawarah segala hal yang sulit diselesaikan dapat diselesaikan dengan mudah.

Pelajar seharusnya menekuni dan sabar terhadap satu guru, kitab, dan satu Negara kecuali dalam keadaan darurat. Karena pindah guru, kitab, dan Negara dapat menyebabkan menyakiti hati sang guru dan menyia-nyiakan waktu.

Memilih Teman

Dalam memilih teman seorang pelajar sebaiknya memilih teman yang sungguh-sungguh dalam belajar, memiliki karakter yang lurus/bagus, dan pemahaman yang jenius. Dan perlajar harus menghindar/lari dari teman yang nakal/malas, pengangguran, banyak ngomong, suka melakukan kerusakan dan penggemar fitnah. Seorang penyair berkata :

“Kalau ingin mengetahui seseorang, maka lihatlah temannya. Karena seseorang akan mengikuti temannya. Pengaruh pertemanan dapat mengubah sikap terhadap teman yang lain.”

Janganlah kamu berteman dengan orang pemalas. Karena sangat banyak orang baik perbuatannya menjadi buruk dikarenakan berteman dengan orang yang buru tingkah-lakunya.

Sangat cepat penularan orang bodoh kepada orang yang cerdas, sebagaimana bara api yang diletakkan di abu api bisa padam dalam jangka waktu yang singkat.

Sumber: kitab ta’limu al-muta’allim

Author: Amir el-Ghafury, Sumenep Madura

Tinggalkan Balasan