“Allah tidak akan menciptakan sebuah penyakit, kecuali ada obatnya.” Demikianlah kutipan hadist yang seringkali disampaikan oleh para dai ketika menyampaikan materi soal kesehatan.
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyatakan, persoalan kesehatan mendapat perhatian besar dalam Islam, banyak ayat Qur’an dan Hadist yang berbicara soal kesehatan dan menjadi bagian dari tugas para ulama untuk mendorong masyarakat agar berperilaku hidup sehat.
Pernyataan ini disampaikan dalam acara pertemuan nasional Peran Tokoh Agama dalam Promosi Kesehatan yang digagas oleh Lembaga Kesehatan NU, Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dan Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC)
Ia menegaskan, dalam kemampuan agama, orang NU sudah cukup mumpuni, tetapi dalam bidang lainnya, masih perlu ditingkatkan seperti dalam bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi, termasuk kesehatan. Hal tersebut penting untuk mencapai kesejahteraan dalam hidup.
Dalam membina kesehatan ini, tidak dibatasi oleh ajaran agama. Ia mengisahkan sejumlah khalifah yang memiliki dokter pribadi non Muslim, karena terbukti mereka memiliki kemampuan yang dapat diandalkan.
Sementara itu, Kepala Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes Bambang menuturkan, baru sekitar 50 persen penduduk Indonesia berperilaku hidup bersih dan sehat, dengan menggunakan 10 indikator.
“Jika indikator jumlah indikator tersebut ditingkatkan menjadi 20, maka persentasenya akan semakin kecil,” katanya.
Para ulama dan tokoh masyarakat, katanya, memiliki peran penting dalam membantu mendorong masyarakat berperilaku hidup sehat.
Sementara itu, Prof. Savas Alpay, direktur jenderal Statistical, Economic and Social Research and Training Centre for Islamic Countries (SESRIC) menekankan pentingnya melindungi generasi muda dari bahaya merokok, selain menghabiskan uang, juga memiliki potensi terkena sejumlah penyakit. Sejumlah industri rokok skala global melakukan ekspansi ke negara-negara berkembang karena di negara mereka, regulasinya sudah sangat ketat.
Terdapat sejumlah kesepakatan yang dicapai dalam pertemuan tersebut, diantaranya meminta tokoh agama mengajak orang tua dan remaja berperilaku hidup sehat, di sekolah dan di lingkungan keluarga, edukasi publik akan potensi bahaya kebiasaan merokok dengan metode yang tepat sasaran serta pentingnya mengaturkan area merokok dalam upaya menghargai kesehatan, baik diri sendiri maupun orang lain.
Tokoh agama diminta mendorong para remaja agar mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, pilihannya, serta mampu bernegosiasi dengan dinamika hidup di lingkungan sekitarnya. (nu)